Pada 2 Juni 2021, Indonesia melaporkan penambahan 5.246 kasus baru COVID-19. Total pasien terkonfirmasi saat ini sejumlah 1.831.773.
Jawa Barat menyumbang angka kasus positif terbanyak yakni 930 kasus, disusul Jawa Tengah dengan total 739 kasus, dan Riau dengan total 615 kasus.
Detail perkembangan virus Corona per Rabu (2/6/2021), adalah sebagai berikut:
Kasus positif bertambah 5.246 menjadi 1.831.773
Pasien sembuh bertambah 6.022 menjadi 1.680.501
Pasien meninggal bertambah 185 menjadi 50.908.
Tercatat sebanyak 64.830 spesimen diperiksa hari ini di seluruh Indonesia, sedangkan jumlah suspek sebanyak 63.643.
Sebaran 5.246 kasus baru Corona di Indonesia per Rabu (2/6/2021), sebagai berikut:
Jawa Barat: 930 kasus
Jawa Tengah: 739 kasus
Riau: 615 kasus
DKI Jakarta: 601 kasus
Kepulauan Riau: 351 kasus
DI Yogyakarta: 268 kasus
Jawa Timur: 239 kasus
Sumatera Barat: 224 kasus
Sumatera Selatan: 129 kasus
Nusa Tenggara Barat: 124 kasus
Kalimantan Barat: 105 kasus
Aceh: 101 kasus
Bangka Belitung: 100 kasus
Sumatera Utara: 93 kasus
Lampung: 90 kasus
Jambi: 86 kasus
Kalimantan Tengah: 81 kasus
Banten: 69 kasus
Kalimantan Timur: 64 kasus
Nusa Tenggara Timur: 61 kasus
Sulawesi Selatan: 50 kasus
Bali: 33 kasus
Sulawesi Tengah: 30 kasus
Bengkulu: 13 kasus
Kalimantan Selatan: 12 kasus
Kalimantan Utara: 11 kasus
Sulawesi Barat: 8 kasus
Sulawesi Utara: 7 kasus
Papua Barat: 5 kasus
Gorontalo: 4 kasus
Maluku Utara: 3 kasus.
https://movieon28.com/movies/battle-los-angeles/
Viral Wakil Ketua BSSN Sebut HP 'Merusak Sel Tubuh', Bagaimana Faktanya?
Baru-baru ini, wakil ketua Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Komjen Pol. Dharma Pongrekun viral di Tiktok. Pasalnya dalam sebuah video viral bincang-bincang, ia menyebut ponsel (telepon seluler) bisa merusak sel tubuh manusia.
"Di sini ada gelombang yang mempunyai kekuatan magic, kekuatan hipnotis. Bapak bayangkan kalau sudah menggunakan gelombang. Jadi dalam tubuh kita ini setiap pertambahan hertz akan memengaruhi karakter manusia," katanya, dikutip dari video YouTube Pendeta Gilbert Lumoindong, Rabu (2/5/2021).
"Kenapa handphone disebut seluler phone? Karena dia menghancurkan sel. Begitu bapak touch, sel kita lemah. Makanya kita gampang sakit, panas, cepat puyeng. Tangan kayak kesemutan, kenapa? Darah jadi kental. Dia berpengaruh langsung pada tubuh," lanjutnya.
Video tersebut sebenarnya diunggah pada 25 Agustus 2020. Akan tetapi, potongan video tersebut baru-baru ini kembali beredar di linimasa media sosial.
Benarkah seluler merusak sel?
Dikutip dari laman resmi Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), studi ilmiah para dokter, ilmuwan, dan insinyur FDA dalam 30 tahun ini, tidak menemukan hubungan paparan energi frekuensi radio ponsel dengan masalah kesehatan, termasuk kanker.
Pula berdasarkan data di AS selama 30 tahun ini, tidak ada peningkatan kasus kanker otak yang signifikan meski penggunaan ponsel meningkat pesat. Sebaliknya, tingkat kanker otak dan sistem saraf lainnya yang didiagnosis di AS justru menurun selama sekitar 15 tahun terakhir.
Telepon seluler memang memancarkan energi frekuensi radio. Namun berdasarkan National Cancer Institute, belum ada bukti pasti terkait pengaruh radiasi terhadap risiko penyakit kanker.
"Saat ini tidak ada bukti yang konsisten bahwa radiasi non-pengion meningkatkan risiko kanker pada manusia. Satu-satunya efek biologis yang diakui secara konsisten dari radiasi frekuensi radio pada manusia adalah pemanasan" terang laman FDA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar