Para leluhur China memang terkenal cerdik dan maju dalam berpikir. Salah satunya kisahnya adalah kaisar cerdik yang memindahkan batu prasasti lewat air.
Ajaran Kong Hu Cu dari Konfusius begitu melekat dalam kehidupan masrayakat China. Bahkan setelah meninggal, Temple of Confucius masih terus didatangi oleh kaisar-kaisar.
Temple of Confucius sendiri berada di Kota Qufu, Provinsi Shandong, China. Kota ini menjadi tempat kelahiran Konfusius. detikTravel bersama Dwidaya Tour dibuat kagum dengan keindahan kelentang ini.
Dari kelenteng ini ada banyak cerita menarik tentang Konfusius dan kedekatannya dengan kerajaan. Hal ini terlihat dari banyaknya batu prasasti yang ditinggalkan oleh raja saat berkunjung.
"Tiap berkunjung, raja-raja akan meninggalkan batu prasasti yang berisikan komentar dan doa untuk Konfusius. Konfusius dipercaya sebagai dewa," ujar Dennis, pemandu dari China International Travel Service.
Batu-batu tersebut akan diukir dengan huruf kaligfari China. Sebagai persembahan, prasasti tersebut juga diletakkan di atas Bi Xi dan di dalam gazebo.
Prasasti yang paling istimewa datang dari Kaisar Kangxi, kakek dari Qianlong yang terkenal. Prasasti ini punya cerita menarik sebelum diletakkan di Temple of Confucius.
Dulu kala, semua batu prasasti yang ingin diletakkan di kelenteng ini dibuat oleh warga lokal. Qufu memiliki banyak perngarajin dan batu bagus dari pegunungan.
"Tapi Kangxi berbeda, ia membuat batu prasasti di Beijing, sebelum berangkat ke kelenteng ini," cerita Dennis.
Sebagai persembahan terbaik, batu prasasti tersebut memiliki berat 30 ton. Karena berat, batu ini tidak bisa diangkut begitu saja oleh pengawal. Jadi bagaimana caranya?
"Lewat sungai. Beijing memiliki sungai yang bagus, tapi tidak dengan Qufu. Jadi bagaimana?" tanya Dennis, mengetes.
Batu tersebut tidak bisa dingakut dengan perahu karena terlalu berat. Belum lagi kedalaman sungai di Qufu memberikan pengaruh dari beban perahu.
"Chinese people is very clever, pada saat itu udara mulai dingin. Sehingga mereka menunggu hingga air sungai menjadi es," lanjut Dennis.
Batu prasasti tersebut tidak diangkut tapi diseret di atas sungai yang jadi es dari Beijing hingga Qufu. Hanya dalam waktu satu bulan, batu prasasti tersebut tiba di Qufu. Wah, tak heran kalau negeri tirai bambu jadi salah satu negara maju!
Wisata Sambil Nostalgia di Museum Pos Indonesia
Wisata sambil mengenal lebih dekat soal sejarah pos, traveler bisa ke museumnya di Bandung. Inilah Museum Pos Indonesia.
Salah satu tempat yang menyimpan sejarah mengenai dunia persuratan yaitu Museum Pos Indonesia yang berlokasi di Jalan Cilaki, Kota Bandung. Museum bersejarah ini berdiri sejak sekitar tahun 1933, awalnya bangunan ini bernama Museum Pos, Telegraf dan Telepon (PTT).
Museum Pos Indonesia diperuntukkan bagi masyarakat umum sebagai sarana untuk mempelajari tentang sejarah pos. Pengunjung tidak perlu membayar tiket, hanya diwajibkan mengisi buku pengunjung yang berada di pintu masuk Museum Pos Indonesia.
Setelah itu, wisatawan dapat mengelilingi museum dengan bebas dengan tetap menjaga dan tidak merusak koleksi. Koleksi yang dipajang yakni perangko, kotak pos, miniatur gedung sampai patung seorang tukang pos yang sedang dikerumuni masyarakat. Patung ini menggambarkan peran penting tukang pos pada saat itu, sebelum mengenal smartphone.
Museum yang terbuka untuk umum ini semula hanya menyajikan benda koleksi sebatas perangko, baik perangko dalam negeri maupun luar negeri. Karena pentingnya fungsi museum sebagai sarana pendidikan untuk generasi muda, maka dilakukan upaya renovasi agar dapat memelihara kekayaan warisan budaya dalam pelayanan pos.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar