Minggu, 15 Maret 2020

Jembatan Berendeng yang Instagramable di Tangerang

 Jembatan Berendeng menjadi salah satu objek wisata di Tangerang. Jembatan ini asyik juga buat foto-foto.

"Kita nantinya akan berkunjung ke jembatan yang menyambungkan dua sisi Sungai Cisadane," kata pemandu wisata kami yang merupakan duta pariwisata kota Tangerang, yaitu alumni dari Kang dan Nong Kota Tangerang (kalau di Jakarta, Abang dan None), menyampaikan kepada kami yang sedang berwisata dalam kota dengan Bus City Tour milik Pemkot Tangerang.

Saya pun berpikir. Berwisata ke jembatan? Ingatan saya melayang sewaktu saya berwisata ke Batam empat tahun lalu. Saya mengunjungi Jembatan Barelang yang menjadi ikon wisata Batam. Sesudah itu, saya pun berpikir, apa yang akan ditawarkan di jembatan yang diberi nama Berendeng ini?

Dari Kampung Bekelir, rombongan City Tour menuju ke Jembatan Berendeng. Perjalanan tidak lama. Kurang lebih 10 menit. Perjalanan ini menyusuri Sungai Cisadane. Kami pun berhenti di tulisan besar Cisadane Walk. Saya pun sempat nyeletuk, wah, ada Ciwalk di sini.

Iya, kalau di Bandung ada Cihampelas Walk, nah di Tangerang ada Cisade Walk. Kalau disingkat Ciwalk juga. Dari Cisadane Walk ini, saya berjalan kaki menyusuri Sungai Cisadane.

Jalur pedestrian ini sangat nyaman. Tapi saya belum melihat adanya guide block untuk penyandang disabilitas. Sepanjang pinggir sungai, ada pagar pengaman. Oleh Pemerintah Kota Tangerang, juga disiapkan spot foto.

Semakin mendekati Jembatan, saya melihat ada taman. Ada semacam gazebo ada ruang publik berukuran kecil yang sementara dibangun. Dari spot ini, Jembatan Berendeng semakin terlihat. Jembatan ini catnya warna-warni. Ngejreng, alias eye catching sekali dari pinggir jalan.

Tak ada salahnya berfoto dengan latar belakang jembatan ini karena penuh warna. Menapaki jembatan ini, cukup menanjak. Sampai di tengah jembatan, ternyata ada panggung atau tempat berfoto dengan alas yang terbuat dari kaca.

Inilah kelebihan dari Jembatan Berendeng ini. Ada spot foto dengan latar belakang Sungai Cisadane yang besar. Untuk berfoto, gratis tidak ada pungutan. Tapi kita harus melepas alas kaki. Wajar, soalnya sepatu atau sandal kita mungkin membawa kotoran dan bisa merusak kaca yang menjadi alas.

Dari jembatan kita bisa melihat Sungai Cisadane yang berbeda dengan sungai di Jakarta yang lebih berwarna hitam. Sungai Cisadane memang tidak bening airnya, tapi setidaknya cukup bersih dari sampah. Setelah foto-foto, saatnya saya dan rombongan kembali menyusuri Kota Tangerang.

Kalau ke Tangerang (Kota), tak ada salahnya mampir ke Jembatan Berendeng ini. Ikon wisata baru dari Kota Tangerang.

Ini Nih Raja Ampat Mini di Sulawesi

 Pulau Sombori berada di Sulawesi Tengah. Keindahan pulau-pulau karangnya mirip seperti yang ada di Raja Ampat.

Kali ini saya akan bercerita tentang pengalaman saya berlibur di Pulau labengki. Hanya berdurasi 30 menit dari Kota Kendari dengan menggunakan mobil dan dilanjutkan perjalanan menggunakan speedboat kurang lebih 1 jam kita akan sampai di Pulau labengki.

Banyak pulau yang bertebaran di sekeliling Pulau labengki, dan kali ini saya akan singgah dan bermalam di Pulau Labengki Kecil di mana hanya di pulau ini warga bisa tinggal.

Pekerjaan utama penduduk Labengki Kecil ialah nelayan. Mereka sudah tinggal di sini, bahkan banyak warga yang tidak tahu bahwa keindahan Pulau Labengki akan menjadi pesona Asia yang berikutnya.

Keesokan harinya saya diajak untuk mengunjungi pulau tetangga yang tidak jauh dari Pulau Labengki, kurang lebih 1 jam perjalanan saya sampai di Pulau Sombori. Di sini kita bisa lihat gugusan pulau dari atas Bukit Kayangan yang banyak orang bilang miniatur Raja Ampat.

Saya takjub dengan keindahan pulau yang satu ini. Ternyata di Pulau Sombori juga ada gua prasejarah yang banyak orang bilang adalah gua berlian, Air Kiri, Pantai Kita, Gua Alo, dan Rumah Nenek adalah beberapa destinasi yang saya explore.

Saya juga tidak ingin membuang kesempatan saya snorkeling di pulau ini. Bahkan hampir 1 jam saya snorkeling di Pulau Sombori, yang letak spot snorkelingnya tidak jauh dari pemukiman warga. Terumbu karang dan ikan di sini sangat terjaga.

Tidak terasa sore datang dan saya harus kembali ke ke Pulau Labengki Kecil. Hari berikutnya saya mengajak salah satu warga untuk menemani eksplor beberapa tempat di Labengki Kecil. Tujuan pertama saya adalah Pantai Pasir Panjang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar