Kamis, 11 Maret 2021

Duduk Perkara Vaksin Nusantara yang Tak Ikut Konsorsium Vaksin Merah Putih

 Publik sempat dibuat bingung dengan adanya Vaksin Nusantara dan Vaksin Merah Putih. Kok bisa sih, dua inovasi anak bangsa seperti jalan sendiri-sendiri?

Menteri Riset dan Teknologi sekaligus Kepala Badan Riset dan Inovasi Indonesia (Menristek/Kepala BRIN) Prof Bambang Brodjonegoro menjelaskan duduk perkaranya. Dalam sebuah rapat terbatas membahas COVID-19 pada Agustus 2020, presiden Joko Widodo (Jokowi) memberi arahan untuk membentuk tim pengembangan vaksin.


"Waktu itu sudah ada berita misalkan Pfizer masuk uji klinis, AstraZeneca masuk uji klinis, dan seterusnya. Saya sampaikan, Indonesia perlu mulai memikirkan pengembangan vaksin untuk COVID-19 dan follow up dari ratas tersebut," beber Prof Bambang dalam rapat kerja dengan DPR RI, Rabu (10/3/2021).


"Presiden menugaskan saya, waktu itu Pak Terawan sebagai Menkes, dan Pak Erick Menteri BUMN untuk membentuk tim pengembangan vaksin COVID-19," lanjutnya.


Prof Bambang menyebut, Terawan yang saat itu menjabat Menteri Kesehatan ikut terlibat langsung dalam tahap awal perencanaan vaksin Merah Putih. Ditekankan, Menkes kala itu tahu benar bahwa vaksin Merak Putih itu 'eksis'.


"Prinsipnya adalah pada tahap itu, Menteri Kesehatan dan Kemenkes tahu bahwa ada tahap percepatan pengembangan vaksin COVID-19 (Merah Putih)," imbuhnya.


Kemenkes lalu ditugasi untuk fokus ke pengadaan vaksin asal luar negeri. Alasannya, kondisi sudah mendesak dan vaksinasi COVID-19 dinilai perlu dilakukan lebih awal.


Namun Prof Bambang menyebut, saat itu ada selentingan bahwa Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) juga mengembangkan vaksin bekerja sama dengan Universitas Diponegoro (Undip), yang tak lain adalah cikal bakal vaksin Nusantara. Namun saat itu, tidak ada informasi yang jelas tentang riset tersebut.


"Kenapa belum dimasukan konsorsium? Kita tahunya pun baru minggu lalu. Sejak Agustus ada Kepres 18, Kemenkes, Menkes, ada di situ. Idenya adalah semua vaksin yang dikembangkan dalam negeri itu akan didorong," lanjut Prof Bambang.


"Terus terang kita berusaha jemput bola, tapi bola yang dijemput itu tidak kelihatan. Kami terus terang, belum berani memasukkannya (vaksin nusantara) ke dalam konsorsium," pungkas Prof Bambang.

https://movieon28.com/movies/mortal-enemies/


Bagaimana Cara Menghentikan Kemunculan Varian Baru COVID-19? Ini Kata WHO


Berbagai varian baru COVID-19 terus dilaporkan bermunculan di dunia. Sebagai contoh varian B117 yang awalnya terdeteksi di Inggris kini sudah menyebar ke banyak negara, termasuk salah satunya Indonesia.

Dikutip dari situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), virus secara alami memang bisa bermutasi. Hal ini terjadi ketika ada kesalahan dalam proses replikasi saat virus tersebut menginfeksi sel.


Oleh karena itu untuk menghentikan atau mencegah kemungkinan terjadinya mutasi Corona maka proses replikasi harus dihentikan. Ini artinya mencegah virus COVID-19 menginfeksi manusia, menekan penyebarannya dengan protokol kesehatan dan vaksinasi massal.


"Menghentikan penyebaran COVID-19 pada sumbernya jadi kunci yang penting," tulis WHO seperti dikutip pada Rabu (10/3/2021).


"Maka dari itu memastikan akses vaksin COVID-19 yang adil jadi hal sangat penting dalam menangani pandemi yang terus berevolusi ini. Semakin banyak orang yang divaksinasi harapannya bisa membuat sirkulasi virus berkurang, berujung pada mutasi yang lebih sedikit," ungkap WHO.

https://movieon28.com/movies/marital-harmony-of-man-and-woman/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar