Vaksin Nusantarabesutan dr Terawan Agus Putranto menuai kontroversi. Dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR RI baru-baru ini, BPOM menyebut uji klinis fase I vaksin Nusantara tidak sesuai kaidah dan tidak menjawab khasiatnya.
Sikap tegas BPOM RI mendapat dukungan dari dokter yang juga influencer Tirta Mandira Hudhi alias dr Tirta.
Dalam sebuah unggahan video di Instagram, dr Tirta menyampaikan tanggapannya soal kontroversi vaksin Nusantara. Menurutnya, produk lokal seperti halnya vaksin Nusantara perlu diapresiasi, namun uji klinis yang sesuai kaidah tidak boleh dikesampingkan.
"Terlepas itu penemuan apapun dari Indonesia, kita harus apresiasi, namanya juga produk lokal," kata dr Tirta, seperti dikutip detikcom dari postingan Instagram miliknya, dikutip atas izin yang bersangkutan, Sabtu (13/3/2021).
"Tetapi, dalam kaitannya obat, vaksin, atau apapun yang masuk ke dalam tubuh manusia, apalagi berkaitan dengan virus, bakteri, atau apapun itu harus mengalami namanya uji klinis, ada namanya praklinis," lanjutnya.
Sama seperti vaksin lainnya, dr Tirta mengatakan vaksin nusantara juga harus melalui uji klinis sesuai prosedur yang ada di BPOM.
"Vaksin nusantara dibuat oleh pak Terawan dan kawan-kawannya ini dengan segala hormat, harus juga mengikuti peraturan yang berlaku dari BPOM. Bukan berarti apapun, tetap ikuti aturan yang berlaku kayak vaksin Merah Putih," tambahnya.
Selain itu, dr Tirta juga menyebut bahwa komisi IX DPR RI juga harus netral dalam mengawal pemberian izin tersebut. Pemberian vaksin Sinovac yang saat ini diberikan gratis kepada masyarakat juga melalui pengawasan.
"Jadi Komisi IX DPR pun harus netral, jangan menekan BPOM harus segara izinnya keluar. Kalau izin keluar kalau yang aneh gimana," pungkasnya.
https://maymovie98.com/movies/the-war-of-loong/
Waspada! Varian Baru Corona Brasil 'P1' Mulai Masuk ke Asia Tenggara
- Varian baru Corona Brasil yang dikenal dengan P1 kini sudah menyebar ke Asia Tenggara, tepatnya di Filipina. Kementerian Kesehatan Filipina mengatakan kasus ini teridentifikasi pada seorang warganya yang baru pulang dari Brasil.
Dikutip dari Reuters, kasus ini ditemukan setelah memeriksa sebanyak 752 sampel di pusat genom. Melihat varian Corona yang disebut sangat menular ini, membuat kementerian kesehatan setempat menghimbau warganya untuk tetap waspada.
"Kepatuhan dan konsisten masyarakat terhadap protokol kesehatan akan mencegah penularan varian ini," tulis Kementerian Kesehatan Filipina dalam sebuah pernyataan, Sabtu (13/3/2021).
Varian Brasil yang dikenal dengan P1 atau 501Y.V3 ini pertama kali dilaporkan pihak otoritas kesehatan Jepang pada empat orang yang kembali dari Brasil, pada pertengahan Januari lalu.
Selain itu, varian ini juga menjadi perhatian karena memiliki mutasi yang berpotensi membuatnya lebih mudah menular dan resisten terhadap vaksin.
Sampai saat ini, Filipina masih menjadi negara kedua dengan kasus COVID-19 tertinggi di Asia Tenggara. Sebagai upaya perlawanannya, negara tersebut terus meningkatkan program vaksinasi yang dimulai pada 1 Maret.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar