Selasa, 09 Maret 2021

7 Tahun BPJS Kesehatan, Peserta Masih Keluhkan Antrean Berjam-jam

  Sudah 7 tahun sejak BPJS Kesehatan resmi beroperasi sebagai transformasi dari PT Askes (Persero). Sepanjang perjalanannya, berbagai peraturan baru muncul guna menyempurnakan asuransi kesehatan sosial ini.

Direktur Utama BPJS Kesehatan Ali Ghufron Mukti mengatakan meski masih banyak kendala di lapangan, program ini tetap dirasakan manfaatnya. Setiap tahun pemanfaatan terhadap BPJS Kesehatan juga terlihat meningkat.


"Mengingat pentingnya program ini, maka kami berupaya melakukan perbaikan dan peningkatan kinerja," kata Ali Ghufron saat ditemui dalam agenda BPJS Kesehatan Mendengar, Senin (8/3/2021).


Meski demikian tak dapat dipungkiri keluhan demi keluhan masih dirasakan peserta. Di antaranya, tak sedikit yang merasa bahwa peserta BPJS selalu dianaktirikan.


"Keluhan terbanyak (peserta BPJS Kesehatan) itu merasa dianaktirikan. terus, antrian lama bisa 5-6 jam. Itu yang sering masuk," ujarnya.


Untuk itu, pihaknya berharap rumah sakit bisa memanfaatkan sistem informasi manajemen online yang dikembangkan dan disempurnakan. Ada tiga pihak yang digerakkan untuk mempercepat antrean menggunakan sistem online.


Pertama dari internal BPJS Kesehatan, kemudian dari Kementerian Kesehatan termasuk rumah sakit, kemudian masyarakat. Ke depannya masyarakat akan bisa mengecek ketersediaan tempat tidur di rumah sakit sehingga tak ada lagi penumpukan antrean di faskes.


Ghufron mengatakan pihaknya juga meluncurkan program BPJS Kesehatan mendengar yang memiliki tujuan bahwa BPJS Kesehatan ini milik kita bersama, milik rumah sakit, peserta, hingga asosiasi.


"BPJS Kesehatan Mendengar ini membantu kami melakukan pemetaan kebutuhan stakeholders untuk kami jadikan evaluasi, masukan, dan acuan dalam mengelola Program JKN-KIS lima tahun ke depan," pungkasnya.

https://kamumovie28.com/movies/sri-asih/


Gegara COVID-19, Pria Ini Mengalami Ereksi Selama 3 Jam


 Seorang pria berusia 69 tahun mengalami ereksi selama tiga jam akibat virus Corona. Menurut dokter, pria tersebut mengalami priapisme (ereksi jangka panjang) karena adanya penggumpalan darah di penisnya.

Kasus ini berawal saat pria yang tidak diketahui namanya itu terkena COVID-19. Kondisinya semakin parah karena disebabkan obesitas yang dialaminya dan harus dirawat di Rumah Sakit Miami Valley, di Ohio.


Kondisinya terus memburuk, ia mengalami sesak napas yang parah, pembengkakan, dan penumpukan cairan di paru-parunya. Meski sudah dibantu dengan ventilator, tetap tidak membuat kondisinya membaik.


Selama 10 hari dirawat, paru-parunya mulai rusak. Untuk menolongnya, petugas medis membalikkan tubuhnya dan melakukan teknik darurat untuk membantu udara yang ada di tubuhnya bisa kembali bergerak.


Dikutip dari NYPost, setelah 12 jam mereka melihat penis pria tersebut mengalami ereksi dan langsung mengompresnya dengan kantong es. Tapi, sampai 3 jam belum menunjukkan adanya perubahan.


Akhirnya, mereka memutuskan untuk menguras darah yang ada pada penis pria tersebut yang sudah tidak sadarkan diri.


"Priapisme tidak terulang kembali," tulis tiga dokter di Rumah Sakit Miami Valley dalam sebuah laporan tentang pasien di American Journal of Emergency Medicine.


Meski sudah diberikan pertolongan darurat, kondisi paru-paru pria itu tak kunjung membaik hingga akhirnya meninggal dunia di ruang ICU.


Para ahli medis mengatakan, gejala tersebut kemungkinan disebabkan adanya reaksi berlebihan dari sistem kekebalan yang disebut badai sitokin, yang bisa menyebabkan pembekuan darah.


"Kami belum melihat kasus priapisme yang berkaitan dengan COVID-19 seperti ini, dan sejauh yang saya ketahui ini jelas dampak dari COVID-19 yang jarang terjadi," kata konsultan ahli bedah urologi Dr Richard Viney dari Queen Elizabeth Hospital, Birmingham.


"Pada pasien ini, ia memiliki priapisme aliran rendah yang pasti cocok dengan mikroemboli (gumpalan darah kecil yang terbentuk di pembuluh darah yang lebih kecil) dan menjadi salah satu komplikasi akibat COVID-19 yang bisa terjadi di organ tubuh lainnya," lanjutnya.


Sebelumnya, pada studi terpisah yang dipublikasi dalam American Journal of Emergency Medicine juga pernah melaporkan kasus yang serupa. Kondisi tersebut dialami pria berusia 62 tahun yang tertular COVID-19 dan mengalami ereksi selama 4 jam yang diyakini disebabkan adanya penggumpalan darah.

https://kamumovie28.com/movies/santet/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar