Dalam penemuan vaksin untuk mengatasi virus Corona COVID-19, China memiliki tiga kandidat salah satunya adalah vaksin Sinovac. Vaksin yang berasal dari perusahaan bioteknologi yang berbasis di Beijing ini menyebut bahwa vaksin buatannya sudah terbukti efektif bisa melawan beberapa jenis virus Corona.
Chairman dan CEO Sinovac Biotech, Yin Weidong, optimis vaksin Corona buatan perusahaannya sudah terbukti bisa mengalahkan strain virus Corona yang berasal dari luar negeri. Strain virus ini didapatkan dari warga China yang kembali dari luar negeri.
"Sejak April, kita memiliki kasus dari luar negeri. Mereka tidak terinfeksi di China, tetapi menunjukkan gejala penyakit ini di China. Kami memperoleh 20 lebih strain virus yang berbeda dari mereka, termasuk dari Amerika Serikat, Eropa, dan negara-negara Timur Tengah," jelasnya yang dikutip dari CGTN, Kamis (27/8/2020).
"Kami menemukan semuanya bisa dinetralisir, terlepas dari mana asal virus itu. Jadi kami optimis tipe serum dari vaksin virus COVID-19 ini belum berubah. Vaksin kami bisa menetralisir seluruh virus COVID-19 di dunia," imbuhnya.
Yin Weidong mengatakan pihaknya sudah siap memproduksi vaksin ini secara massal, bahkan bisa memproduksi 300 juta dosis per tahun. Dengan kapasitas sebesar ini, ia yakin bisa memenuhi permintaan vaksin dari dalam negeri dan beberapa negara lainnya.
"Kami telah menjanjikan beberapa negara akan mendapat prioritas yang sama seperti China. Ini artinya kapasitas produksi 300 juta vaksin akan tersedia untuk negara yang memiliki angka kasus Corona tinggi, termasuk Indonesia," jelas Yin Weidong.
Dari hasil uji klinis fase 1 dan 2 vaksin ini yang melibatkan 1.000 relawan, terbukti vaksin Sinovac bisa menciptakan antibodi pada 97 sampai 98 persen relawan. Kini perusahaan tersebut sedang melakukan uji klinis fase 3 dengan klaim efek perlindungannya bisa bertahan selama dua tahun.
Sama-sama Picu Radang di Otak, Ini Bedanya Meningitis dan Ensefalitis
Desainer Indonesia, Barli Asmara, wafat karena kondisi radang otak. Sebagian menyebutnya meningitis, tapi ada juga yang menyebut ensefalitis. Memang apa beda dari keduanya?
Dikutip dari Mayo Clinic, ensefalitis adalah peradangan yang spesifik terjadi di jaringan otak. Sementara itu meningitis adalah peradangan pada selaput yang melapisi otak dan saraf tulang belakang.
Bila meningitis dan ensefalitis terjadi bersamaan, kondisi ini biasa disebut meningoensefalitis atau ensefalomeningitis.
"Meningoensefalitis atau dikenal juga dengan sebutan ensefalomeningitis adalah peradangan pada otak dan jaringan selaput pelindung di sekitarnya. Kondisinya mirip meningitis dan ensefalitis," tulis peneliti Sandip Kumar Dash seperti dikutip dari Intechopen, Jumat (28/8/2020).
Meningitis dan ensefaltis umumnya terjadi karena infeksi oleh virus, bakteri, fungi, dan parasit. Selain itu bisa juga dipicu oleh masalah autoimun yang muncul belakangan akibat infeksi.
Gejala yang ditimbulkan meningitis dan ensefalitis mirip, yaitu mulai dari demam, sakit kepala, kekakuan leher, kejang, lemas, hingga kematian.
https://nonton08.com/7-hours-to-go/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar