Beberapa perkantoran yang kembali beraktivitas menerapkan cek suhu tubuh di pintu masuk untuk mencegah penularan virus Corona. Namun, tetap saja beberapa kali dilaporkan penularan Corona di kantor hingga akhirnya terpaksa kembali ditutup.
Apa ini artinya upaya pemeriksaan suhu tidak efektif?
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa cek suhu bisa dilakukan sebagai satu paket, bagian dari penerapan protokol kesehatan yang menyeluruh. Melakukan cek suhu saja tidak dianjurkan karena tidak bisa mendeteksi seluruh kasus.
"Cek suhu tidak bisa mendeteksi seluruh kasus COVID-19, karena individu yang terinfeksi mungkin tidak menunjukkan gejala tapi bisa menularkan penyakitnya. Orang-orang juga bisa saja mengonsumsi obat penurun panas karena takut konsekuensi tidak masuk kerja," tulis WHO dikutip dari situs resminya pada Rabu (26/8/2020).
"Mengandalkan pemeriksaan suhu saja tidak bisa menghentikan penularan COVID-19 di tempat kerja," lanjut WHO.
Untuk bisa cepat mendeteksi kasus Corona, WHO menyarankan semua karyawan didorong untuk melakukan pemeriksaan kesehatan rutin. Cara yang mudah bisa dengan mengisi kuesioner tentang kondisi kesehatan tubuh.
Manajer atau pemilik usaha juga harus memberi dukungan agar karyawan yang menunjukkan gejala tidak perlu masuk ke kantor. Bila karyawan tertular saat bekerja, maka ini bisa dianggap sebagai penyakit karena pekerjaan (occupational disease) dan jadi tanggung jawab perusahaan.
"Bila infeksi COVID-19 terjadi karena pekerjaan, bisa dianggap occupational disease. Bila terbukti maka harus dilaporkan serta dikompensasi sesuai standar perburuhan internasional dan nasional," tulis WHO.
238 Karyawan LG Positif Corona, Ini Kriteria Pekerjaan Berisiko Menurut WHO
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang membeberkan bahwa ada 238 karyawan pabrik LG di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, yang terinfeksi virus Corona COVID-19. Hal ini diketahui setelah ada salah satu karyawan yang jatuh sakit dan kemudian meninggal dunia.
"Kemudian dilakukan test and trace oleh Gugus Tugas, hasilnya adalah 238 karyawan positif COVID," kata Agus yang menambahkan pabrik tutup operasi selama 14 hari untuk menekan penyebaran virus.
Terkait hal tersebut, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan bahwa risiko penyebaran virus Corona di tempat kerja tergantung dari seberapa padat atau intens individu harus berinteraksi. Beberapa jenis pekerjaan bisa memiliki risiko yang rendah, sedang, atau tinggi.
Pekerjaan yang memiliki risiko rendah termasuk di antaranya karyawan di layanan teleservice atau mereka yang bisa bekerja dari rumah.
Sementara itu, karyawan pabrik bisa masuk dalam kategori pekerjaan dengan risiko sedang karena kemungkinan sulit menjaga jarak. Misalnya saat karyawan berangkat kerja dengan transportasi umum atau berinteraksi dengan rekan di pabrik.
"Contoh pekerjaan dengan risiko sedang mencakup bidang ritel, jasa pengiriman, akomodasi, konstruksi, polisi dan keamanan, transportasi publik, serta sanitasi," tulis WHO di situs resminya.
Terakhir pekerjaan dengan risiko tinggi adalah mereka yang paling mungkin berinteraksi dengan objek atau individu yang memiliki virus Corona COVID-19. Misalnya mereka yang harus memberi perawatan pada suspek atau pasien positif COVID-19, seperti asisten rumah tangga, caregiver, sopir pribadi, hingga pekerja sosial.
https://nonton08.com/a-suspicious-lady-2/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar