Sabtu, 29 Agustus 2020

Akankah Virus Corona Wuhan 'Lenyap' Seperti SARS?

 Virus corona Wuhan yang kini telah menyebar ke 27 wilayah di luar China, dikabarkan sudah menginfeksi 28.000 orang dan lebih dari 560 meninggal dunia. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah menyatakan wabah itu sebagai 'darurat kesehatan global' yang artinya benar-benar harus menjadi perhatian seluruh negara di dunia.
John Nicholls, profesor klinis patologi di Universitas Hong Kong (HKU) mengatakan wabah SARS (Severe Acute Respiratory Syndrome) yang diakhiri pada Juli 2003, berakhir saat memasuki bulan-bulan di musim panas yang suhunya sudah tinggi. Selain itu kebiasaan hidup bersih seperti mencuci tangan pun efektif dalam menghentikan penyebaran penyakit SARS yang semakin meluas.

Menurutnya hal yang sama akan terjadi pada wabah novel coronavirus (2019-nCoV).

"Itu akan sama untuk yang satu ini," katanya, dikutip dari CNN.

"Menurut saya ini akan berakhir sama seperti SARS, dan nanti orang-orang akan terkena flu yang sangat buruk sekitar lima bulan," jelas Nicholls.

Untuk menghentikan penyebaran virus lebih lanjut, China telah mengkarantina negara mereka, yaitu menutup semua pintu masuk di bandara, stasiun kereta api, dan bus di semua kota besar di Provinsi Hubei, tempat pertama kali virus corona baru ini mewabah.

Meskipun beragam upaya telah dilakukan pemerintah China, beberapa ahli virologi mengatakan wabah novel coronavirus lebih sulit dibendung jika dibandingkan dengan wabah SARS. Menurut Nicholls, wabah virus corona baru dengan penularan yang lebih besar daripada SARS terjadi karena virus corona baru ini dapat menular pada pasien tanpa gejala.

Sementara itu Gilead Sciences, sebuah perusahaan biofarmasi dengan obat remdesivir yang sebelumnya digunakan untuk mengobati virus Ebola, kini bekerja sama dengan otoritas kesehatan China untuk melihat apakah obat tersebut dapat benar-benar memerangi gejala virus corona baru.

Bayi Berusia 30 Jam Jadi Pasien Termuda Virus Corona

Jumlah pasien virus corona 2019-nCoV dilaporkan terus meningkat. Data terakhir dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut ada lebih dari 28 ribu kasus terkonfirmasi. Dari jumlah tersebut seorang bayi yang usianya baru 30 jam dilaporkan jadi pasien termuda.
Dokter di Rumah Sakit Ibu dan Anak Wuhan menyebut seorang ibu hamil yang terinfeksi nCoV melahirkan bayi pada 2 Februari lalu. Bayi yang baru lahir itu lalu dites 30 jam kemudian dan terbukti positif virus corona.

Meski bayi baru lahir itu memiliki tanda vital yang stabil dan tidak ada demam atau batuk, ia mengalami sesak napas. Pemeriksaan rontgen menunjukkan tanda infeksi dan beberapa kelainan pada fungsi hati.

Ahli menyebut kasus ini bisa jadi menunjukkan kemampuan virus menginfeksi di dalam rahim.

"Ini mengingatkan kita untuk lebih memperhatikan ibu hamil karena mungkin menjadi rute penularan virus," kata kepala dokter rumah sakit tersebut, Zeng Lingkong, seperti dikutip dari Reuters.

Selain bayi yang baru berusia 30 jam, media pemerintah China CCTV melaporkan ada satu bayi lagi yang juga positif terinfeksi virus corona.
https://nonton08.com/fate-stay-night-heavens-feel-ii-lost-butterfly/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar