Belakangan ini ramai dibicarakan tentang usulan sepeda road bike bisa masuk Tol Lingkar Dalam (Cawang-Tanjung Priok) pada hari dan jam tertentu. Sepeda jenis ini memang dinilai dapat melaju dengan cepat dan mengimbangi kecepatan kendaraan bermotor.
Dibanding sepeda pada umumnya, road bike memang tergolong 'berkelas'. Walaupun ada juga yang harganya sekitar Rp 5-6 juta, road bike yang mumpuni biasanya punya banderol puluhan atau bahkan ratusan juta. Lebih 'sultan' dibanding sepeda lipat premium yang juga sedang hits.
Tak heran jika jenis sepeda ini terkesan lebih eksklusif. Dengan laju yang bisa mencapai 60 km/jam, sepeda road bike juga tidak pernah melintas di jalur khusus sepeda yang lebarnya tak lebih dari 2 meter.
Belum lagi tapak rodanya yang tipis akan kesulitan menghadapi lubang dan patahan aspal di jalur paling pinggir. Maka jangan heran jika usulan road bike masuk tol, diam-diam banyak didukung para pesepeda jenis ini.
Seperti halnya pengguna sepeda jenis lain, anak-anak road bike juga punya banyak istilah teknis yang mungkin kurang akrab di telinga awam. Yuk, kenali beberapa di antaranya agar tidak 'roaming' kalau ngobrol.
1. Peloton
Pernah lihat iring-iringan road bike melintas di jalan raya? Walaupun melaju dengan kecepatan tinggi, umumnya formasi pesepeda ini terlihat rapi dengan 1-2 baris. Kadang-kadang, dikawal juga oleh petugas. Ini yang biasa disebut sebagai peloton.
"Peloton itu rombongan bareng dengan speed tertentu. Biasanya yang di depan itu road captain yang nentuin kecepatannya, yang belakang ngikutin semua," kata kepala bidang umum ISSI (Ikatan Sepeda Sport Indonesia) DKI Fatur Racavvara kepada detikcom, Jumat (28/8/2020).
2. Cadence
Istilah lain yang sering diucapkan para pesepeda, terutama road bike, adalah cadence. Ini adalah hitungan putaran pedal alias kayuhan dalam satu menit.
"Biasanya orang nyebutnya RPM (rotation per minute)," jelas Fatur yang juga pengguna road bike.
Tinggi rendahnya cadence dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti lintasan dan rasio gear atau gigi yang digunakan. Cadence juga berpengaruh pada kecepatan road bike saat melaju.
"Kalau atlet itu sudah di atas 100 cadence per menit. Kalau rata-rata orang hobi ya 60-an cadence," lanjut Fatur.
3. TTB
Belakangan, banyak sekali ditemukan kasus pesepeda kolaps atau meninggal saat berusaha menaklukkan tanjakan. Denyut jantung yang meningkat drastis di tanjakan kadang-kadang melewati batas kemampuan fisik seseorang, sehingga memicu serangan jantung.
Agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diharapkan seperti ini, seorang pesepeda dituntut untuk bijak mengenali dan mendengarkan kemampuan tubuhnya sendiri. Jika sekiranya tanjakan terlalu terjal untuk digowes, maka pilihannya adalah singkirkan gengsi lalu lakukan 'TTB'.
"Tun Tun Bike. Artinya kalau ada obstacle itu dituntun sepedanya, dia turun terus dituntun," ujar Fatur.
4. Matador
Hampir mirip dengan TTB, matador (manggihan tanjakan dorong) adalah istilah untuk para pesepeda yang berani mengorbankan gengsinya dengan tidak memaksakan diri jika sekiranya tanjakan yang dihadapi terlalu terjal. Daripada kolaps, orang Sunda menyarankan 'manggihan tanjakan dorong'.
5. Gocapan
Tren gowes yang ngehits belakangan ini turut mengangkat potensi wisata kuliner. Banyak rombongan pesepeda yang mengarahkan rute gowesnya ke tempat-tempat makan yang menarik sembari berwisata kuliner.
"Gocapan itu istilah kalau Sabtu atau Minggu pagi itu namanya gowes cari sarapan," kata Fatur.
6. Loncer
Road bike bisa melaju dengan kencang antara lain dipengaruhi oleh kemampuan rodanya berputar tanpa hambatan di porosnya. Istilah populernya: loncer.
Dokter sekaligus influencer dan pegiat sepeda, Falla Adinda mengatakan, loncer merupakan sebutan untuk sepeda dengan performa akselerasi yang baik. Biasanya butuh beberapa komponen tambahan atau pengganti untuk membuat road bike menjadi 'loncer'.
"Intinya supaya kita hemat tenaga. Misalnya, dari kecepatan 0-40 kilometer per jam itu daya yang kita keluarkan itu lebih kecil. Jadi dengan part A, misalnya, kita dapat dari kondisi 40 detik, kalau dengan kelonceran yang berbeda kita dapatnya 20 detik dengan daya yang sekian lebih kecil," jelas dr Falla yang juga seorang pengguna road bike.
7. Loading dan unloading
Loading dan unloading memiliki arti umum 'kegiatan bongkar muat barang'. Maksudnya, jika ingin bersepeda di lokasi yang cukup jauh dari rumah, sepeda bisa dibawa dengan mobil agar lebih menghemat tenaga dan baru digunakan ketika sudah sampai di tempat tujuan.
"Kalau loading itu sepedanya masuk ke mobil. Misalnya kita mau gowes ke dalam kota, cuma kita bawa sepedanya di dalam mobil itu loading. Unloading berarti mengeluarkan dari dalam mobil," ujar dr Falla.
Namun bagi sebagian orang, 'loading' juga jadi istilah untuk menyamarkan ketidakmampuan untuk menyelesaikan rute yang direncanakan. Untuk golongan ini, loading artinya capek mengayuh, lalu ambil langkah solutip pesan taksi online atau nyegat pick up ala Bu Tejo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar