Jumat, 28 Agustus 2020

Novel Baswedan Positif Corona, Ini 4 Kemungkinan Pasien Bisa Minim Gejala

- Penyidik KPK Novel Baswedan positif terinfeksi virus Corona COVID-19 dengan kondisi minim gejala. Ia mengaku memang sempat demam tiga pekan lalu dan batuk-batuk sampai hari dirinya dites swab.
"Iya kemarin tes swab semua penyidik dan dibilang positif. Tapi memang aku tidak ada gejala apa-apa," kata Novel kepada detikcom, Jumat (28/8/2020).

"Mungkin itu tercapture Corona, atau Corona beneran nggak tahu," lanjutnya.

Sebagian pasien yang terinfeksi COVID-19 memang diketahui bisa tidak atau minim memiliki gejala. Dalam dunia medis hal ini dikenal sebagai kasus asimtomatik atau biasa disebut juga dengan istilah orang tanpa gejala (OTG).

Apa penyebabnya? Menurut beberapa studi ada empat kemungkinan yang bisa menjelaskan fenomena seperti yang dialami Novel Baswedan.

1. Respons imun yang baik
Kemungkinan pertama adalah para OTG memiliki respons imun yang bagus terhadap infeksi. Rata-rata pasien dengan gejala parah diketahui datang dari kelompok usia tua dan atau memiliki kondisi penyakit penyerta.

Studi yang dipublikasi di jurnal Cell memperkuat dugaan tersebut. Temuan dari tim peneliti Karolinska Institutet, Swedia, menemukan rata-rata orang yang minim gejala memiliki sistem imun sel T yang bereaksi cepat terhadap infeksi virus.

2. Imunitas silang
Studi menemukan ada populasi orang-orang yang sudah memiliki imunitas terhadap COVID-19, bahkan sebelum dirinya terinfeksi. Hal ini diduga karena mereka pernah terinfeksi virus lain dan memicu respons sistem imun yang juga bisa bereaksi terhadap COVID-19.

Sebagai contoh, peneliti Singapura menemukan orang-orang mantan pasien SARS memiliki sel T yang bisa bereaksi terhadap COVID-19.

3. Genetik
Studi yang dipublikasi di jurnal JAMA meneliti mengapa ada orang dewasa muda tanpa penyakit penyerta yang akhirnya mengalami gejala parah. Peneliti melihat ada kemungkinan ini karena faktor genetik.

4. Viral load
Viral load atau jumlah virus di awal infeksi disebut juga kemungkinan berperan dalam tingkat keparahan gejala. Bisa jadi saat seseorang terinfeksi, jumlah virus yang masuk ke tubuhnya tidak banyak sehingga gejala yang ditimbulkan juga jadi minim.

Pria Berisiko Alami Gejala Corona Lebih Berat Daripada Wanita, Ini Sebabnya

Sebuah studi terbaru mengungkap penyebab pria lebih rentan mengalami gejala virus Corona COVID-19 yang jauh lebih parah dibandingkan wanita.
Dikutip dari Daily Mail, para peneliti dari Universitas Yale di Amerika Serikat (AS) menemukan bahwa pria memiliki kemampuan yang lebih buruk dalam memproduksi sel kekebalan tubuh untuk membunuh virus dan melawan peradangan akibat penyakit. Sedangkan pada wanita, respons kekebalan tubuh akan semakin kuat seiring bertambahnya usia.

Para peneliti pun berpendapat, dengan adanya temuan ini, maka cara perawatan dan pengobatan yang diberikan pada pasien Corona pria dan wanita mungkin bisa diterapkan secara berbeda.

"Kami sekarang memiliki data jelas yang menunjukkan bahwa kekebalan tubuh pada pasien Corona antara pria dan wanita sangatlah berbeda. Perbedaan ini dapat menjadi dasar mengapa pria lebih rentan terhadap penyakit," kata peneliti Dr Akiko Iwasaki, profesor imunologi di Universitas Yale.

Studi yang telah diterbitkan dalam jurnal Nature ini dilakukan dengan cara mengamati 17 pria dan 22 wanita yang terinfeksi Corona dan dirawat di Rumah Sakit Yale, AS, selama periode 18 Maret hingga 9 Mei.

Hasilnya menunjukkan, adanya perbedaan jumlah virus atau viral load antara pasien pria dan wanita. Bahkan, jumlah antibodi yang dihasilkan untuk melawan COVID-19 pun berbeda.

Pada tahap awal infeksi, pasien pria cenderung mengalami inflamasi atau badai sitokin yang lebih besar dibandingkan pasien wanita.

Badai sitokin merupakan respons sistem kekebalan tubuh yang berlebihan terhadap virus. Kondisi ini dapat memicu gangguan pernapasan, kegagalan multi-organ, bahkan kematian.

Selain itu, disebutkan juga wanita mampu menghasilkan lebih banyak sel T dibandingkan pria. Sel T merupakan sejenis sel darah putih yang mampu mengikat dan membunuh sel yang terinfeksi virus.

Para peneliti mengungkap, pria cenderung memiliki respons pembentukan sel T yang kurang kuat dibandingkan wanita dan ini dapat mempengaruhi tingkat keparahan penyakit.

"Ketika (pria) menua, mereka kehilangan kemampuan untuk merangsang sel T," kata Iwasaki.

"Jika orang itu gagal membuat sel T, kemampuan mereka dalam menghadapi penyakit akan buruk. Namun, pada wanita tua bahkan sangat tua seperti berusia 90 tahun, mereka masih menghasilkan respons imun yang cukup baik dan layak," jelasnya.
https://nonton08.com/l-o-r-d-legend-of-ravaging-dynasties/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar