Festival Lembah Baliem (FLB) 2019, merupakan event yang dinantikan oleh para fotografer. Sebab, festival ini akan menghadirkan adat, budaya, serta pertunjukkan yang menarik dari suku-suku yang ada di Wamena.
Tahun ini, FLB akan dilaksanakan pada 7-10 Agustus 2019. Ada suku Dani, Yali, dan Lani yang akan berlaga di medan perang pada festival ini.
"Ini menjadi sebuah tampilan yang dinanti para fotografer. Saat mereka mengirim prajurit terbaiknya ke arena perang mengenakan tanda-tanda kebesaran terbaik mereka tentu menjadi angle yang menarik di kamera," kata Staf Khusus Menpar Bidang Media dan Komunikasi Kemenpar, Don Kardono, dalam keterangan tertulis, Kamis (1/8/2019).
Buat Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar, Rizki Handayani, mengatakan Lembah Baliem menjadi bukti kekayaan budaya Indonesia. Banyak wisman yang datang untuk melihat festival budaya yang satu ini.
"Indonesia sangat kaya akan budaya. Dan tersebar dari Sabang hingga Merauke. Dan salah satu budaya yang terjaga dengan sangat baik adalah Lembah Baliem. Daya tariknya luar biasa. Wisatawan mancanegara selalu ramai," ujar Rizki.
Ratusan prajurit ini akan tampil lengkap dengan senjata, pakaian tradisional dan lukisan di wajah mereka. Senjata yang digunakan adalah tombak panjang berukuran 4.5 meter, busur dan anak panah.
Pesta Babi yang dimasak di bawah tanah disertai musik dan tari tradisional khas Papua menambah kemeriahan festival ini. Mereka juga memamerkan dan menjual bentuk seni dan kerajinan buatan tangan.
"Yang perlu Anda lakukan selama festival hanya mengamati dan menikmatinya sambil memotret. Semakin lama festival ini berlangsung maka suasana semakin seru. Semakin banyak tombak yang meleset maka semakin keras sorakan dari ratusan penonton. Budaya ini masih terjaga dengan baik di festival ini," kata kata Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Management CoE, Esthy Reko Astuti.
Salah satu bukti kuatnya budaya yang masih dipegang teguh adalah soal pakaian yang masih digunakan hingga saat ini. Para pria menggunakan koteka yang terbuat dari kulit labu air yang dikeringkan. Mereka juga menggunakan penutup kepala yang terbuat dari bulu cendrawasih atau kasuari.
Dalam festival ini wisatawan bisa mengamati bahwa setiap suku memiliki identitasnya masing-masing dan terlihat dari kostum dan koteka mereka. Pria suku Dani biasanya hanya memakai koteka kecil, sedangkan pria suku Lani mengenakan koteka yang lebih besar. Sebab, tubuh mereka lebih besar dari rata-rata pria suku Dani. Lain halnya pria suku Yali yang memakai koteka panjang dan ramping yang diikatkan oleh sabuk rotan dan diikat di pinggang.
Sedangkan untuk para wanita hanya mengenakan rok yang terbuat dari rumput atau serat pakis yang disebut Sali. Saat membawa babi atau hasil panen ubi, para wanita ini membawanya dengan tas tali atau noken yang diikatkan di kepala mereka.
"Dengan menghadiri Festival Lembah Baliem maka Anda akan merasakan kesempatan langka untuk mengenal dan belajar langsung beragam tradisi suku-suku setempat. Bonusnya keindahan alam Pegunungan Jayawijaya yang eksotis," ujar Asisten Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Regional III Kemenpar, Muh. Ricky Fauziyani.
Bagi Menteri Pariwisata, Arief Yahya, FLB menjadi bukti betapa budaya memiliki nilai tinggi dalam menjaring wisatawan. Oleh karena itu, ia begitu mendorong daerah untuk mengangkat budayanya.
Ia berulang kali mengatakan, jika budaya semakin dilestarikan, maka akan semakin menyejahterakan. Sebab, selain kekuatan alamnya, Indonesia memiliki sektor pariwisata yang sangat menarik.
"Modal setiap daerah itu sudah kuat, saya sudah tidak ragu untuk itu. Sekarang tinggal bagaimana komitmen dari daerah itu sendiri untuk menggelar atraksi berkelas seperti FLB. Ini festival yang sangat konsisten. Festival ini sudah 30 tahun digelar. Waktunya pun tak pernah berubah, selalu di bulan Agustus. Jadi wisatawan bisa menjadwalkan waktunya berkunjung ke festival ini," pungkas Arief.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar