Selasa, 07 Januari 2020

AirAsia Terbang Perdana Bali-Labuan Bajo, Penuh Penumpang 100%

AirAsia sukses meresmikan penerbangan perdana rute Bali-Labuan Bajo. Kapasitas 180 kursi pada armada Airbus A320 pun terisi penuh!

Penerbangan QZ644 lepas landas dengan keterisian penuh 180 penumpang dari Bandara Internasional Ngurah Rai Denpasar pada pukul 12.55 WITA dan mendarat di Bandara Internasional Komodo pada pukul 14.55 WITA. Perayaan penerbangan perdana Bali-Labuan Bajo dihadiri oleh Bupati Manggarai Barat, Bapak Agustinus C. Dula dan Wakil Bupati Manggarai Barat Ibu Drh. Maria Geong di Bandara Internasional Komodo siang ini.

Selain itu, hari ini AirAsia juga melakukan penerbangan perdana beberapa rute domestik terbaru, yaitu rute Jakarta-Lombok, Bali-Lombok, Yogyakarta Kulon Progo-Lombok, serta Surabaya-Kertajati.

"Labuan Bajo dan Lombok adalah dua dari 10 destinasi yang didorong sebagai Bali baru' oleh Kementerian Pariwisata Republik Indonesia. Dengan beroperasinya penerbangan perdana yang membangun konektivitas segitiga pariwisata Bali-Lombok-Labuan Bajo ini, kami merasa bangga dapat mendukung perkembangan pariwisata domestik, khususnya kawasan timur Indonesia," kata Direktur Utama AirAsia Indonesia, Dendy Kurniawan seperti dalam siaran pers yang diterima detikcom, Kamis (1/8/2019).

Sejak Juli 2019 bulan lalu, AirAsia menebar harga promo antara lain mulai dari Rp 635.000 untuk Jakarta-Lombok dan mulai Rp 243.000 untuk Bali-Lombok. Syarat dan ketentuan berlaku untuk promo tersebut.

Kisah Meriam Sakti Tapi Buntung di Sumatera Utara

Di halaman Istana Maimun tersimpan benda peninggalan sejarah yang unik, yaitu Meriam Puntung. Ada kisah menarik di balik meriam yang pecah jadi 2 bagian ini.

Kalau berkunjung ke Istana Maimun di depan, tepat di sisi kanan halaman istana ada bangunan berbentuk Rumah Adat Karo. Ternyata bangunan itu bukanlah bangunan biasa, sebab di dalamnya berisi peninggalan sejarah yang begitu unik.

Di dalam bangunan rumah-rumahan itu, tersimpan Meriam Puntung alias Meriam Buntung. Dinamakan seperti itu, karena meriam ini bentuknya buntung alias seperti terpotong tidak sempurna. Konon ada cerita mengapa meriam ini bisa buntung.

Tengku Mohar, pemandu yang saat itu bertugas pun menjelaskan soal cerita itu kepada detikcom dan rombongan Media Trip dari Hotel Harper Wahid Hasyim Medan. Ada 2 versi cerita yang beredar di kalangan masyarakat tentang bagaimana asal muasal meriam ini.

"Dari cerita masyarakat, dulu ada satu kerajaan bernama Aru. Raja Aru punya 3 anak, 2 laki-laki dan 1 perempuan yang bernama Putri Hijau. Kerajaan ini susah ditaklukkan. Dipilihlah cara persuasif dengan perkawinan, namun ditolak. Akhirnya terjadi perang," kisah Tengku Mohar kepada detikcom, pekan lalu.

Nah, saat perang terjadi antara Kerajaan Aru dan Kerajaan Aceh, meriam sakti ini digunakan. Konon, meriam ini adalah penjelmaan dari adik Putri Hijau.

"Meriam ini punya kekuatan gaib, tanpa disulut api bisa meledak. Kenapa meriam ini bisa putus? Saking panasnya, meriam ini pun pecah jadi 2 bagian. Satu bagian terpental di Kabanjahe, Tanah Karo. Satu patahannya lagi ada di halaman Istana Maimun," terang Mohar.

Sedangkan versi kedua dari cerita ini menyebut bahwa Meriam Puntung adalah simbol keberhasilan Kesultanan Deli dalam menaklukkan Kerajaan Aru.

"Zaman dulu kan apa yang jadi kebanggaan kerajaan yang ditaklukkan dibawa pulang sebagai cinderamata. Ini jadi simbol kejayaan Nenek Moyang Kesultanan Deli," imbuh Mohar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar