Mengidap penyakit yang tak bisa sembuh menjadi permasalahan pelik bagi sang penderita. Tak hanya memerlukan perawatan berkelanjutan, biaya pengobatan yang harus disiapkan pun tak terhingga jumlahnya. Hal ini dialami Theo Ivan Widianto (24), yang didiagnosa menderita Thalasemia sejak berusia dua tahun.
Awalnya, Theo didiagnosa anemia ketika ia mengalami panas demam terus menerus saat masih kecil. Namun, panas dan demamnya tak kunjung mereda meski sudah dilakukan transfusi darah.
"Dari situ kemudian dilakukan cek darah lengkap. Baru ketahuan bahwa saya menderita Thalasemia. Sejak saat itu lah orang tua saya terus melakukan berbagai cara untuk kesembuhan saya," ungkap Theo dalam keterangan tertulis, Rabu (23/12/2020).
Thalasemia merupakan salah satu penyakit keturunan berupa kelainan darah. Seseorang bisa mengidap penyakit ini jika salah satu atau kedua orang tuanya mengidap thalasemia. Faktor ras dan etnis tertentu juga meningkatkan risiko penyakit thalasemia.
"Informasi yang kami terima saat itu, penyakit ini terjadi akibat kelainan pada faktor genetika, tetapi penyebab pasti mutasi gen ini bisa terjadi belum diketahui. Pada awalnya orang tua saya mengobati saya di Rumah Sakit (RS) swasta dengan biaya yang tidak sedikit. Bahkan untuk biaya, orang tua saya menjual aset dan barang-barang yang dimiliki keluarga karena pengobatan thalasemia cukup mahal," ujar Theo.
Besarnya biaya pengobatan di RS Swasta membuat Theo beralih ke RS Dr. Soetomo yang biayanya relatif lebih rendah. Meski begitu, penyakit yang diidap Theo tetap memerlukan biaya yang besar. Di rumah sakit ini, Theo pun mendapat informasi mengenai Program Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
"Baru sekitar tahun 2014 atau 2015, dokter yang merawat saya di RS Soetomo menyarankan untuk mendaftar sebagai peserta program JKN-KIS dari pemerintah. Agar pengobatan saya dapat dijamin penuh, karena penyakit ini akan bersama saya terus sepanjang hidup," terang Theo.
Sejak terdaftar sebagai peserta JKN-KIS segmen peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) dari Pemerintah Kota Surabaya, segala biaya perobatan dan perawatan Theo ditanggung oleh BPJS Kesehatan. Ia merasa terbantu dengan adanya program JKN-KIS.
"Ya ibaratnya, hidup saya tergantung pada BPJS Kesehatan. Karena penderita thalasemia harus melakukan pengobatan seumur hidup. Sejauh ini pelayanan yang saya terima baik-baik saja, tidak ada diskriminasi sama sekali dan tidak dipersulit," kata Theo.
Layanan kesehatan ini dimanfaatkannya setiap kali melakukan pengobatan per bulannya. Dalam sekali pengobatan, rata-rata Theo mengeluarkan biaya Rp 1,5 juta untuk perawatan dan Rp 6 juta untuk obat. Dalam satu bulan, Theo bisa tiga kali menjalani kontrol rawat jalan.
"Jadi bisa dibayangkan kalau tidak ada program JKN-KIS yang menjamin biaya pengobatan saya, tentu saya tidak dapat bertahan lebih lama, karena tentu kami mungkin telah kehabisan biaya untuk berobat. Terima kasih JKN-KIS!," lanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar