Selasa, 29 Desember 2020

Gisel Tersangka, Simpan Data Sensitif di HP Memang Berbahaya

 Polda Metro Jaya menetapkan artis Gisella Anastasia atau Gisel sebagai tersangka kasus video syur dengan jeratan UU Pornografi. Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus mengatakan pihaknya menetapkan Gisel tersangka berdasar hasil gelar perkara. Hal ini membuktikan bahayanya merekam atau menyimpan data sensitif di HP walau milik sendiri.

Gisel juga mengakui video seks itu adalah miliknya. "Bahwa saudari GA mengakui dikuatkan lagi oleh ahli forensik yang ada, ahli ITE yang ada dan saudari GA mengakui," ujar Kombes Pol Yusri Yunus.


Besar kemungkinan video seks itu berasal dari HP Gisel. Hotman Paris belum lama ini menyebut Gisel pernah menghapus data di ponsel sebelum ponsel tersebut diberikan ke manajernya. Tapi, data tersebut ternyata bisa muncul kembali.


Ya, risiko tersebut memang ada sehingga jangan sembarangan menyimpan data pribadi di smartphone. Misalnya saat HP akan dijual atau diberikan pada pihak lain, user biasanya melakukan factory reset. Langkah ini ternyata bukan berarti HP sudah tidak dapat diambil data pribadi di dalamnya.


"Memang betul, walau sudah di factory reset, ada kemungkinan menggunakan aplikasi recovery data, data-data lama pada smartphone yang sudah di factory reset masih bisa dikembalikan. Ini dimungkinkan karena saat kita menghapus data digital, bukan seperti tulisan pensil yang dihapus hingga tidak terlihat lagi, tetapi seperti di tip-ex, untuk bisa ditulis data baru di atasnya," tulis pengamat gadget, Lucky Sebastian.

https://movieon28.com/movies/gloomy-sunday/


Hal senada dikatakan Alfons Tanujaya, pengamat keamanan siber. Menurutnya, data yang sudah dihapus seperti milik Gisel itu memang bisa muncul kembali, atau lebih tepatnya bukan muncul lagi, namun sebenarnya data tersebut belum benar-benar terhapus.


Sebenarnya bukan muncul lagi tetapi ini adalah teknis penghapusan data di perangkat digital," ujar Alfons ketika dihubungi detikINET beberapa waktu silam.


Yang dimaksud oleh Alfons adalah, sebenarnya saat kita menghapus data dengan mengklik 'delete' di ponsel, yang dihapus itu hanya logika keberadaan data. Selama tempat penyimpanan data masih tersisa, maka sebenarnya data yang sudah dihapus itu masih tersimpan di dalam ponsel.


"Maksudnya jika sisa memory card/hard disk masih banyak, maka sebenarnya data yang dihapus secara fisik masih ada di memory card/hard disk tersebut," tambahnya.


Data yang sebenarnya masih tersimpan itu, bisa ditampilkan kembali dengan program recovery. Jika penyimpanan tersisa masih banyak, tingkat keberhasilan program seperti ini sangat besar. "Kalau sisa memory cardnya masih banyak tingkat keberhasilan sangat tinggi. Bisa > 90 %," ujar peneliti keamanan dari Vaksincom ini.


Menurutnya, hal ini juga bisa terjadi pada penyimpanan data di ponsel, karena prinsip penyimpanan data yang dipakai sama saja. Melakukan reset factory setting atau erase all data, seperti yang ada di kebanyakan ponsel itu juga tidak aman.


"Harusnya cara kerja penyimpanan sama saja (antara kartu memori dan penyimpanan di ponsel)," pungkasnya.


Namun menurut Alfons, untuk perangkat iOS dan Android keluaran 2015 ke atas, memang sudah tersedia fitur untuk mengenkripsi data yang ada dalam ponsel. Namun itu pun ada syaratnya agar data tersebut tetap tak bisa diakses oleh orang tak bertanggung jawab.


Jadi saat ponsel tersebut diakses secara ilegal, atau tanpa menggunakan PIN/sidik jari pengguna, data yang disimpan itu akan terenkripsi. Namun jika ponselnya diakses secara normal dengan menggunakan PIN dan sejenisnya, data tersebut bisa diakses. Dan kunci dekripsi untuk membuka data tersebut bakal ikut dihapus saat ponsel sudah di-reset.

https://movieon28.com/movies/the-elementary-particles/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar