Pemerintah Amerika Serikat tengah menghadapi serangan siber skala besar dan canggih. Hacker asal Rusia pun dituding sebagai dalangnya.
Bahkan lembaga Cybersecurity and Infrastructure Security Agency menyatakan pemerintah pusat AS berada dalam risiko besar akibat serangan itu. Berbagai institusi menjadi korban, termasuk infrastruktur penting dan tak ketinggalan pihak swasta.
CISA meyakini serangan sudah dimulai sejak bulan Maret. Beberapa lembaga pemerintah kemudian melaporkan diincar, termasuk Departemen Energi dan Departemen Keuangan. Microsoft kabarnya juga kena walau mereka membantahnya.
"Pelaku ancaman ini menunjukkan kemampuan intrusi yang canggih dan kompleks. Melenyapkan mereka dari lingkungan yang sudah terkena sangat kompleks dan menantang," sebut mereka, dikutip detikINET dari CNBC.
Beberapa pihak menuding Rusia di baliknya. "Skala serangan yang berkelanjutan ini begitu kuat. Hacker Rusia sudah punya akses di jaringan sensitif dan penting dalam 6 sampai 9 bulan," kata Thomas Bossert, mantan penasihat Homeland Security.
Pihak Rusia sudah menepisnya. "Bahkan jikalaupun benar ada serangan dalam beberapa bulan dan pihak Amerika tidak berbuat apa-apa, maka salah untuk menyalahkan Rusia begitu saja. Kami tak ada kaitannya dengan ini," ucap juru bicara presiden Rusia, Dmitry Peskov.
FBI telah melancarkan investigasi untuk mencari pelakunya. Belum jelas apa yang telah didapat para hacker, tapi mereka dipastikan mengakses jaringan rahasia pemerintah dan memonitor data di sana.
Apalagi dilaporkan, hacker itu telah memasuki sistem National Nuclear Security Administration yang menjaga pasokan senjata nuklir AS.
Hacker memanfaatkan celah di software management buatan SolarWind, perusahaan yang berbasis di Texas. Rupanya ada sekitar 18 ribu konsumen Solarwinds Orion yang mendownload update software tanpa menyadari ada backdoor di situ, yang dipakai hacker sebagai jalan masuk.
https://kamumovie28.com/movies/accident-man/
Amerika Blokir Raksasa Chip China SMIC
Setelah pengunduran diri sang CEO, kini perusahaan chip andalan China yaitu Semiconductor Manufacturing International Corporation (SMIC), resmi masuk ke daftar hitam Amerika Serikat alias blacklist.
Dilansir detiKINET dari Gizmochina, Departemen Perdagangan Amerika Serikat telah mengumumkan daftar puluhan perusahaan China termasuk SIMC dan juga raksasa drone DJI yang ditambahkan ke daftar blacklist. Dengan demikian, perusahaan ini efektif dilarang untuk mengimpor dan menggunakan teknologi dari AS
Menurut Sekretaris Kementerian Perdagangan, Wilbur Ross, keputusan tersebut dibuat untuk melindungi kepentingan Amerika dengan mencegah penggunaan teknologi canggih AS yang dapat digunakan untuk membantu membangun militer dari musuhnya.
SMIC sendiri telah menegaskan bahwa mereka sama sekali tidak memiliki hubungan dengan militer China dan tentunya adanya pembatasan ini akan menimbulkan masalah serius bagi perusahaan yang sangat bergantung pada perangkat lunak, perangkat keras, dan teknologi Amerika lainnya untuk desain lengkap dan pembuatan semikonduktor.
Implikasi ekonominya bisa berpotensi sangat buruk bagi SMIC, karena perkiraan penjualan dan pertumbuhan perusahaan harus kembali ditinjau dan hampir pasti merosot dari target.
Pemasok AS ke SMIC pun sekarang terikat alias wajib untuk mengajukan izin untuk menjual komponen unik dan penting yang diperlukan SMIC. Dengan kata lain, prosesnya menjadi berbelit-belit.
Pengumuman ini pun sebagai hantaman bertubi-tubi bagi SMIC, sebab belum lama ini dilaporkan bahwa co-CEO Liang Mong Song telah mengundurkan diri dari posisinya. SMIC belum mengeluarkan pernyataan tentang masalah ini.
Seorang juru bicara Kementerian Luar Negeri China, dalam menanggapi keputusan ini, menuduh pemerintah AS menggunakan kekuasaan negara untuk menekan perusahaan China. China pun akan terus mengambil tindakan yang diperlukan untuk melindungi hak dan kepentingan yang sah dari perusahaan tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar