Renaissance Youth Leaders Forum (RYLF) adalah organisasi sosial-kemasyarakatan dari Silliman University di Filipina, yang didedikasikan untuk menjembatani perpecahan sosial, budaya, ekonomi, dan politik, serta menciptakan perubahan positif di masyarakat. Pada 21 November, organisasi tersebut merilis kampanye media sosial melawan stigma dan toxic masculinity dengan tagar #FightTheStigma dan #UNMUTE.
"Baik pria maupun wanita menderita karena toxic masculinity. Itu terjadi setiap hari baik online maupun offline," kata pesan kampanye tersebut.
Untuk mengilustrasikan maksud dari pernyataannya, RYLF membagikan serangkaian poster. Dari pria yang mengenakan warna merah muda hingga menangis, organisasi tersebut membahas cara-cara yang menurutnya dibentuk masyarakat dan menekan pria. Padahal toxic masculinity bisa merusak hubungan mereka dengan diri mereka sendiri dan dunia di sekitar mereka.
Berikut ini adalah beberapa contoh toxic masculinity yang kerap dialami dan terlalu sering dianggap sebagai suatu keharusan, dikutip dari Bored Panda:
https://kamumovie28.com/movies/first-time/
Serangan Cyber Ganas Landa Amerika, Rusia Dituding Dalangnya
Pemerintah Amerika Serikat tengah menghadapi serangan siber skala besar dan canggih. Hacker asal Rusia pun dituding sebagai dalangnya.
Bahkan lembaga Cybersecurity and Infrastructure Security Agency menyatakan pemerintah pusat AS berada dalam risiko besar akibat serangan itu. Berbagai institusi menjadi korban, termasuk infrastruktur penting dan tak ketinggalan pihak swasta.
CISA meyakini serangan sudah dimulai sejak bulan Maret. Beberapa lembaga pemerintah kemudian melaporkan diincar, termasuk Departemen Energi dan Departemen Keuangan. Microsoft kabarnya juga kena walau mereka membantahnya.
"Pelaku ancaman ini menunjukkan kemampuan intrusi yang canggih dan kompleks. Melenyapkan mereka dari lingkungan yang sudah terkena sangat kompleks dan menantang," sebut mereka, dikutip detikINET dari CNBC.
Beberapa pihak menuding Rusia di baliknya. "Skala serangan yang berkelanjutan ini begitu kuat. Hacker Rusia sudah punya akses di jaringan sensitif dan penting dalam 6 sampai 9 bulan," kata Thomas Bossert, mantan penasihat Homeland Security.
Pihak Rusia sudah menepisnya. "Bahkan jikalaupun benar ada serangan dalam beberapa bulan dan pihak Amerika tidak berbuat apa-apa, maka salah untuk menyalahkan Rusia begitu saja. Kami tak ada kaitannya dengan ini," ucap juru bicara presiden Rusia, Dmitry Peskov.
FBI telah melancarkan investigasi untuk mencari pelakunya. Belum jelas apa yang telah didapat para hacker, tapi mereka dipastikan mengakses jaringan rahasia pemerintah dan memonitor data di sana.
Apalagi dilaporkan, hacker itu telah memasuki sistem National Nuclear Security Administration yang menjaga pasokan senjata nuklir AS.
Hacker memanfaatkan celah di software management buatan SolarWind, perusahaan yang berbasis di Texas. Rupanya ada sekitar 18 ribu konsumen Solarwinds Orion yang mendownload update software tanpa menyadari ada backdoor di situ, yang dipakai hacker sebagai jalan masuk.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar