Hingga saat ini virus Corona telah menimbulkan banyak korban. Selain penerapan protokol kesehatan 3M, diperlukan vaksinasi bertahap demi mencegah penularan sekaligus menghentikan pandemi COVID-19.
"Jadi vaksinasi ini akan mencegah penularan dan membantu mempercepat proses menghentikan pandemi," ujar Anggota Komite Penasehat Ahli Imunisasi Nasional dari ITAGI Prof, Dr. dr Soedjatmiko, SpA(K)., Msi, Rabu (2/12/2020).
Hal itu dia katakan dalam Dialog Produktif 'Indonesia Siapkan Vaksinasi' yang diselenggarakan oleh Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN), di Jakarta.
Pasalnya, meski masyarakat telah menerapkan protokol kesehatan, jumlah kasus positif virus Corona kian bertambah, dengan rata-rata antara 4-5 ribu orang setiap hari. Selain penambahan kasus, jumlah korban meninggal akibat COVID-19 dari kalangan masyarakat juga cukup tinggi, yakni sekitar 100-160 orang per hari. Sedangkan dokter dan tenaga medis yang meninggal akibat COVID-19 juga tercatat sudah mencapai sekitar 290 ribu.
Lebih lanjut Soedjatmiko menjelaskan, vaksin yang akan digunakan harus aman serta tidak memiliki efek samping berat. Selain itu, vaksin pun harus mempunyai efikasi yang ideal 70 persen dan minimal 50 persen mengikuti standar WHO.
Disebutkannya, vaksin perlu mencapai perlindungan untuk kurun waktu yang panjang, yaitu 6 bulan atau 1 tahun. Kemudian terkait stabilitas penyimpanan, kemasan (multidose, optimalisasi kapasitas rantai dingin vaksin), evaluasi penyuntikan, evaluasi jadwal akan diotorisasi oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Tujuan vaksinasi, sambungnya, tidak lain meningkatkan kekebalan individu, menciptakan kekebalan kelompok, menurunkan penularan, kesakitan, serta kematian akibat suatu penyakit.
"Vaksinasi telah terbukti menghadapi pandemi suatu penyakit seperti campak, polio, dan difteri," kata Soedjatmiko.
Sebagai informasi, vaksin Sinovac yang akan digunakan dipastikan telah lulus uji klinik tahap tiga dan diizinkan beredar oleh BPOM. Selain vaksin yang disiapkan oleh beberapa lembaga dari luar, Indonesia juga tengah menyiapkan vaksin Merah Putih karya anak bangsa yang siap didistribusikan tahun 2021 mendatang.
https://movieon28.com/movies/anak-hoki/
Viral di Medsos, Dokter Jelaskan Mengapa Tertawa Lebar Bikin Tak Bisa Mingkem
Viral di media sosial pria berusia 45 tahun yang tak bisa menutup rahangnya akibat tertawa dan menguap terlalu lebar. Cerita ini diunggah oleh akun TikTok @dr.helmiyadi_spot.
Dalam unggahan tersebut dijelaskan, pria itu diduga mengalami dislokasi sendi pada rahangnya. Rahang pria ini pun dapat kembali menutup setelah mendapat penanganan dari dokter.
Sebenarnya kondisi apa yang dialami pria itu?
Menurut dokter bedah mulut dari RS Pondok Indah Bintaro Jaya, drg Pruput Dwi Mutiari, SpBM, pria itu mengalami dislokasi rahang atau suatu keadaan di mana sendi rahang bergerak terlalu ke depan dan terkunci.
"Menguap terlalu lebar membuat sendi rahang bergerak terlalu ke depan, sehingga terkunci di depan tonjolan sendi (eminentia artikularis), sehingga membuat posisi sendi rahang tidak bisa kembali ke posisi normal dan tidak bisa menutup mulut," kata drg Pruput saat dihubungi detikcom, Rabu (2/12/2020).
Apa penyebab terjadinya dislokasi rahang?
drg Pruput menjelaskan, kondisi ini bisa terjadi jika sendi pada rahang mengalami peradangan, karena adanya kebiasaan makan hanya dari satu sisi dan suka menggertakkan gigi (bruxism).
"Jadi kalau punya kebiasaan buruk makan satu sisi dan bruxism tadi, maka risiko untuk dislokasi saat rahangnya nguap terlalu lebar jadi lebih tinggi," jelasnya.
"Jadi tetap harus ada kejadian dia mangap lebar dulu baru bisa dislokasi," tuturnya.
https://movieon28.com/movies/wedding-agreement/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar