Kamis, 11 Maret 2021

Catatan BPOM untuk Vaksin Nusantara: Vaksin untuk Pandemi Harus Mudah Dibuat

 Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) buka suara terkait kajian vaksin Nusantara yang diprakarsai eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Kepala BPOM Penny K Lukito menyebut vaksin yang dikembangkan harus fit atau sesuai dengan kondisi pandemi.

"Dalam pandemi ini sekarang terutama vaksin yang akan dikembangkan haruslah tepat atau fit dengan situasi pandemi yaitu mudah dalam pembuatannya," jelas Penny dalam Raker DPR Komisi IX Rabu (10/3/2021).


"Tidak memerlukan peralatan khusus, termasuk dalam pembuatan, dan penyimpanan dapat diaplikasikan dalam pelayanan kesehatan dan terjamin khasiat keamanan dan mutu," lanjutnya.


Penny menyebut, pembuatan vaksin yang mudah di masa pandemi bertujuan untuk mempercepat vaksinasi. Uji vaksin yang akan dipakai di masa pandemi juga harus terbukti menimbulkan antibodi dalam waktu cepat.


Pemenuhan kedua hal tersebut juga disertai data atau bukti vaksin valid dalam keamanan serta khasiatnya.


"Important saat masa pandemi dibutuhkan vaksin yang mudah digunakan dan dikembangkan dengan cepat dan massal, dan memberikan respons antibodi yang cepat, dan juga aplicable di masa pandemi ini untuk melakukan vaksinasi massal dalam waktu yang cepat," bebernya.


Penny kembali menegaskan, pemenuhan good clinical practice atau pelaksanaan uji vaksin Nusantara harus dilakukan dengan tepat. "Untuk menjaga keselamatan subjek penelitian dan menjaga kredibilitas dalam menghasilkan data yang akurat, valid dan dapat dipercaya," pungkasnya.

https://movieon28.com/movies/challenge-game/


Dokter Sebut Long Covid pada Pasien Bergejala Ringan Cenderung Lebih Buruk


Sejumlah studi menyebut pasien Corona yang telah pulih berisiko mengalami long COVID, tak terkecuali bagi mereka yang hanya mengeluhkan gejala ringan atau bahkan tidak bergejala.

Dikutip dari The Sun, dokter paru dari University College London Hospital, Dr Melissa Heightman, mengatakan tingkat keparahan long COVID justru terjadi pada pasien yang tidak mengalami gejala berat akibat infeksi virus Corona.


Menurut Heightman, ada perbedaan pola antara pasien Corona yang dirawat di rumah sakit dengan yang tidak.


"Virus telah memicu efek yang dapat menyebabkan mereka menjadi tidak sehat selama berbulan-bulan. Itu adalah sesuatu yang mengejutkan kami," ucap Heighmant kepada BBC Radio 4.


"Gejala dapat lebih sulit dan lebih bertahan lama pada pasien yang tidak dirawat di rumah sakit," ujarnya.


Tanggapan ini muncul setelah adanya penelitian dari University of California yang menemukan bahwa pasien Corona yang tidak dirawat di rumah sakit cenderung mengalami long COVID yang lebih buruk usai dinyatakan pulih.


Dalam studi tersebut, para ahli menganalisis 1.407 orang di California yang dites positif COVID-19. Hasilnya, sebanyak 27 persen di antaranya masih mengeluhkan gejala COVID-19 meski sudah 60 hari setelah terinfeksi.


Gejala COVID-19 yang dilaporkan, seperti sesak napas, nyeri dada, batuk, atau sakit perut.


Berbagai Penyebab Libido Ngedrop pada Wanita


Gairah seksual secara alami berfluktuasi, tidak hanya dialami pria hal itu juga dialami oleh perempuan. Pada perempuan, naik turunnya libido atau gairah seksual terjadi karena berbagai faktor.

Perubahan secara fisik yang dialami perempuan dikutip dari Mayo Clinic yang dapat membuat libido berfluktuasi antara lain kehamilan, menopause, atau penyakit.


Gejala yang menyertai rendahnya libido pada perempuan menurut Mayo Clinic.


Tidak tertarik pada jenis aktivitas seksual apapun, termasuk masturbasi

Tidak pernah atau jarang memiliki fantasia tau pikiran seksual

Khawatir dengan kurangnya aktivitas atau fantasi seksual.

Saat dorongan seks lebih rendah dari pasangan, turun dari sebelumnya, atau bahkan tak ada sama sekali, itu sebenarnya adalah hal yang normal untuk terjadi. Namun, saat merasa terganggu dengan keadaan itu, kedua pasangan bisa mencoba mencari tahu penyebabnya.

https://movieon28.com/movies/my-students-mom/

Jabar Sumbang 1.570, Ini Sebaran 5.633 Kasus Baru COVID-19 RI 10 Maret

 Pemerintah melaporkan penambahan 5.633 kasus baru COVID-19 yang terkonfirmasi pada hari Rabu (10/3/2021). Total pasien terkonfirmasi saat ini 1.398.578 kasus COVID-19.

Jawa Barat menjadi provinsi dengan penambahan kasus COVID-19 tertinggi yakni 1.570, disusul DKI Jakarta dengan 1.040 kasus, dan Jawa Timur sebanyak 399 kasus.


Detail perkembangan virus Corona Rabu (9/3/2021), adalah sebagai berikut:


Kasus positif bertambah 5.633 menjadi 1.398.578


Pasien sembuh bertambah 5.556 menjadi 1.216.433


Pasien meninggal bertambah 175 menjadi 37.932


Tercatat sebanyak 93.016 spesimen diperiksa hari ini di seluruh Indonesia, sedangkan jumlah suspek sebanyak 63.128.


Sebaran 5.633 kasus baru Corona di Indonesia pada Rabu (10/3/2021).


Jawa Barat: 1.570 kasus

DKI Jakarta: 1.040 kasus

Jawa Timur: 399 kasus

Jawa Tengah: 304 kasus

Kalimantan Timur: 296 kasus

Bali: 254 kasus

Sulawesi Selatan: 220 kasus

Papua: 181 kasus

DI Yogyakarta: 178 kasus

Banten: 138 kasus

Nusa Tenggara Timur: 114 kasus

Kalimantan Selatan: 112 kasus

Riau: 107 kasus

Sumatera Barat: 101 kasus

Kalimantan Tengah: 94 kasus

Sumatera Utara: 90 kasus

Sumatera Selatan: 63 kasus

Lampung: 58 kasus

Kalimantan Barat: 43 kasus

Sulawesi Tengah: 39 kasus

Maluku Utara: 35 kasus

Kalimantan Utara: 34 kasus

Papua Barat: 30 kasus

Nusa Tenggara Barat: 25 kasus

Sulawesi Utara: 23 kasus

Bangka Belitung: 22 kasus

Jambi: 18 kasus

Kepulauan Riau: 14 kasus

Gorontalo: 14 kasus

Bengkulu: 9 kasus

Sulawesi Tenggara: 5 kasus

Maluku: 3 kasus

https://movieon28.com/movies/female-workers-romance-at-work/


Catatan BPOM untuk Vaksin Nusantara: Vaksin untuk Pandemi Harus Mudah Dibuat


Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) buka suara terkait kajian vaksin Nusantara yang diprakarsai eks Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Kepala BPOM Penny K Lukito menyebut vaksin yang dikembangkan harus fit atau sesuai dengan kondisi pandemi.

"Dalam pandemi ini sekarang terutama vaksin yang akan dikembangkan haruslah tepat atau fit dengan situasi pandemi yaitu mudah dalam pembuatannya," jelas Penny dalam Raker DPR Komisi IX Rabu (10/3/2021).


"Tidak memerlukan peralatan khusus, termasuk dalam pembuatan, dan penyimpanan dapat diaplikasikan dalam pelayanan kesehatan dan terjamin khasiat keamanan dan mutu," lanjutnya.


Penny menyebut, pembuatan vaksin yang mudah di masa pandemi bertujuan untuk mempercepat vaksinasi. Uji vaksin yang akan dipakai di masa pandemi juga harus terbukti menimbulkan antibodi dalam waktu cepat.


Pemenuhan kedua hal tersebut juga disertai data atau bukti vaksin valid dalam keamanan serta khasiatnya.


"Important saat masa pandemi dibutuhkan vaksin yang mudah digunakan dan dikembangkan dengan cepat dan massal, dan memberikan respons antibodi yang cepat, dan juga aplicable di masa pandemi ini untuk melakukan vaksinasi massal dalam waktu yang cepat," bebernya.


Penny kembali menegaskan, pemenuhan good clinical practice atau pelaksanaan uji vaksin Nusantara harus dilakukan dengan tepat. "Untuk menjaga keselamatan subjek penelitian dan menjaga kredibilitas dalam menghasilkan data yang akurat, valid dan dapat dipercaya," pungkasnya.

https://movieon28.com/movies/bastille-day/