Wakil Menteri Kesesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengakui masih adanya permasalahan data kasus COVID-19 di Indonesia. Dijelaskan, saat ini masih ada ketidaksinkronan dalam pengolahan data antara pusat dan daerah.
"Kendalanya adalah ketika daerah melaporkan, maka kasus kejadiannya itu beberapa hari sebelumnya yang dilaporkan ke pusat," kata dr Dante dalam konferensi pers BNPB, Selasa (9/3/2021).
"Kedua adalah karena kemampuan laboratorium yang terbatas untuk melakukan pemeriksaan satu hari jadi, sehingga data yang masuk pada satu kasus bisa merupakan cerminan dari beberapa hari sebelumnya," tambahnya.
Akibatnya, kerap kali data kasus COVID-19 yang disampaikan oleh pemerintah pusat berbeda dengan yang dilaporkan di daerah. Meski begitu, kata Dante, perbedaan data ini masih dalam batas toleransi.
"Kita anggap data yang sudah dirilis tadi sebagai data nasional, tetap kita kompilasi dari data-data daerah. Tapi kalaupun ada perbedaan data dengan daerah, saya rasa itu masih dalam batas toleransi," jelasnya.
Sebelumya, Dante menjelaskan bahwa saat ini, per 7 Maret 2021, rata-rata penambahan kasus Corona di Indonesia adalah 6.433 orang per hari. Semetara rata-rata pasien yang meninggal akibat COVID-19 adalah 157 orang per hari.
"Rata-rata case fatility adalah 2,7 (persen) masih lebih tinggi dari angka rekomendasi dunia, yaitu 2,2 (persen)," ungkapnya.
"Kemudian rata-rata jumlah testing per hari 31.850, kemudian rata-rata positivity rate-nya masih di angka 21,98. Ini adalah data kumulatif di tingkat pusat," tuturnya.
https://kamumovie28.com/movies/midnight-in-paris/
Netizen Indonesia Tidak Sopan, Padahal Survei Sebut Paling Baik Hati Sedunia
Sebagian netizen marah menanggapi hasil studi Microsoft tentang Digital Civility Index (DCI) menyebut netizen Indonesia paling tidak sopan se-Asia Tenggara.
Penilaian itu nyatanya sangat berbeda dengan keyakinan sebagian netizen di Indonesia. Dan memang, keyakinan sulit dikoreksi oleh penelitian apa pun, utamanya sejak marak pencitraan dan penggunaan internet dalam kampanye pada pemilihan langsung.
Jika kakek nenek kita dulu fans kemerdekaan yang tergambar dalam tekad "merdeka atau mati", maka sebagian dari generasi kita telah berubah menjadi fans-fans tokoh, bukan fans kepentingan nasional.
Kembali ke kata "sopan" yang dibahas survei DCI, umumnya netizen meyakini orang Indonesia itu sopan. Sering kita mendengar bahwa sebagai orang timur, kita menjunjung adat istiadat, tata krama, dan sopan santun.
Hal ini dicontohkan misalnya dengan mencium tangan orang yang lebih tua, tidak berpelukan apalagi berciuman di depan umum, berpakaian tertutup, menggunakan sebutan yang terhormat, pak, ibu, mas, mbak dan lain-lain saat menulis, berbicara, berpidato, dan lain-lain.
Kita juga mengenal kebiasaan saling menyapa, menunduk kepala tanda hormat, saling mengirim makanan antar tetangga, suka menolong dan karakter positif lainnya.
Keyakinan itu tidak salah. Nyatanya, memang ada survei yang menyebut orang Indonesia paling murah senyum (The Smiling Report), orang Indonesia paling religius (Survei Gallup dan Abt Associate 2019, yang dirilis Pew Research Center.
Bahkan survei Charities Aid Foundation (CAF) tahun 2018 menempatkan Indonesia di peringkat pertama sebagai negara yang paling murah hati di dunia dari 146 negara.