Senin, 01 Maret 2021

WHO Sebut Dunia akan Sulit Pulih dari COVID-19, Ini Sebabnya

 Vaksin COVID-19 telah memberikan harapan baru bagi dunia untuk mengatasi pandemi Corona. Namun, kenyataannya vaksin ini tak dapat langsung menyelesaikan masalah.

Sejumlah negara kini tengah menggencarkan vaksinasi COVID-19, termasuk Indonesia. Namun, keadaan darurat pandemi membuat sebagian negara berlomba-lomba dalam mendapatkan vaksin.


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan situasi 'berebut' vaksin seperti ini dapat mengancam program COVAX untuk memastikan negara-negara miskin dan berpenghasilan rendah mendapatkan vaksin COVID-19 secara adil.


Pasalnya, tak sedikit negara kaya yang secara agresif membuat kesepakatan langsung dengan perusahaan farmasi demi mendapatkan vaksin COVID-19.


"Sekarang, beberapa negara masih mengejar kesepakatan yang akan membahayakan pasokan COVAX. Tanpa ragu," ucap penasihat senior WHO Bruce Aylward, dikutip dari Reuters.


WHO pun telah meminta kepada para negara kaya untuk membagi vaksin COVID-19 secara adil, supaya proses vaksinasi di seluruh dunia dapat berjalan beriringan.


Namun, rencana COVAX untuk membagikan sebanyak 1,3 juta miliar dosis vaksin COVID-19 ke negara-negara miskin dan berkembang di tahun ini pendistribusiannya masih sangat lambat.


Apabila hal ini masih terus berlanjut, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dunia tak akan pulih dari COVID-19 dalam waktu dekat tanpa adanya ketersediaan vaksin yang mencukupi.


"Kami tidak bisa mengalahkan COVID tanpa ekuitas vaksin. Dunia tidak akan pulih dalam waktu cepat tanpa ekuitas vaksin, ini jelas," kata Tedros.


"Kami telah membuat kemajuan besar. Tapi kemajuan ini rapuh. Kami perlu mempercepat pasokan dan distribusi vaksin COVID-19. (Namun) kami tidak dapat melakukannya jika beberapa negara terus mendekati produsen yang memproduksi vaksin yang diandalkan COVAX," ungkapnya.

https://cinemamovie28.com/movies/the-gift/


Hanya Perlu Sekali Suntik, Vaksin CanSino 90 Persen Cegah COVID-19 Parah


- Vaksin CanSino disebut efektif sampai 90 persen mencegah kasus infeksi COVID-19 yang parah. Hal ini diketahui dari analisis data interim uji klinis tingkat tiga yang secara umum menemukan vaksin CanSino memiliki tingkat efikasi lebih dari 65 persen.

Dikutip dari South China Morning Post, vaksin COVID-19 CanSino kini tengah dikaji untuk mendapat izin penggunaan umum oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan China (NMPA). Vaksin ini diketahui sudah digunakan di beberapa negara, seperti Meksiko dan Pakistan.


Vaksin CanSino jadi salah satu vaksin COVID-19 di dunia yang hanya perlu sekali suntik alias dosis tunggal. Vaksin dosis tunggal lainnya dikembangkan oleh Johnson & Johnson yang belakangan ini juga baru mendapat izin resmi di Amerika Serikat.


"Kami memiliki data enam bulan yang membuktikan efikasi vaksin. Orang-orang tidak perlu diberi satu dosis lagi dalam enam bulan pertama setelah vaksinasi pertama," kata ahli penyakit infeksi, Chen Wei, dari Institute of Military Medicine yang turut mengembangkan vaksin CanSino seperti dilansir Global Times.


Chen menyebut vaksin CanSino juga bisa diberikan dalam dua dosis. Ia memprediksi efek perlindungan vaksin dapat diperkuat dan bertahan sampai dua tahun bila diberikan dalam dua dosis berselang enam bulan.


CanSino memiliki target memproduksi sekitar 500 juta dosis vaksin COVID-19 di tahun ini.

https://cinemamovie28.com/movies/little-forest/

Waspada! 3 Gejala Virus Corona Telah Menginfeksi Mata

 Virus Corona COVID-19 tak hanya mempengaruhi sistem pernapasan manusia saja. Virus yang telah menjadi pandemi dunia sejak tahun 2020 ini juga bisa menyebar ke organ-organ vital dalam tubuh, salah satunya mata.

Virus Corona COVID-19 juga bisa berkumpul dan berkembang di selaput lendir, permukaan mata, kelopak mata bagian dalam.


Hal ini pun bisa mempengaruhi penglihatan kita. Diperkirakan sekitar satu hingga tiga persen orang yang terinfeksi COVID-19 juga mengalami gejala lain yang terkait infeksi mata.


Dikutip dari laman Time Of India, berikut beberapa tanda bahwa virus Corona telah memengaruhi organ mata:


1. Sensitif terhadap cahaya

Menurut studi BMJ Ophthalmology, hampir 18 persen pasien COVID-19 mengalami kepekaan terhadap cahaya, hal ini juga disebut fotofobia.


Gejala dapat terjadi jika cahaya di lingkungan terlalu terang dan menyebabkan ketidaknyamanan bagi pasien.


Pada akhirnya, kondisi tersebut bisa mengurangi atau membuat seseorang mengalami gangguan penglihatan. Sensitivitas yang mendadak juga bisa terjadi jika ada peradangan akut pada mata atau ada benda asing di dalam uvea.


Gejalanya juga bisa disertai dengan sakit kepala dan nyeri yang berdenyut-denyut.


2. Mata gatal dan perih

Mengalami mata gatal, perih, atau kering juga bisa menjadi gejala umum yang menunjukkan adanya infeksi virus Corona COVID-19.


Studi dalam BMJ juga membuktikan bahwa hampir 17 persen pasien mengalami mata gatal, sedangkan 16 persen pasien lainnya mengalami sakit mata.


Rasa gatal dan nyeri, yang juga bisa berhubungan dengan mata merah bisa disebabkan oleh infeksi mata dan alergi.


Beberapa pasien Corona juga mungkin mengalami gejala seperti terbakar, bengkak di sekitar mata, kemerahan, dan memiliki gejala alergi lain seperti bersin atau pilek.


3. Konjungtivitis

Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa pasien yang terinfeksi virus Corona juga mengalami konjungtivitis.


Konjungtivitis atau mata merah dapat menyebabkan mata berair, bengkak, dan seringkali terasa gatal. Mata merah juga menjadi tanda bahwa virus telah menginfeksi jaringan penting di mata, yang dikenal sebagai konjungtiva.


Apakah mata merah menjadi satu-satunya alasan untuk khawatir?

Adanya kemunculan mata merah dianggap sebagai gejala utama COVID-19, masyarakat bisa menjadi khawatir.


Namun, bintik mata merah muda seharusnya tidak menjadi alasan untuk khawatir atau panik. Terkadang karena alergi musiman, atau penyakit lainnya.

https://cinemamovie28.com/movies/the-forest-4/


WHO Sebut Dunia akan Sulit Pulih dari COVID-19, Ini Sebabnya


Vaksin COVID-19 telah memberikan harapan baru bagi dunia untuk mengatasi pandemi Corona. Namun, kenyataannya vaksin ini tak dapat langsung menyelesaikan masalah.

Sejumlah negara kini tengah menggencarkan vaksinasi COVID-19, termasuk Indonesia. Namun, keadaan darurat pandemi membuat sebagian negara berlomba-lomba dalam mendapatkan vaksin.


Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan situasi 'berebut' vaksin seperti ini dapat mengancam program COVAX untuk memastikan negara-negara miskin dan berpenghasilan rendah mendapatkan vaksin COVID-19 secara adil.


Pasalnya, tak sedikit negara kaya yang secara agresif membuat kesepakatan langsung dengan perusahaan farmasi demi mendapatkan vaksin COVID-19.


"Sekarang, beberapa negara masih mengejar kesepakatan yang akan membahayakan pasokan COVAX. Tanpa ragu," ucap penasihat senior WHO Bruce Aylward, dikutip dari Reuters.


WHO pun telah meminta kepada para negara kaya untuk membagi vaksin COVID-19 secara adil, supaya proses vaksinasi di seluruh dunia dapat berjalan beriringan.


Namun, rencana COVAX untuk membagikan sebanyak 1,3 juta miliar dosis vaksin COVID-19 ke negara-negara miskin dan berkembang di tahun ini pendistribusiannya masih sangat lambat.


Apabila hal ini masih terus berlanjut, Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan dunia tak akan pulih dari COVID-19 dalam waktu dekat tanpa adanya ketersediaan vaksin yang mencukupi.


"Kami tidak bisa mengalahkan COVID tanpa ekuitas vaksin. Dunia tidak akan pulih dalam waktu cepat tanpa ekuitas vaksin, ini jelas," kata Tedros.


"Kami telah membuat kemajuan besar. Tapi kemajuan ini rapuh. Kami perlu mempercepat pasokan dan distribusi vaksin COVID-19. (Namun) kami tidak dapat melakukannya jika beberapa negara terus mendekati produsen yang memproduksi vaksin yang diandalkan COVAX," ungkapnya.

https://cinemamovie28.com/movies/the-forest-3/