Jumat, 19 Februari 2021

Cinta Laura & Deddy Corbuzier Abadikan Momen Lewat Dual-view Reno5

  Cinta Laura dan Deddy Corbuzier mengabadikan momen seru persahabatan mereka lewat video kreatif nan artistik. Cinta menggunakan fitur Dual-view Video & AI Mixed Portrait milik OPPO Reno5.

Fitur Dual-View Video dimanfaatkan Cinta untuk merekam momen dari kamera depan dan kamera belakang secara bersamaan, sehingga ia dan Deddy dapat terlihat berdampingan meski sebenarnya berbeda posisi.


Sementara itu, fitur AI Mixed Portrait dimanfaatkan Cinta untuk menghasilkan karya video kreatif tanpa perlu editing rumit dengan efek double exposure secara instan. Efek ini mampu memadukan dua video yang digabungkan menjadi satu untuk ciptakan video double exposure yang artistik.


Selain kedua fitur tersebut, OPPO Reno5 juga dibekali dengan fitur AI Highlight Video untuk merekam video di segala pencahayaan. Pengguna tak perlu takut lagi video gelap saat candle light dinner, ataupun aktivitas outdoor dengan sinar matahari yang terik.


Pengguna juga bisa mengabadikan momen kebersamaan saat virtual dating di tengah pandemi dengan lebih kreatif dan eksplor kreativitas dalam membuat karya video yang unik nan artistik lewat Live HDR dan Ultra Night Video. Selain itu masih ada juga fitur-fitur menarik yang ada di smartphone ini, apa saja?


Ada Near-Field Communication (NFC) untuk mendukung pembayaran digital, fast charging 50W yang membuat smartphone ini bisa diisi penuh hanya dalam 48 menit, ada Diamond Spectrum yang mampu memberi tampilan ribuan warna dalam 1 ponsel, kemudian layar AMOLED dengan refresh rate 90hz yang siap memanjakan visual, dan fitur lainnya yang bisa dicoba sendiri oleh pengguna.


OPPO Reno5 dibanderol dengan harga Rp 4.999.000 dan pengguna juga berkesempatan memiliki OPPO Reno5 Limited Edition Duo Box yang dapat menjadi cardboard projector ditambah free 24 bulan Viu Premium Access untuk bikin momen nobar semakin seru bersama teman. Kunjungi website & social media OPPO Indonesia. Info selengkapnya bisa dilihat di sini.

https://maymovie98.com/movies/the-big-grasshopper/


Jika UU ITE Direvisi Mesti Ada Moratorium Kasus di Pengadilan


Pemerintah memberi lampu hijau untuk merevisi UU ITE atau UU Nomor 19 Tahun 2016 tentang perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Jika dilakukan, perlu ada moratorium kasus pelanggaran ITE di pengadilan.

"Bagaimana dengan kasus UU ITE yang lagi berjalan di pengadilan? Kita mau dorong moratorium," kata Direktur Eksekutif SAFEnet Damar Juniarto dalam wawancara dengan detikINET, Selasa (16/2/2021).


Penghentian sementara kasus UU ITE ini menurut Damar bisa lewat kebijakan dari pemerintah untuk mengerem. Bisa juga dari MA sebagai commemorative justice.


Terkait komunikasi SAFEnet dengan Menko Polhukam Mahfud MD, Damar mengatakan ada sinyal positif untuk bertemu. SAFEnet siap berdialog.


"Ayo, SAFEnet siap diajak dialog, kita akan jelaskan dampak UU ITE selama ini," ujarnya.


Langkah pemerintah yang kini mengarah ke revisi UU ITE diakui Damar mengagetkan juga, namun disambut positif. Sebabnya desakan dari SAFEnet selama ini tetap membuat pemerintah bergeming.


"Tapi kalau dilihat konteksnya, Indonesia memang menjadi sorotan karena Indeks Demokrasi menurut The Economist Intelligence Unit (EIU) jatuh lebih buruk dari 2006," pungkasnya.

Berikut pasal karet UU ITE yang perlu direvisi menurut SAFEnet karena multitafsir dan menimbulkan dampak sosial:


1. Pasal 26 Ayat 3 tentang Penghapusan Informasi Tidak Relevan. Pasal ini bermasalah soal sensor informasi.


2. Pasal 27 Ayat 1 tentang Asusila. Rentan digunakan untuk menghukum korban kekerasan berbasis gender online


3. Pasal 27 ayat 3 tentang Defamasi. Rentan digunakan untuk represi ekspresi legal warga, aktivis, jurnalis/media, dan represi warga yang mengkritik pemerintahan, polisi, dan presiden.


4. Pasal 28 Ayat 2 tentang Ujaran Kebencian. Rentan jadi alat represi minoritas agama, serta warga yang mengkritik presiden, polisi, atau pemerintah.


5. Pasal 29 tentang Ancaman Kekerasan. Rentan dipakai untuk mempidana orang yang mau melapor ke polisi.


6. Pasal 36 tentang Kerugian. Rentan dicuplik untuk memperberat hukuman pidana defamasi.


7. Pasal 40 Ayat 2 (a) tentang Muatan yang Dilarang. Rentan dijadikan alasan untuk mematikan jaringan atau menjadi dasar internet shutdown dengan dalih memutus informasi hoax.


8. Pasal 40 Ayat 2 (b) tentang Pemutusan Akses. Pasal ini bermasalah karena penegasan peran pemerintah lebih diutamakan dari putusan pengadilan.


9. Pasal 45 Ayat 3 tentang Ancaman Penjara tindakan defamasi. Pasal ini bermasalah karena dibolehkan penahanan saat penyidikan.

https://maymovie98.com/movies/the-grasshopper-and-the-ants/

Kamis, 18 Februari 2021

Vaksin Nusantara dr Terawan Pakai Sel Dendritik, Diklaim Pertama di Dunia

  Vaksin Nusantara, salah satu vaksin COVID-19 yang dikembangkan anak bangsa, sedang menjalani uji klinis fase II. Vaksin yang diprakarsai dr Terawan Agus Putranto ini akan bersifat personalized dan menggunakan sel dendritik. Pada COVID-19, diklaim sebagai yang pertama di dunia.

Salah satu peneliti Vaksin Nusantara, Dr. Yetty Movieta Nency SPAK menjelaskan, dendritik autolog merupakan komponen yang berasal dari sel darah putih.


"Komponennya sel dendritik dari sel darah putih. Semua punya, prosedurnya dari subyek ambil darahnya, ambil sel darah putihnya dan sel dendritiknya," kata Yetty ditemui di RSUP dr Kariadi Semarang, Rabu (17/2/2021).


Di luar negeri, sel dendritik bukan hal baru karena juga digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit salah satunya melanoma (jenis kanker kulit). Di Indonesia baru pertama kali ini mulai pengembangan vaksin menggunakan sel dendritik.


"Sel dendritik sudah lama dipakai. Di luar negeri untuk vaksin penyakit lain, bukan hal baru. Tapi karena ada COVID ini kita adopt. Di luar negeri untuk penyakit melanoma dan imun lainnya. Dengan melanoma hasil bagus. Di Indonesia ini baru pertama kali," jelas Yetty.


"Untuk vaksin COVID dengan sel dendritik ini pertama kali di dunia," imbuhnya.


Untuk vaksin COVID dengan sel dendritik, ini pertama kali di dunia.

Yetty Movieta Nency - Peneliti Vaksin Nusantara

Cara kerja vaksin tersebut yaitu sel dendritik autolog dipaparkan dengan antigen protein S dari SARS-CoV-2. Sel dendritik yang telah mengenal antigen akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali. Di dalam tubuh, sel dendritik tersebut akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap SARS-CoV-2.


"Di laboratorium sel dendritik dikenalkan dengan rekombinan dari virus SARS-cov-2. Sel dendritik jadi pintar mengetahui dan antisipasi virus dan disuntikkan kembali. Kelebihannya tidak ada komponen virus ke tubuh manusia," katanya.


Sel dendritik diambil dari masing-masing orang yang akan divaksin sehingga bersifat personalized. Hal itulah yang juga menjadi kelebihan karena bisa digunakan untuk orang-orang yang tidak bisa masuk kriteria vaksinasi dari vaksin lain.


"Kelebihannya alternatif untuk orang-orang yang tidak masuk pada vaksin yang sudah beredar. Misal penyakit berat, mengalami kanker dan lainnya, dengan vaksin dendiritik dimungkinkan bisa," tegasnya.

https://tendabiru21.net/movies/one-night/


Dengan sistem personalized itu, menurut Yetty, Vaksin Nusantara akan menghemat berbagai hal mulai dari produksi massal yang berpotensi adanya stok sisa dan terbuang. Biaya pengiriman dan penyimpanan pun bisa ditekan.


"Vaksin lain memproduksi jumlah stok yang sangat besar, sehingga sisa stok akan terbuang saat terjadi mutasi. Memungkinkan untuk meng-update antigen secara real time, sehingga tidak ada stok yang terbuang," ujarnya.


Namun ia menjelaskan Vaksin Nusantara tetap bisa diproduksi langsung banyak atau massal dari sel dendritik yang sudah diambil. Karena pembuatannya tidak rumit dengan kita yang bisa dikirim di fasilitas kesehatan. Dari pengambilan sample dendritik hingga virus jadi, butuh massa inkubasi satu minggu.


"Butuh seminggu, rencananya pengelolaannya tidak rumit di banyak tempat bisa lakukan ini. Bisa (massal)," katanya.


Untuk diketahui pengembangan Vaksin Nusantara dilakukan oleh tim. Universitas Diponegoro (Undip), dan RSUP dr. Kariadi Semarang. Selain itu ada kerjasama AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat dalam penyediaan reagen. Fase I sudah rampung akhir Januari 2021 dan saat ini berlanjut fase II.


"Ini buatan kita sendiri, 90 persen pengelola kita. Memang Antigennya masih kerjasama dari AIVITA," tandasnya.


Dinilai rumit untuk vaksinasi massal

Dihubungi terpisah, pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Utomo menyebut teknologi sel dendritik sebenarnya bukan hal yang baru dan pernah dipakai antara lain untuk terapi kanker. Kelemahannya, teknologi ini kurang cocok untuk vaksinasi massal.


"Kalau vaksin biasa kan kita tinggal kumpulkan botol-botol vaksinnya itu pakai truk gitu kan, terus disebar, nanti petugas nakes tinggal oplos, abis gitu kan disuntikkan," kata Ahmad.


"Kalau ini kan nggak, ke rumah sakit, harus nunggu dulu, jadi nanti pasien harus nunggu dulu sampai nanti selnya muncul, banyak prosesnya, (sampai) baru dikasih," lanjutnya.


Dengan alasan itu pula, menurutnya, vaksin COVID-19 lainnya tidak dikembangkan dengan sel dendritik.

https://tendabiru21.net/movies/extinction/