Posisi bercinta menjadi salah satu pertimbangan di masa pandemi COVID-19. Selama ini, doggy style diyakini sebagai posisi paling aman dari penularan karena pasangan tidak saling berhadapan.
Sekadar menyamakan persepsi, doggy style merupakan posisi atau gaya bercinta yang menyerupai doggy atau anjing. Salah seorang membelakangi pasangan dan penetrasi dilakukan dari belakang. Variasi dari posisi ini bisa dilakukan sambil berdiri maupun berlutut.
Dibanding posisi bercinta lain seperti missionary yang saling berhadapan, cukup masuk akal jika doggy style dianggap lebih aman. Setidaknya, wajah pasangan tidak saling berhadapan. Tetapi benarkah lebih aman?
Nesochi Okeke-Igbokwe, seorang dokter di New York City, tidak sependapat dengan hal itu. Menurutnya, risiko sekecil apapun tidak bisa diabaikan bila menyangkut penularan COVID-19.
"Ingat, saat bercinta dengan posisi apapun, Anda mungkin berada pada situasi bernapas berat, berteriak, melenguh, atau berteriak, yang bisa melepas droplet pernapasan yang mungkin menular ke arah pasangan," katanya, dikutip dari Cosmopolitan.
"Menggunakan masker memang menambah satu lapis pengamanan, tapi tetap ada risiko ketika Anda berada dalam jarak dekat dengan seseorang, tidak peduli sedang menghadap ke mana," lanjutnya.
Demikian juga dengan posisi doggy style yang dilakukan di luar ruangan atau outdoor. Secara teori, aktivitas apapun yang dilakukan di luar ruangan memang lebih aman dibandingkan di dalam ruangan, tetapi dalam kaitannya dengan hubungan seks, risiko penularan droplet akan selalu ada.
"Mustahil dinilai, karena tidak seorang pun tahu berapa banyak viral load atau partikel virus yang dibawa oleh seseorang dalam droplet pernapasannya," kata Kimberly Langdon, seorang dokter dari Medzino.
Sementara itu, pada Agustus 2020 End of Tenancy London mengkompilasi sebuah data pencarian di internet. Selama pandemi COVID-19, pencarian dengan kata kunci 'sex position' mengalami peningkatan tajam tidak lama setelah badan amal Terrence Higgins Trust mengeluarkan anjuran untuk tidak saling berhadapan saat bercinta.
Data tersebut juga mengungkap beberapa posisi bercinta yang menjadi keyword pencarian terpopuler. Apa saja? Simak di halaman berikut.
Data tersebut juga mengungkap beberapa posisi bercinta yang menjadi keyword pencarian terpopuler. Di antaranya sebagai berikut:
Reverse Cow Girl
Naik dari 49.500 kali, menjadi 60.500 kali.
Doggy
Naik dari 14.800 kali menjadi 18.100 kali.
Spooning
Seperti doggy, naik dari 14.800 kali menjadi 18.100 kali.
69
Naik dari 8.100 kali, menjadi 12.100 kali.
Wheelbarrow
Naik dari 590 kali menjadi 880 kali.
Flatiron
Naik dari 110 kali menjadi 320 kali.
Leapfrog
Naik dari 110 kali menjadi 210 kali.
https://nonton08.com/movies/eating-raoul/
Beda-beda Hasil Tes Corona Bikin Pusing Maia Estianty dan Aa Gym
Hasil tes COVID-19 yang berubah-ubah hanya dalam hitungan hari rupanya sering terjadi. Musisi Maia Estianty dan dai Abdullah Gymnastiar atau Aa Gym baru-baru ini mengalaminya.
Maia mendapat hasil positif dalam tes PCR (polymerase chain reaction) setelah 3 hari sebelumnya negatif dalam rapid test antigen. Hanya sehari isolasi, hasil tes PCR kembali positif dan kosisten dalam 3 hari berikutnya.
Sedangkan Aa Gym mengaku mendapat hasl negatif dalam 3 tes pertama, namun tiba-tiba positif pada tes keempat. Aa Gym didiagnosis COVID-19 dengan gejala batuk dan kehilangan indra penciuman.
"Ini luar biasa, tiga kali (tes swab) loh. Di Turki negatif, pulang ke Indonesia ke lab itu negatif. Masuk ke rumah sakit juga negatif," kata Aa Gym dalam sebuah tayangan video.
Soal hasil tes yang berbeda-beda hanya dalam hitungan hari, Maia membuat analisis sendiri. Ia menduga, ada salah satu temannya yang sebenarnya sudah terinfeksi namun saat tes jumlah virusnya masih terlalu sedikit sehingga tidak terdeteksi.
Karena masing-masing mendapat hasil negatif, Maia dan teman-temannya mengaku lengah dan tidak saling menjaga jarak saat kumpul-kumpul. Di situlah, Maia meyakini dirinya kemungkinan tertular.
"Swab antigen itu, kalau kita bertemu dengan orang yang terpapar, baru terdeteksi oleh antigen itu setelah 5 hari kita ketemu sama orang yang terpapar tersebut," kata Maia menjelaskan pemahamannya tentang rapid test antigen.
Kemungkinan false negative
Penjelasan Maia ada benarnya, dalam tes Corona baik tes PCR maupun rapid test antigen dikenal istilah false negative. Tes Corona bisa saja memberikan hasil negatif jika dilakukan pada jeda yang terlalu dekat dengan saat terpapar virus.
"Bahkan gold standard-nya, tes swab hidung yang kita kenal, jika Anda terpapar hari ini, ada kemungkinan hasil tes masih negatif beberapa hari ke depan," kata Dr William Schaffner, pakar infeksi dari Vanderbilt University Medical Center.