Dengan melonjaknya kasus COVID-19 di Amerika Serikat (AS), Apple harus menutup lagi Apple Store yang sebelumnya sudah dibuka kembali.
Kali ini Apple menutup lagi 30 Apple Store termasuk 15 di antaranya adalah Apple Store di kampung halamannya, California. Langkah ini juga berdampak pada Apple Store di Nevada, Idaho dan empat negara AS lainnya. Total ada 77 Apple Store yang ditutup pada penutupan gelombang kedua ini.
"Karena kondisi pandemi COVID-19 saat ini di beberapa area yang Apple layani, kami sementara waktu menutup toko di area ini," kata juru bicara Apple Nick Leahy seperti dikutip dari NBC News.
"Kami mengambil langkah ini dengan sangat hati-hati karena sambil memantau situasi dengan seksama, dan berharap tim kami bisa melayani pelanggan lagi sesegera mungkin," sambungnya.
Apple adalah salah satu retailer besar pertama yang menutup tokonya di tengah pandemi virus Corona. Pembesut iPhone ini untuk sementara waktu menutup semua toko ritel di luar China pada pertengahan Maret.
Kemudian, Apple mulai membuka kembali toko secara bertahap pada bulan Mei. Pada pertengahan Juni, sebanyak 154 dari 271 toko di AS, dan 365 dari 510 toko di seluruh dunia telah dibuka kembali.
Namun kekhawatiran akan melonjaknya kasus COVID-19 di AS, khususnya di California, membuat Apple memutuskan untuk menutup kembali Apple Store yang telah dibukanya.
Huawei dan ZTE Resmi Dianggap Berbahaya Bagi AS
Lembaga negara independen Amerika Serikat (AS), Federal Communications Commission (FCC) resmi menetapkan Huawei dan ZTE sebagai perusahaan asing yang mengancam keamanan nasional negeri Paman Sam.
Ini merupakan keputusan akhir FCC dalam menetapkan status Huawei dan ZTE yang notabene adalah perusahaan berasal dari China.
"Berdasarkan dengan banyaknya bukti, ditetapkan Huawei dan ZTE sebagai risiko keamanan nasional bagi jaringan komunikasi Amerika dan masa depan 5G kita," ujar Chairman FCC Ajit Pai dilansir dari Cnet, Kamis (2/7/2020).
Dengan telah ditetapkan status Huawei dan ZTE ini, maka perusahaan AS diharamkan untuk menggunakan peralatan dari kedua perusahaan tersebut, khususnya dalam menggelar layanan 5G di dalam negeri.
"Kedua perusahaan memiliki hubungan dekat dengan Partai Komunis China dan aparat militer China," sebut Pai.
Pada pekan lalu, Pemerintah AS mengumumkan penemuan bukti bahwa Huawei didukung oleh militer China. Pentagon pun mengirimkan dokumen ke Kongres yang berisi nama-nama 20 perusahaan China yang didukung militer.
"Ketika Republik Rakyat China berusaha untuk mengaburkan batas antara sektor sipil dan militer, 'mengetahui pemasok Anda' sangat penting," ucap Asisten Sekretaris Pertahanan untuk Urusan Publik, Jonathan Rath Hoffman.
"Daftar ini akan menjadi alat yang berguna bagi Pemerintah AS, perusahaan, investor, lembaga akademis, dan mitra yang berpikiran sama untuk melakukan uji tuntas hubungan dengan kemitraan dengan entitas ini," sambungnya.
Khusus untuk Huawei, sudah lebih dulu ditetapkan oleh Pemerintah AS untuk masuk dalam daftar hitam alias blacklist sejak pertengahan 2019.
https://kamumovie28.com/2019/06/