Kamis, 30 April 2020

Kenali Beda Batuk Kering dan Basah, Beda Pula Obatnya

Pada masa pandemi COVID -19 ini masyarakat menjadi lebih sensitif terhadap apa yang terjadi pada tubuh mereka. Misalnya batuk sedikit saja sudah mengira terpapar COVID-19.
Medical Manager Divisi Kalbe Consumer Health PT Kalbe Farma TBK, dr Helmin Agustina Silalahi menyebut, apapun batuknya kalau tidak segera ditangani bisa menyebabkan penyakit yang serius.

"Batuk yang terjadi saat kapanpun kalau tidak segera ditangani dapat menyebabkan penyakit serius, sehingga saat terjadi batuk perlu dikenali penyebabnya untuk dapat mengetahui pencegahan dan pengobatannya," ujar dr Helmin kepada detikHealth, Kamis (30/4/2020).

Perlu diingat bahwa batuk tidak hanya terjadi karena virus Corona. Kenali dulu jenis batuknya, apakah kering atau basah. Dilansir dari Healthline, batuk kering dan batuk basah dapat terjadi karena beberapa hal berbeda.

Batuk Kering

Batuk kering adalah batuk yang tidak memunculkan dahak, biasanya membuat gatal di belakang tenggorokan yang memicu batuk tersebut. Batuk kering sering sulit ditangani dan mungkin butuh waktu penyembuhan lebih lama.

Batuk kering terjadi karena ada peradangan atau iritasi pada saluran pernapasan. Bisa juga disebabkan karena adanya infeksi saluran pernapasan bagian atas seperti pilek atau flu. Batuk kering juga merupakan salah satu indikasi adanya penyakit COVID-19.

"Gejala batuk pada COVID-19 biasanya batuk kering, dan tidak terjadi hanya di malam hari," ungkap dr Helmin.

Batuk Basah

Batuk basah adalah batuk yang disebabkan karena lendir. Udara dingin dan flu sering menyebabkan batuk basah. Batuk ini juga biasanya disertai gejala lain seperti pilek dan kelelahan.

Jika batuk basah, mungkin Anda merasa ada sesuatu yang tersumbat atau menetes di bagian belakang tenggorokan atau dada. Batuk ini akan berlangsung kurang dari 3 minggu namun jika dalam kondisi kronis, biasanya lebih lama hingga 8 minggu.

Ketika batuk melanda, baik batuk kering maupun batuk basah tetap harus waspada karena bisa saja batuk bertambah parah dan menyebabkan infeksi atau penyakit lainnya.

"Batuk jenis apapun kalau tidak segera ditangani dapat menyebabkan penyakit serius, sehingga saat terjadi batuk perlu dikenali penyebabnya untuk dapat mengetahui pencegahan dan pengobatannya," lanjut dr Helmin.

Beda jenis batuk, maka pilih obat batuk yang tepat, seperti obat batuk Woods' Cough Syrup Expectorant untuk batuk berdahak dan Woods' Cough Syrup Antitusive untuk batuk tidak berdahak. Tersedia pula Woods' Cough Syrup Herbal untuk membantu meredakan batuk berdahak yang dibuat dari bahan herbal.

Woods dapat meredakan batuk tanpa menyebabkan kantuk. Selain itu, Woods juga tidak mengandung alkohol serta mengandung 3DM (daun ivy, daun meniran, daun mint, dan madu) sehingga bisa menjaga daya tahan tubuh.

Risiko Stroke pada Pasien Corona Usia Muda dan Bergejala Ringan

Virus Corona tampaknya menyebabkan stroke mendadak pada pasien muda di usia 30-an dan 40-an meski tidak mengalami gejala parah dari COVID-19. Ada bukti bahwa infeksi COVID-19 dapat menyebabkan darah menggumpal yang menyebabkan stroke.
Thomas Oxley, ahli bedah saraf di RS Mount Sinai, New York, dan rekannya memberikan rincian mengenai kondisi pasien yang mereka rawat dan mengidap stroke. Semuanya berusia di bawah 50 tahun dengan gejala infeksi COVID-19 ringan bahkan tidak memiliki gejala sama sekali. Hasil temuan mereka diterbitkan dalam New England Journal of Medicine.

"Virus itu nampaknya menyebabkan peningkatan pembekuan darah di arteri yang menyebabkan stroke parah," kata Oxley kepada CNN International.

"Laporan kami menunjukkan peningkatan tujuh kali lipat stroke mendadak pada pasien muda selama dua pekan terakhir. Sebagian besar pasien tidak memiliki riwayat penyakit di masa lalu dan berada di rumah karena mengalami gejala ringan atau pada dua kasus, tidak bergejala," tambahnya.

Sangat tidak umum bagi kaum muda mengalami stroke, terutama yang berkaitan dengan penyumbatan pembuluh darah di otak. Stroke pada pembuluh darah besar di otak menyebabkan kerusakan parah jika tidak segera ditangani.

"Setidaknya satu pasien telah meninggal, dan yang lainnya di fasilitas rehabilitasi, perawatan intensif atau di unit stroke. Hanya satu yang pulang tetapi akan membutuhkan perawatan yang intensif," tutur Oxley.

Rata-rata orang yang mengalami stroke di pembuluh darah otak mengalami kondisi serius. Sel otak menjadi mati ketika aliran darah terhenti dan semakin lama tersumbat maka semakin luas kerusakan di otak.

Lebih mengejutkan lagi, dokter tak hanya melihat pembekuan darah d otak. Beberapa pasien juga mengalami pembekuan darah di jantung, paru-paru, dan ginjal.

Sebuah studi dari Belanda yang diterbitkan pada awal April mengamati 184 pasien yang diperiksa ke unit perawatan intensif untuk pneumonia COVID-19. Hampir sepertiga dari pasien tersebut menderita komplikasi trombotik, lebih dikenal sebagai pembekuan darah.

Efektifkah Terapi Plasma Darah untuk Corona? Riset RSCM Akan Mengungkapnya

Terapi plasma darah saat ini tengah diuji sejumlah negara untuk melihat seberapa efektif dalam mengobati pasien virus Corona. Beberapa di antaranya ada yang berhasil dalam melakukan terapi plasma darah ini.
Direktur Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo (RSCM), dr Lies Dina Liastuti, SpJP(K), menyebut akan ada penelitian tentang terapi plasma darah tersebut. Soal efektivitas terapi plasma darah, nantinya dievaluasi dari hasil dari penelitian tersebut.

"Kami baru akan melakukan researchnya dulu mengumpulkan data sehingga kami akan memutuskan apakah memang bisa diberikan atau tidak, tapi belum berjalan, belum ada orangnya, belum dapat pasiennya juga," ujarnya di RSCM Kiara pada Kamis (30/4/2020).

Terapi plasma sendiri merupakan terapi yang menyuntikkan plasma dari pasien sembuh Corona ke pasien yang masih berjuang menangani Corona. AS, Inggris, dan Iran adalah beberapa negara yang melakukan terapi tersebut.

Meski begitu, terapi plasma darah tidak dapat didonorkan begitu saja. Francisco Lopez, ahli hematologi di Pusat Medis St Luke, mengatakan prosedur terapi transfusi plasma darah harus mencocokkan golongan darah pasien dengan pendonornya.

Kenali Beda Batuk Kering dan Basah, Beda Pula Obatnya

Pada masa pandemi COVID -19 ini masyarakat menjadi lebih sensitif terhadap apa yang terjadi pada tubuh mereka. Misalnya batuk sedikit saja sudah mengira terpapar COVID-19.
Medical Manager Divisi Kalbe Consumer Health PT Kalbe Farma TBK, dr Helmin Agustina Silalahi menyebut, apapun batuknya kalau tidak segera ditangani bisa menyebabkan penyakit yang serius.

"Batuk yang terjadi saat kapanpun kalau tidak segera ditangani dapat menyebabkan penyakit serius, sehingga saat terjadi batuk perlu dikenali penyebabnya untuk dapat mengetahui pencegahan dan pengobatannya," ujar dr Helmin kepada detikHealth, Kamis (30/4/2020).

Perlu diingat bahwa batuk tidak hanya terjadi karena virus Corona. Kenali dulu jenis batuknya, apakah kering atau basah. Dilansir dari Healthline, batuk kering dan batuk basah dapat terjadi karena beberapa hal berbeda.

Batuk Kering

Batuk kering adalah batuk yang tidak memunculkan dahak, biasanya membuat gatal di belakang tenggorokan yang memicu batuk tersebut. Batuk kering sering sulit ditangani dan mungkin butuh waktu penyembuhan lebih lama.

Batuk kering terjadi karena ada peradangan atau iritasi pada saluran pernapasan. Bisa juga disebabkan karena adanya infeksi saluran pernapasan bagian atas seperti pilek atau flu. Batuk kering juga merupakan salah satu indikasi adanya penyakit COVID-19.

"Gejala batuk pada COVID-19 biasanya batuk kering, dan tidak terjadi hanya di malam hari," ungkap dr Helmin.

Batuk Basah

Batuk basah adalah batuk yang disebabkan karena lendir. Udara dingin dan flu sering menyebabkan batuk basah. Batuk ini juga biasanya disertai gejala lain seperti pilek dan kelelahan.

Jika batuk basah, mungkin Anda merasa ada sesuatu yang tersumbat atau menetes di bagian belakang tenggorokan atau dada. Batuk ini akan berlangsung kurang dari 3 minggu namun jika dalam kondisi kronis, biasanya lebih lama hingga 8 minggu.

Ketika batuk melanda, baik batuk kering maupun batuk basah tetap harus waspada karena bisa saja batuk bertambah parah dan menyebabkan infeksi atau penyakit lainnya.

"Batuk jenis apapun kalau tidak segera ditangani dapat menyebabkan penyakit serius, sehingga saat terjadi batuk perlu dikenali penyebabnya untuk dapat mengetahui pencegahan dan pengobatannya," lanjut dr Helmin.

Beda jenis batuk, maka pilih obat batuk yang tepat, seperti obat batuk Woods' Cough Syrup Expectorant untuk batuk berdahak dan Woods' Cough Syrup Antitusive untuk batuk tidak berdahak. Tersedia pula Woods' Cough Syrup Herbal untuk membantu meredakan batuk berdahak yang dibuat dari bahan herbal.

Woods dapat meredakan batuk tanpa menyebabkan kantuk. Selain itu, Woods juga tidak mengandung alkohol serta mengandung 3DM (daun ivy, daun meniran, daun mint, dan madu) sehingga bisa menjaga daya tahan tubuh.