Selasa, 07 April 2020

Yuk, Lihat Lagi Keindahan Himalaya dari Dekat

Keindahan Himalaya memang tiada duanya. Kamu yang bosan di rumah, bisa intip keindaannya di sini.

Kami pergi mendaki Annapurna dengan kendaraan roda dua menghadapi cuaca dingin yang menusuk tulang di Nepal. Kami terinspirasi oleh film petualangan Everest. Kami berencana untuk naik ke puncak ke akses motor yang paling tinggi di dunia, di Pegunungan Himalaya di Nepal.

Sebenarnya ada beberapa rute yang bisa dipilih: satu yang membentang dari Leh di Ladakh, di utara Jammu dan Kashmir, ke Khardung La, pada ketinggian 5.600 meter di atas permukaan laut. Namun, kami menganggap hal ini terlalu mudah, karena rutenya terdiri dari jalan aspal biasa.

Kami memutuskan untuk mengambil rute ke Upper Mustang di Annapurna, yang menjulang setinggi 8.091 meter di atas permukaan laut, dan merupakan gunung tertinggi kedua setelah Everest dengan ketinggian 8.848 meter.

Rute ini menawarkan dua titik tinggi yang dapat dilalui oleh sepeda motor, Muktinath pada 4.200 meter di atas permukaan laut dan Lo Manthang, pada ketinggian 5.400 meter. Kami berangkat dari Kathmandu dengan tim dua belas orang yang terdiri dari pengusaha, karyawan, profesional dan ibu rumah tangga.

Melihat tantangan yang ada di depan mata, semua bersemangat untuk memulainya. Ya perencanaan dibuat dengan matang di mana ada lima personel pendukung dalam dua mobil support.

Persiapan dilakukan dengan saksama dan anggota tim memastikan mereka siap baik fisik dan mental untuk tantangan. Latihan fisik, perangkat mendaki (seperti baju hangat long john) adalah persyaratan wajib bagi kami. Kami juga meneliti semua barang yang dibutuhkan.

Untuk menghindari risiko Altitude Mountain Sickness, Kami dipandu oleh Matt Gardner, seorang pemandu Australia yang memiliki perkumpulan sepeda motor di Nepal dan sering mengatur ekspedisi semacam ini. semua orang bersemangat untuk memulai.

Menuju Puncak Salju Kami memulainya dari Kathmandu dengan menggunakan minibus 2 unit dari Kathmandu, jarak ke Pokhara dari Kathmandu adalah 250 km jauhnya dan semua orang gembira dengan memulainya perjalanan ini. Jalannya mulus dan mudah dengan permukaan aspal yang bagus dan cuacanya sejuk dan ramah.

Sesampainya diPhokara kami menginap semalam. Malamnya kami briefing dan mencoba motor yang akan kami pakai esok harinya.

Hari pertama kami melewati Sarangkot, suatu dataran tinggi tempat bermain parasailing. Kami lanjut ke Kusma Gyadi Jembatan gantung terpannjang di Dunia, jantung kami berdegub kencang saat harus menyeberangi jembatan gantung terpanjang di Nepal.

Terbuat dari tali baja, jembatan itu berada di ketinggian 135 meter di atas lembah di bawahnya dan panjangnya 344 meter. Dengan hati-hati, kami menyeberang satu per satu di atas sepeda motor.

Setelah itu kami naik ke Baglung, sebuah kota kecil dengan populasi kurang dari 30.000 orang. Terletak di dataran tinggi yang menghadap ke ngarai Kali Gandaki tepat di selatannya tampak jajaran pegunungan Dhaulagiri Himalaya, kota ini juga dikenal sebagai kota jembatan.

Larut malam, tim disambut oleh kegelapan di Baglung. Sebagai informasi Nepal sangat bergantung pada bahan bakar untuk daya penerangan listrik dan bisa dipahami, ada pemadaman listrik setiap malam, Oleh karena itu hanya empat jam saja lampu menyala dimulai dari jam 18.00 waktu setempat.

Lelah, anggota tim bangun pagi kembali dengan energi baru mereka. Kami disuguhi hidangan lokal Nepal dal bhat, terdiri dari kaldu dan daging, nasi atau roti dan sayuran.

Sangat mengejutkan ketika padi tumbuh pada ketinggian ini, karena Nepal mengimpor sebagian besar berasnya dari Cina atau India.

Cerita Pengasuh yang Setia Menjaga Orangutan Saat Pandemi Corona

Tak hanya manusia, satwa pun perlu dilindungi dari ancaman virus Corona. Inilah cerita orang-orang yang setia menjaga para orangutan.
Ancaman virus Corona tau COVID-19 memang tak pandang bulu. Tak hanya manusia, sejumlah hewan seperti anjing, kucing, bahkan harimau telah positif terinfeksi virus tersebut.

Satwa lain yang juga berpotensi tertular adalah orangutan. Satwa endemik khas Indonesia ini rentang terjangkit Corona lantaran 97 persen DNA nya mirip manusia.

Melihat hal tersebut, sejumlah orang yang tergabung dalam organisasi penyelamat orangutan pun turun tangan. Dilansir dari Channel News Asia, salah satu organisasi perlindungan orangutan, Borneo Orangutan Survival telah menutup tempat konservasi mereka dari kunjungan turis asing. Selain itu para staf juga diminta untuk mengenakan masker dan sarung tangan untuk mencegah penularan.

"Belum ada kasus penularan langsung yang dikonfirmasi, tetapi ada masalah lain yaitu kurangnya masker dan persediaan desinfektan untuk pengasuh orangutan,"kata dokter hewan di yayasan tersebut, Agus Irwanto.

Di sisi lain, untuk orangutan, mereka masih beraktivitas seperti biasanya.

"Sementara manusia (para staf) di pusat rehabilitasi bekerja keras menyesuaikan diri dengan langkah-langkah baru ini, orangutan menjalankan aktivitas seperti biasa,"kata pihak yayasan tersebut.

Selain Borneo Orangutan Survival, organisasi perlindungan satwa internasional FOUR PAWS juga mengambil langkah pencegahan Corona di Sekolah Rimba Orangutan.

Sekolah ini didirikan FOUR PAWS bersama yayasan Jejak Pulang dan juga didukung Pemerintah Indonesia. Lokasinya ada di Samboja, Kalimantan Timur.Di sana, para pengasuh merawat 8 orangutan yaitu Amalia, Eska, Cantik, Gonda, Robin, Tegar, Gerhana, dan Kartini.

Saat ini, Sekolah Rimba memberlakukan kebijakan non-kontak.

"Jadi, saat ini tidak diperbolehkan ada yang masuk ke sekolah hutan bagi siapa saja yang tidak terlibat dalam perawatan," kata pakar primata FOUR PAWS, Dr. Preuschoft sebagaimana diwartakan ABC.

Untuk orangutan dewasa, pengasuh sama sekali tak berkontak dengan mereka karena orangutan sudah bisa mencari makan sendiri. Sementara untuk bayi orangutan, masih membutuhkan perhatian pengasuh.

"Yang usianya lebih muda masih membutuhkan kontak yang akrab dan erat, pelukan dan kasih sayang saat mereka ketakutan,"ia menjelaskan.

Sekolah Rimba juga telah menyiapkan persediaan makanan dan bahan-bahan pembersih.

"Kami mencuci semua makanan orangutan sebanyak dua kali, yaitu ketika pengiriman dan sebelum diberikan ke orangutan," ujarnya.

Namun saat ini mereka masih kekurangan masker, termometer laser, dan desinfektan.

"Sayangnya, memang tidak ada perlindungan yang menjamin pencegahan seratus persen. Namun karena usia anak-anak biasanya tidak terlalu terpengaruh COVID-19, semoga saja hal itu juga berlaku untuk anak-anak orangutan," ujar Dr. Preuschoft.

Yuk, Lihat Lagi Keindahan Himalaya dari Dekat

Keindahan Himalaya memang tiada duanya. Kamu yang bosan di rumah, bisa intip keindaannya di sini.

Kami pergi mendaki Annapurna dengan kendaraan roda dua menghadapi cuaca dingin yang menusuk tulang di Nepal. Kami terinspirasi oleh film petualangan Everest. Kami berencana untuk naik ke puncak ke akses motor yang paling tinggi di dunia, di Pegunungan Himalaya di Nepal.

Sebenarnya ada beberapa rute yang bisa dipilih: satu yang membentang dari Leh di Ladakh, di utara Jammu dan Kashmir, ke Khardung La, pada ketinggian 5.600 meter di atas permukaan laut. Namun, kami menganggap hal ini terlalu mudah, karena rutenya terdiri dari jalan aspal biasa.

Kami memutuskan untuk mengambil rute ke Upper Mustang di Annapurna, yang menjulang setinggi 8.091 meter di atas permukaan laut, dan merupakan gunung tertinggi kedua setelah Everest dengan ketinggian 8.848 meter.

Rute ini menawarkan dua titik tinggi yang dapat dilalui oleh sepeda motor, Muktinath pada 4.200 meter di atas permukaan laut dan Lo Manthang, pada ketinggian 5.400 meter. Kami berangkat dari Kathmandu dengan tim dua belas orang yang terdiri dari pengusaha, karyawan, profesional dan ibu rumah tangga.

Melihat tantangan yang ada di depan mata, semua bersemangat untuk memulainya. Ya perencanaan dibuat dengan matang di mana ada lima personel pendukung dalam dua mobil support.