Jumat, 28 Februari 2020

Okupansi Hotel di Indonesia Naik 22% Saat Valentine

Hari Valentine tak hanya dirayakan oleh para pasangan, tapi juga pelaku hotel. Trennya, okupansi hotel di Indonesia mengalami peningkatan di hari kasih sayang.

Berdasarkan press release yang diterima detikTravel dari OYO Hotels, Kamis (14/2/2019), pada Hari Valentine pemesanan hotel dari tamu yang menginap seorang diri (solo traveler) di Indonesia tercatat mengalami kenaikan sebesar 22% pada jaringan OYO Hotels.

Tren ini juga terjadi jaringan OYO Hotels di negara lain seperti Malaysia dan Nepal yang sama-sama mengalami kenaikan 20%. Terbukti, kalau solo traveler punya cara uniknya sendiri untuk merayakan Hari Valentine.

"Hari Valentine memang telah populer di banyak negara selama lebih dari satu dekade terakhir dan kini cara merayakan Hari Valentine di berbagai negara semakin berkembang. Masyarakat juga semakin melihat momen Valentine ini sebagai kesempatan untuk melakukan perjalanan seorang diri (solo trip) atau merayakannya bersama keluarga dan teman-teman," ujar Country Head OYO Hotel Indonesia, Rishabh Gupta.

Dipercaya, kalau peningkatan servis dan akomodasi di bidang perhotelan menjadi salah satu sebab terjadinya tren ini. Tentunya juga didukung oleh aneka pilihan perjalanan yang ada.

"Kami percaya bahwa ekspansi secara gencar, pertumbuhan bisnis industri perjalanan dan perhotelan, serta ketersediaan pilihan perjalanan dan akomodasi berkualitas baik yang terjangkau, telah memicu perubahan tren ini," ujar Rishabh.

Pada momen Valentine memang banyak pelaku usaha wisata menebar promo Valentine. Ada promo hotel Valentine, promo restoran Valentine atau kado Valentine. Tapi bukan lantas traveler yang jomblo tidak bisa menikmatinya.

Oleh karena itu daripada terjebak oleh kenangan sang mantan, traveler yang single dapat menikmati Hari Valentine dengan cara menginap di hotel sambil memanjakan diri sendiri atau bersama teman-teman dan keluarga.

Ngeri-ngeri Sedap, Naik Gondola di Atas Laut

 Naik kereta gantung jadi atraksi ekstrem yang seru. Eh tapi, kalau di atas laut kamu berani coba nggak?
Apa yang d'traveler ingat ketika membayangkan pantai? Kita pasti langsung teringat air laut dan pasir pantainya. Selain itu ternyata Pantai Timang menawarkan ingatan akan serunya naik gondola (kereta gantung) untuk menyebrangi lautan menuju tebing di tengah laut.

Pantai Timang terletak di Padukuhan Danggolo, Desa Purwodadi, Kec. Tepus, Kab. Gunung Kidul. Ketika tiba di desa terdekat, maka biasanya d'traveler akan ditawari sewa jeep seharga 350ribu untuk pulang pergi. Hal ini karena memang kondisi jalan yang masih bebatuan menuju pantai Timang. Demi hemat, saya dan teman saya, Santi, nekad mencoba naik motor saja. Memang jalanannya masih jelek, jadi ditengah perjalanan saya memilih jalan saja, sedangkan Santi mengendarai motor. Syukurnya mendekati pantai, jalanan mulai membaik jadi saya pun kembali naik motor.

Setibanya di lokasi, masih belum banyak pengunjung yang datang. Pagi adalah pilihan tepat untuk datang ke pantai Timang. Sementara saya sibuk mengabadikan pemandangan, Santi sudah tidak sabar ingin mencoba naik gondola untuk menyebrang ke sebrang batu karang. Saya sebenarnya agak takut dan ngeri naik gondola, tapi karena mikir sudah jauh-jauh ke pantai Timang masak tidak mencoba ikon unik yang membuat pantai Timang menjadi terkenal itu. Maka dengan merogoh kocek sebesar 150 ribu saya membeli tiket Gondola.

Gondolanya sendiri masih terlihat sangat tradisional. Terbuat dari kayu dan hanya cukup untuk satu atau dua orang saja. Cara kerjanya pun masih manual, yaitu ditarik 6 orang, 3 orang di masing-masing sisi. Bayangkan betapa capek bapak-bapak tersebut, maka harga tiket yang terbilang cukup mahal itu rasanya layak untuk menghargai kerja keras para penarik gondola.

Alternatif lain untuk menuju sebrang adalah jembatan gantung yang berada tepat di sebelah gondola. Harganya lebih murah yaitu 100ribu. Namun saya pikir lebih menakutkan menyebrangi lautan melalui jembatan, jadi setelah mengumpulkan keberanian saya pun menaiki gondola. Sebelumnya saya sudah pesan kepada para penarik gondola, agar pelan-pelan saja mengantarkan saya.

Mengenal Loisaba, Tempat Penampakan Black Panther

Para peneliti dikejutkan oleh penampakan macan tutul hitam alias black panther. Inilah penampakan black panther pertama dalam 100 tahun terakhir di Afrika.

Penampakan itu terjepret camtraptions, suatu kamera jebakan yang didesain khusus oleh para peneliti dari San Diego Zoo Global. Ini jadi kabar gembira, karena begitu sulitnya mendapatkan data black panther di Afrika.

Tempat penampakan black panther tersebut adalah di Loisaba Conservancy. Dilansir detikTravel dari website resminya, Kamis (14/2/2019) Loisaba Conservancy berlokasi di Laikipia, Kenya. Dapat ditempuh dengan naik mobil selama 4 jam, dari Nairobi ibukota negaranya.

Loisaba punya luas sekitar 57 ribu hektar. Kawasan konservasi ini punya sejarah menarik. Awalnya di tahun 1970, keluarga Ancilotto adalah pemilik tanah tersebut (tentu belum seluas puluhan ribu hektar).

Keluarga tersebut menyulap tanah miliknya menjadi area wisata. Sebab di sana, pengunjung bisa melihat gajah, jerapah hingga berbagai satwa. Di tahun 1997, investor dari AS membeli tanahnya dan kemudian membuatnya sebagai area perlindungan satwa.

Barulah di tahun 2014, The Nature Conservancy suatu organisasi lingkungan yang juga berasal dari AS membantunya menjadi wilayah konservasi. Gayung bersambut, pemerintah Kenya pun turut membantu hingga jadilah Loisaba Conservancy. Bahkan disebut-sebut, salah satu konservasi terbaik di Afrika!

Loisaba Conservancy adalah rumah bagi 260 spesies burung dan 50 spesies mamalia. Beberapa satwanya seperti gajah, jerapah, singa, zebra, rusa, banteng dan masih banyak lagi. Tak ayal, ada 2 sungai dan satu mata air di sana yang jadi sumber kehidupan.

Misi utama dari Loisaba Conservancy adalah menjaga dan melestarikan satwa liar. Tak hanya itu, kawasan konservasinya juga bertujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat setempat melalui pariwisata. Tercatat, 200 orang yang merupakan masyarakat asli di sekitarnya bekerja di Loisaba Conservancy.

Di dalam kawasan konservasinya pun tersedia tempat bermalam bertema glamping (glamour camping). Ada juga berbagai aktivitas wisata seperti naik unta sampai mendaki gunung.

Jadi siapa bilang, kalau kawasan konservasi dan pariwisata tidak bisa bersinergi?

Kembali soal black panther, penampakan black panther di Loisaba Conservancy menjadi kabar gembira bagi peneliti satwa. Sampai-sampai disebut penampakan langka, karena penampakan black panther ini merupakan yang pertama dalam 100 tahun terakhir di Benua Afrika.

"Kami sangat bersemangat mendengar bahwa kamera-kamera jebakan ini telah menangkap gambar langka macan tutul melanistik, atau yang juga dikenal sebagai black panther!" demikian pernyataan pihak Loisaba Conservancy.

Bahkan, foto black panther tersebut sejauh ini merupakan foto-foto terbaik. Sebab, jaraknya begitu dekat dan jelas.

Loisaba Conservancy jadi salah satu tujuan wisata menarik di Kenya. Para peneliti dan pemandu di sana siap mengantar untuk melihat dan memberi informasi tentang beragam satwa.

Selamat datang di tempatnya black panther!