Di halaman Istana Maimun tersimpan benda peninggalan sejarah yang unik, yaitu Meriam Puntung. Ada kisah menarik di balik meriam yang pecah jadi 2 bagian ini.
Kalau berkunjung ke Istana Maimun di depan, tepat di sisi kanan halaman istana ada bangunan berbentuk Rumah Adat Karo. Ternyata bangunan itu bukanlah bangunan biasa, sebab di dalamnya berisi peninggalan sejarah yang begitu unik.
Di dalam bangunan rumah-rumahan itu, tersimpan Meriam Puntung alias Meriam Buntung. Dinamakan seperti itu, karena meriam ini bentuknya buntung alias seperti terpotong tidak sempurna. Konon ada cerita mengapa meriam ini bisa buntung.
Tengku Mohar, pemandu yang saat itu bertugas pun menjelaskan soal cerita itu kepada detikcom dan rombongan Media Trip dari Hotel Harper Wahid Hasyim Medan. Ada 2 versi cerita yang beredar di kalangan masyarakat tentang bagaimana asal muasal meriam ini.
"Dari cerita masyarakat, dulu ada satu kerajaan bernama Aru. Raja Aru punya 3 anak, 2 laki-laki dan 1 perempuan yang bernama Putri Hijau. Kerajaan ini susah ditaklukkan. Dipilihlah cara persuasif dengan perkawinan, namun ditolak. Akhirnya terjadi perang," kisah Tengku Mohar kepada detikcom, pekan lalu.
Nah, saat perang terjadi antara Kerajaan Aru dan Kerajaan Aceh, meriam sakti ini digunakan. Konon, meriam ini adalah penjelmaan dari adik Putri Hijau.
"Meriam ini punya kekuatan gaib, tanpa disulut api bisa meledak. Kenapa meriam ini bisa putus? Saking panasnya, meriam ini pun pecah jadi 2 bagian. Satu bagian terpental di Kabanjahe, Tanah Karo. Satu patahannya lagi ada di halaman Istana Maimun," terang Mohar.
Sedangkan versi kedua dari cerita ini menyebut bahwa Meriam Puntung adalah simbol keberhasilan Kesultanan Deli dalam menaklukkan Kerajaan Aru.
"Zaman dulu kan apa yang jadi kebanggaan kerajaan yang ditaklukkan dibawa pulang sebagai cinderamata. Ini jadi simbol kejayaan Nenek Moyang Kesultanan Deli," imbuh Mohar.
Meriam Puntung ini aslinya memiliki panjang sekitar 3 meter, namun karena buntung yang tersisa di halaman Istana Maimun jadi tinggal setengahnya. Di atas meriam ini, ada taburan bunga-bunga. Rupanya masih banyak masyarakat yang percaya meriam ini bisa membawa berkah.
Menurut cerita Mohar, saat musim Pilkada kemarin banyak yang berkunjung ke Meriam Puntung ini untuk berziarah dan berdoa. Namun Mohar tidak bisa melarang, pun membenarkan, dia mengembalikan lagi ke kepercayaan invididu masing-masing.
Kerap Terdengar Suara Misterius
Satu lagi yang menarik dari Meriam Puntung. Dari cerita Mohar, banyak traveler yang mendengar suara misterius yang keluar dari lubang api meriam bila kita menempelkan telinga di lubang itu. Masing-masing orang bisa berbeda-beda suara yang didengar.
"Ada yang bilang suara air terjun. Ada yang bilang suara kuda," ucap Mohar.
Di malam-malam tertentu bahkan ada yang pernah mendengar suara letusan dan jeritan. Karena penasaran, salah satu dari rombongan kami mencoba untuk menempelkan telinga di lubang yang biasanya digunakan untuk menyulut api. Rupanya dia bilang tidak terdengar suara apa-apa.
Terlepas dari kebenaran cerita-cerita tersebut dengan segala mitosnya, yang jelas Meriam Puntung ini jadi peninggalan sejarah yang wajib untuk dilestarikan. Traveler bisa melihatnya bila liburan ke Medan dan mampir ke Istana Maimun.