Harga Domba Batur (Dombat) memiliki bentuk yang unik denan ciri memiliki bulu tebal. Namun tidak hanya itu, domba ini juga mempunyai nilai jual yang tinggi.
Seperti Dombat milik Hadiono (48). Warga Desa Batur, Banjarnegara ini mengatakan domba miliknya dijual dengan harga mencapai Rp 20 juta untuk satu ekor. Menurutnya, semakin bertambahnya usia, harganya pun semakin tinggi. Bahkan beberapa Dombat dijual setara dengan harga satu ekor sapi.
"Ada tiga jenis Domba Batur, yakni Merino, texel dan sufolk. Tetapi yang kualitasnya paling bagus adalah jenis merino," ujarnya saat ditemui di Dieng, Sabtu (3/8/2019).
Tidak hanya itu, Hadiono mengatakan, Dombat yang memiliki harga tinggi yakni yang memiliki mulut rapi, kuping lancip dan besar. Selain itu, juga dari kening hingga hidung tidak terdapat bulu.
"Kalau harga normal itu antara Rp 2,5 juta hingga Rp 5 juta per ekor Dombat. Tetapi kalau lebih dari dua tahun biasanya harga sudah sampai Rp 10 juta lebih," jelasnya.
Menurutnya, penjualan Dombat tidak hanya di lingkungan batur, namun ke berbegai kota. Seperti Medan, Surabaya dan beberapa kota lainnya.
"Ada juga yang pernah menjual hingga Malaysia. Jadi memang jauh-jauh," ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian dan Perikanan Banjarnegara Totok Setya Winarna membenarkan harga Domba Batur bisa mencapai harga puluhan juta. Terlebih, domba tersebut pernah memenangi lomba.
"Kalau sudah menang lomba ini juga mempengaruhi harga. Ada yang bisa mencapai Rp 25 juta untuk satu ekor Dombat," kata dia.
12 Fakta tentang Gunung Everest, Gunung Tertinggi di Dunia
Sebagai gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest pasti menjadi gunung impian bagi banyak pendaki. Puncak tertinggi di dunia pertama kali dicapai oleh Edmund Hillary dan Tenzing Norgay pada 29 Mei 1953.
Kini, berkat kemajuan infrastruktur dan teknologi, sudah semakin banyak pendaki yang berhasil mencapai puncaknya. Kalau kalian tertarik ingin mengunjungi gunung ini, simak dulu yuk fakta-fakta menariknya yang dirangkum detikTravel dari berbagai sumber.
1. Terletak di Perbatasan Nepal-Tibet
Gunung Everest merupakan bagian dari Pegunungan Himalaya. Puncaknya berada di ketinggian 8.848 meter di atas permukaan laut dan berada di perbatasan antara Tibet dan Nepal.
2. Nama Lain Everest
Karena berada di perbatasan, Gunung Everest memiliki banyak nama. Orang Tibet menyebutnya Chomolungma yang berarti "Ibu Suci", sedangkan orang Nepal menyebutnya Sagarmatha yang berarti "Dewi Langit".
Nama Inggris resminya ditetapkan pada tahun 1865 oleh Royal Geographical Society berdasarkan rekomendasi British Surveyor General of India, Andrew Waugh. Waugh sendiri mengambil nama pendahulunya Sir George Everest.
3. Termasuk dalam Seven Summits
Sebagai gunung tertinggi di dunia, Gunung Everest tentu masuk dalam daftar Seven Summits atau puncak-puncak tertinggi di tujuh benua. Keenam gunung lainnya yang masuk dalam daftar ini adalah Gunung Carstenz Pyramid di Papua, Gunung Elbrus di Rusia, Gunung Kilimanjaro di Tanzania, Gunung Aconcagua di Argentina, Gunung Vinson di Antartika, dan Gunung Denali di Alaska.
4. Terus Bertambah Tinggi
Ilmuwan memperkirakan Gunung Everest berusia sekitar 50-60 juta tahun, masih cukup muda untuk standar geologi. Gunung ini terbentuk berkat kekuatan ke atas yang dihasilkan ketika lempeng tektonik India dan Eurasia bertabrakan, kemudian mendorong bebatuan yang membentuk gunung tertinggi di Bumi.
Kekuatan tersebut masih bekerja hingga saat ini, mendorong puncak Everest menjadi lebih tinggi seperempat inci setiap tahun.
5. Memiliki 17 Rute Pendakian
Ada 17 rute pendakian yang bisa dipilih pendaki untuk mencapai puncak Everest. Tapi ada dua jalur yang paling populer dan sering dipilih yaitu jalur Southeast Ridge dari Nepal dan jalur North Ridge dari Tibet.
6. Durasi Ekspedisi
Waktu yang tepat untuk memulai proses pendakian menuju puncak Everest adalah pertengahan Mei, tapi biasanya proses persiapan telah dimulai berbulan-bulan sebelumnya. Tim ekspedisi biasanya telah berkumpul di Kathmandu, Nepal pada bulan Maret untuk mulai aklimatisasi.
Pada bulan April, pendaki mulai berangsur-angsur naik gunung untuk menyesuaikan diri. Menjelang minggu kedua bulan Mei, tim seharusnya sudah memiliki jalur yang dilengkapi tali dan sudah mengarah ke puncak. Jika semuanya berjalan dengan baik, pada awal bulan Juni pendaki sudah memulai perjalanan pulang.