Senin, 30 Desember 2019

HUT RI, Polairud Bima Kibarkan Merah Putih di Bawah Laut

HUT Kemerdekaan Indonesia dirayakan dengan beragam kegiatan. Polaruid Bima pun melakukan pengibaran bendera di bawah laut dan aksi bersih-bersih pantai.

Merawat keindahan alam dan menjaga kebersihan lingkungan, terutama dari bahayanya sampah plastik menjadi tanggung jawab bersama. Hal ini pun digerakkan oleh Polairud Polres Bima.

Polairud Polres Bima dan Komunitas Pencinta Alam Mbojo (Kopa Mbojo) melaksanakan aksi bersih pantai dan pengibaran bendera merah putih di bawah laut. Personel gabungan yang terlibat dalam pengibaran bendera itu sebanyak 8 orang

Kegiatan itu berlangsung pada hari Sabtu (17/8) di Pantai Wadu Pa'a yang berada Teluk Bima, Kecamatan Soromandi Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), dalam rangka memeriahkan HUT Republik Indonesia ke-74.

"Kegiatan ini bertujuan untuk menggugah kesadaran masyarakat tentang bahaya sampah plastik di laut dan untuk mengedukasi pelaku wisata dan wisatawan," kata Kasubbag Humas Polres Bima Iptu Hanafi, Minggu (18/8/2019) kemarin.

Aksi bersih-bersih pantai itu berhasil mengumpulkan ratusan kantong plastik sampah berukuran besar. Hal ini, menjadi salah satu gerakan yang diharapkan dapat menyebarkan kebaikan pada wisatawan atau pun warga sekitar terhadap lingkungan.

Masyarakat juga turut diimbau agar membuang sampah pada tempatnya. Terutama sampah dari bahan plastik yang dapat merusak biota laut. "Mari kita jaga bersama kelestarian biota laut," ajaknya.

Merayakan Kemerdekaan Indonesia di Praha

Sebanyak 250 WNI di Praha, Republik Ceko merayakan HUT RI ke-74 dengan meriah. Beragam pertunjukan seni khas dipentaskan di acara ini.

Masyarakat dan diaspora Indonesia larut dalam kemeriahan perayaan HUT ke-74 RI yang dilaksanakan di Wisma Duta Besar RI Praha, Republik Ceko pada Sabtu (17/8) akhir pekan lalu.

Selain dihadiri oleh WNI yang tinggal di Republik Ceko, acara tersebut juga dihadiri oleh WNA yang merupakan diaspora Indonesia, antara lain alumni program Darmasiswa dan Beasiswa Seni dan Budaya Indonesia (BSBI). Sebagian besar peserta, termasuk para WNA, hadir dengan mengenakan pakaian nasional Indonesia dengan berbatik dan berkebaya.

Peringatan HUT RI tersebut diawali dengan upacara pengibaran bendera yang berlangsung tertib dan khidmat, serta diakhiri dengan aubade lagu-lagu nasional yang dibawakan oleh Sanggar Kesenian Aceh Universitas Gajah Mada (SAKA UGM) Yogyakarta.

Acara dilanjutkan dengan pentas kesenian dari SAKA UGM yang mempersembahkan beberapa tarian dari Aceh, tim Arumba KBRI Praha yang menampilkan lagu-lagu nasional, dan Kintari Foundation yang menampilkan Tari Piring dan Tari Lombok.

Selain itu, pada acara tersebut, berbagai makanan khas Indonesia disajikan, antara lain rawon, bakso, dan urap sayur. Pada kesempatan tersebut, Duta Besar RI Praha Kenssy D. Ekaningsih memberikan penghargaan peserta upacara dengan kostum terbaik kepada 3 (tiga) orang WNA yang mengenakan pakaian nasional Indonesia dengan berkebaya.

Duta Besar Kenssy menyampaikan bahwa pemberian penghargaan kostum terbaik ini merupakan bentuk apresiasi KBRI Praha terhadap para peserta, terutama para WNA, yang ikut mempromosikan budaya Indonesia.

"Kami sangat terharu dan menghargai kemauan para peserta dalam mendukung pelestarian budaya Indonesia dengan berkebaya," ujarnya.

Selain memberikan penghargaan kostum terbaik, KBRI Praha juga memberikan hadiah kepada para pemenang lomba pidato Bahasa Indonesia bagi WNA. Lomba tersebut diikuti oleh WN Ceko yang merupakan alumni program Darmasiswa.

Tahu Nggak Kamu, Ada Situs Purbakala di Kuningan

Taman Pubakala Cipari di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat menyimpan sejarah budaya Megalitik Indonesia. Mari datangi situs purbakala ini.

Jauh Sebelum masuknya agama Hindu, Budha, Islam dan Kristen ke Indonesia ternyata nenek moyang kita telah meyakini adanya kekuatan luar biasa yang mengendalikan manusia di alam semesta. Kepercayaan itu disebut Animisme dan Dinamisme. Animisme adalah kepercayaan yang meyakini bahwa pada jiwa (roh) tidak hanya ada pada benda hidup namun juga pada benda mati.

Menurut mereka, bila sesorang telah meninggal maka jiwa atau rohnya akan meninggalkan jasadnya dan akan tinggal pada makhluk hidup lainnya atau benda tak hidup lainnya oleh karena itu mereka melakukan pemujaan kepada roh leluhur agar roh leluhur tesebut tidak mengganggu bahkan memberikan keberkahan kepada mereka. Sedang dinamisme, mempercayai bahwa benda-benda tertentu seperti gunung, sungai, phon besar, batu besar, keris dan lain sebaginya dipercaya memiliki kekuatan gaib sehingga nenek moyang kita di jaman dahulu berdoa kepada benda-benda tersebut.

Dan jejak-jejak itu dapat kita temukan tersebar di seluruh wilayah Indonesia dalam bentuk kubur batu, arca batu, lukisan di dinding gua, bekas pemukiman penduduk, peralatan dapur, alat-alat dari batu, barang pecah belah dan lain sebagianya.

Salah satu tempat dimana kita bisa melihat langsung budaya megalitik tersebut dan dalam kondisi yang terawat baik adalah Taman Purbakala Cipari yang berada di Desa Cipari, Kabupaten Kuningan, Provinsi Jawa barat. Kondisi jalan menuju obyek wisata ini baik bahkan panorama dalam perjalanan juga menyenangkan kita dapat menyaksikan kerimbunan pepohonan, hijaunya area persawahan dan pemandangan petani membajak sawah, karena berada di bawah kaki gunung Ciremai suhu udaranya sejuk hingga selama perjalanan AC Mobil kami matikan.

Tiba di depan pintu masuk taman purbakala cipari kita disambut sebuah batu besar hitam bertuliskan 'Site Museum TAMAN PURBAKALA CIPARI Kabupaten Kuningan'. Spot foto menarik di sini adalah sebuat gundukan tanah mirip bukit kecil.

Di sini terdapat punden berundak dari batu-batu dan di puncaknya berdiri sebuah menhir yaitu batu besar berbentuk lonjong setinggi 2,5 meter. Ini merupakan titik tertinggi di area ini, dengan berdiri disini kita bisa melihat seluruh kawasan taman purbakala seluas 7000 meter persegi ini dengan jelas.

Dari tempat ini kami kemudian turun kebawah ke tempat berikutnya yaitu sebuah sarkopagus (peti mati terbuat dari batu untuk menyimpan jasad orang yang sudah meninggal) bentuknya persegi panjang sama dengan peti mati era modern bedanya bila di masa megalit itu terbuat dari batu, masa kini peti mati terbuat dari kayu, seperti pemakaman jaman sekarang kubur batu ini juga akan ditanam dalam tanah, nenek moyang kita juga mempercayai bahwa ada kehidupan lain setelah kematian dan untuk menjamin orang yang telah meninggal itu dapat terus hidup dengan baik di alam lain.

Di kubur batu tersebut juga ikut dikuburkan perhiasan dan benda-benda berharga lainnya. disni terdapat 2 buah kubur batu. Kerangka jasad yang dikuburkan di kedua kubur batu tersebut telah disimpan di dalam museum purbakala Cipari. Menurut bapak penjaga museum ini pada awalnya daerah ini merupakan area persawahan yang dikelola masyarakat setempat.

Namun di tahun 1971 saat itu seorang petani ketika sedang menggrap lahan tanpa sengaja menemukan gerabah, alat dapur dan benda-benda bersejarah lainnya, penemuan ini kemudian dilporkan kepada pemerintah setempat, setelah dilakukan penggalian dan penelitian lebih lanjut oleh para arkeologi di mana semakin banyak benda-benda bersejarah yang ditemukan.

Melihat hal ini akhirnya diusulkanlah kepada pemerintah pusat agar kawasan ini dijadikan Cagar Budaya yang disetujui pemerintah pusat. Berpindah ke dalam museum di sini hasil penggalian yang dilakukan masyarakat maupun para ahli di simpan mulai dari kerangka manusia jaman dahulu, gerabah, dan alat batu lainnya. sebagai tempat yang menyimpan sejarah bangsa sudah sebaiknya kita ikut menjaga kelangsungan peninggalan tersebut.