Sabtu, 28 Maret 2020

Yang Enak-enak di Tanjung Selor

Berkunjung ke suatu daerah tak lengkap rasanya jika tak mencicipi makanan khasnya. Coba deh berburu kuliner di Tanjung Selor.

Sebagai dearah yang terus berkembang, Tanjung Selor pun mulai dikenal sebagai daerah baru yang menarik untuk dikunjungi. Beberapa spot kuliner pun mulai bermunculan untuk menyambut berkahnya pembangunan.

Salah satunya adalah Kuliner Tepi Kayan atau disingkat Kulteka. Pusat kuliner yang dibangun di atas sungai Kayan ini adalah destinasi kuliner yang menawarkan sensasi bersantap di atas air sambil melihat aktivitas warga yang hilir mudik dengan menggunakan sampan, speedboat atau kapal.

Banyak aneka hidangan yang dijajakan di Kulteka ini, namun sebagian besar merupakan makanan yang biasa di jumpai di Pulau Jawa atau daerah lainnya. Untuk mencari makanan pembeda, d'travelers dapat menemuinya di rumah warga yang berjualan teras rumah.

Kamu dapat mencoba menu sarapan berupa nasi kuning. Secara tampilan, nasi kuning Tanjung Selor tidak berbeda jauh dengan nasi kuning daerah lain di Indonesia. Namun secara rasa, nasi kuning Tanjung Selor santannya lebih berasa, ditambah lagi dengan sambal ikan haruan yang ditaburi sangrai kelapa membuat rasa nasi kuning ini menjadi lebih khas.

Bagi d'travelers yang suka berbelanja, blusukanlah ke Pasar Induk Tanjung Selor untuk mencari kuliner khas lainya adalah sebuah opsi yang patut untuk dipertimbangkan. Mungkin kalau untuk hidangan makanan khas agak sulit namun untuk aneka buahan khas Kalimantan cukup mudah untuk dijumpai.

Terlebih jika d'travelers datang di saat musim buahan tiba. Kamu akan mudah menjumpai aneka buahan khas Kalimantan seperti koyakan atau rambutan berdaging tebal, manis, tidak berair dan ngelotok.

Ada pula tarap atau cempedak bulat, kerantungan atau durian berduri panjang serta elai yaitu durian berdaging jingga yang aromanya tidak semenyengat durian yang semuanya dapat d€™travelers coba untuk menambah ensiklopedi rasa.


Untuk makan siang, bisa mengunjungi warung makan Tuban 1 yang  terletak di jalan Durian Tanjung Selor. Di sini bisa  menikmati berbagai hidangkan fresh seperti udang yang besar- besar, sambal telur puyuh dan oseng tudai cabe hijau yaitu kerang berdaging tebal khas Tanjung Selor yang rasanya sangat nikmat.

Jika malam tiba, bisa mengunjungi pasar malam yang ada di pasar Induk atau juga d€™travelers dapat pergi ke Pujasera yang terletak di jalan Katamso, tepat di depan pelabuhan kontainer Kayan I. Pujasera ini hanya buka di malam hari ya. Di sini menjual aneka cemilan, serta pakaian baru maupun CAKAR alias Cap Karung alias pakaian bekas dari Malaysia.

Dan makannya khas yang dapat ditemukan di sini adalah goreng cucuk. Yaitu gorengan yang ditusuk, seperti sate dan dicelup ke dalam wadah aneka saus, sambal petis atau sambal kacang yang dapat dipilih sesuai selera. Dan uniknya lagi terdapat goreng cucuk sosis Malaysia yang rasanya sedikit berbeda dengan rasa sosis Indonesia.


Jika kamu tanya kepada penjualnya kenapa ada sosis Malaysia yang dijual? Jawabannya adalah karena faktor kedekatan geografis yang menyebabkan produk sosis negeri Jiran lebih mudah didapatkan dibandingkan dengan produk sosis negeri sendiri.

Kamis, 26 Maret 2020

Kepulauan Seribu Tutup untuk Turis, Betulkah?

Baru-baru ini KemenLHK mengeluarkan kebijakan penutupan sementara taman nasional untuk menyetop penyebaran virus Corona. TN Kepulauan Seribu pun terdampak, tapi tak semuanya.
Kebijakan itu pertama kali dikeluarkan oleh Dirjen Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Wiratno, Kamis (19/3/2020). TN Kepulauan Seribu merupakan satu dari 26 taman nasional yang ditutup sementara waktu.

"Hingga hari ini, Kamis, 19 Maret 2020, sebanyak 56 kawasan konservasi, terdiri dari 26 Taman Nasional/TN, 27 Taman Wisata Alam/TWA dan 3 Suaka Margasatwa/SM, telah ditutup untuk kunjungan wisata, baik domestik maupun mancanegara," bunyi pernyataan dalam rilis yang diterima detikcom.

Diketahui, berbagai upaya ini dilakukan sebagai tindak lanjut dari arahan Presiden Republik Indonesia, dan arahan Menteri LHK dalam surat edaran nomor SE.1/MENLHK/SETJEN/SET.1/3/2020 tentang Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) di Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Menanggapi hal tersebut, pihak TN Kepulauan Seribu sudah lebih dulu menginformasikan perihal penutupan itu di laman Instagram resminya. Kebijakan itu pun sudah keluar dari Minggu pekan lalu (15/3)

"SobatSeribu, menyikapi pencegahan penularan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) pada kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu kami menyampaikan penutupan kawasan Taman Nasional Kepulauan Seribu sejak tanggal 15 Maret 2020 hingga dua minggu ke depan tanggal 29 Maret 2020," bunyi pernyataan yang ditandangani oleh Kepala Balai TN Kepulauan Seribu, Badi'ah.

Dikonfirmasi detikcom ke Kadispar DKI Jakarta, Ahmad Cucu Kurnia, penutupan hanya berlaku di kawasan TN Kepulauan Seribu yang berada di bawah kewenangan KemenLHK. Sementara itu, pulau wisata seperti Tidung hingga Pulau Bidadari tetap buka seperti biasa.

"Yang ditutup kawasan balai konservasi, bukan pulau wisata," Cucu, yang juga merupakan mantan Sudinparbud Kepulauan Seribu, menjelaskan.

Traveler tentu masih dapat berwisata di tempat wisata yang terbuka untuk umum. Namun, ada baiknya traveler mematuhi imbauan pemerintah untuk mengisolasi diri demi membantu mencegah penularan virus corona hingga situasi kembali kondusif.

Taman Nasional Gunung Leuser Hingga Taka Bonerate Tutup untuk Lawan Corona

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menutup 56 kawasan konservasi untuk mencegah penyebaran virus Corona. Apa saja?
Virus Corona yang kini menjangkiti Indonesia membuat KLHK akhirnya menutup sejumlah kawasan konservasi untuk kepentingan kunjungan wisata. KLHK melaksanakan arahan Presiden Jokowi dan Menteri LHK tentang Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19).

"Hingga hari ini, Kamis, 19 Maret 2020, sebanyak 56 kawasan konservasi, terdiri dari 26 Taman Nasional/TN, 27 Taman Wisata Alam/TWA dan 3 Suaka Margasatwa/SM, telah ditutup untuk kunjungan wisata, baik domestik maupun manca negara," ujar Direktur Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE), Wiratno, dalam siaran pers.

Jumlah ini diprediksi akan bertambah sesuai dengan kondisi ke depan.

"Kami sesuaikan dengan dinamika yang terjadi, yang direspon oleh kebijakan pemerintah pusat maupun pemerintah daerah setempat," ujar Wiratno.