Senin, 21 Juni 2021

Keren! Perempuan Indonesia Ini Bikin Aplikasi yang Pikat Apple

 Kesulitan berkomunikasi dengan teman tuli mengilhami Aisyah Widya Nur Shadrina dan enam orang temannya di Apple Developer Academy membuat aplikasi bernama Hearo. Dan berangkat dari sana pula, dia akan fokus mengikuti sesi terkait di ajang Worldwide Developer Conference (WWDC) yang berlangsung Juni mendatang.

Kepada detikINET Aisyah menceritakan bagaimana Hearo dikembangkan. Semua bermula pada tugas akhir Apple Developer Academy.

https://kamumovie28.com/movies/girls-the-hall/


Banyak ide yang telah dikumpulkan Aisyah dan rekan-rekan satu kelompoknya, namun setelah melakukan riset akhirnya diputuskan membuat aplikasi yang membantu komunikasi dengan teman tuli.


"Kami sempat ke Kopi Sunyi di Fatmawati, di sana banyak teman tuli main ke sana. Kami mewawancarai salah satunya, ternyata sulit banget berkomunikasi dengan teman tulis, sebab dalam tim tidak ada yang bisa bahasa isyarat. Jadi ngobrolnya lewat ketikan di laptop, ini makan waktu banget," ujarnya.


Karena kejadian itu Aisyah dan teman satu tim memikirkan bagaimana caranya untuk membantu tema tuli sekaligus memudahkan mereka sendiri untuk berkomunikasi dengan orang yang tuna rungu. Dari sanalah kemudian lahir Hearo.


"Asal katanya dari hear atau mendengar. Terus kepikiran nama Hearo," kata perempuan kelahiran Jakarta ini.


Hanya dalam waktu tiga bulan aplikasi Hearo rampung digarap. Ada dua fitur yang dimiliki aplikasi ini.


Pertama Mendengar, fitur ini untuk mentranskrip suara menjadi tulisan. Kedua Mengobrol, fitur ini membantu menerjemahkan bahasa isyarat menjadi suara atau tulisan.


Aisyah mengatakan kalau aplikasi ini masih terus dikembangkan karena kemampuannya masih terbatas dalam menerjemahkan bahasa isyarat. Saat ini, Hearo masih menggunakan object detection yang kurang maksimal mendeteksi bahasa isyarat dengan gerakan.


"Bahasa isyarat di Indonesia menggunakan Pusbisindo kebanyakan (hurufnya) ada gerakan. Jadi belum terlalu akurat karena object detection cuma satu gambar saja," jelas alumnus Binus University Alam Sutera ini.


Rencananya aplikasi ini akan ditingkatkan kemampuannya dengan menambahkan Vision Framework yang dirilis di WWDC 2020. Hanya saja karena tim Hearo masih sibuk dengan pekerjaan full time mereka sehingga penggarapannya butuh waktu yang lebih lama.


"Ditambah lagi pandemi, mau user testing agak sulit karena kan harus ketemu langsung atau mendatangi event teman tuli," terang Aisyah.


WWDC 2021

Berkat Hearo, Aisyah beserta dua rekan perempuan satu timnya diundang untuk mengikuti Apple Entrepreneur Camp 2020. Acaranya ini sedianya digelar Maret 2020 di Apple Park, Cupertino, AS, lantaran pandemi akhirnya diselenggarakan secara virtual pada Oktober silam.


Kata Aisyah, Apple Entrepreneur Camp mirip Apple Developer Academy, hanya saja durasinya lebih singat lagi, hanya dua minggu. Hanya saja mereka menerima panduan code-level dari para ahli dan engineer Apple langsung.


"Serunya dari Apple E-Camp ini, ada banyak eksekutif Apple yang sharing ilmu, misalnya bagaimana cara membuat demo yang baik. Kami juga sempat pitching di hadapan mereka. Seru banget!" cerita perempuan berusia 23 tahun ini.


Juni nanti Aisyah akan mengikuti acara tahunan WWDC 2021. Jauh-jauh hari dia sudah mengincar sesi-sesi apa saja yang ingin diikuti, kebanyakan terkait teknologi untuk disabilitas.


"Tahun lalu kan ada Vision Framework, kami memang ingin mengeksplorasi ini dulu sih. Tapi excited aja kalau Apple mengeluarkan tools baru untuk mempermudah kami membuat aplikasi untuk teman-teman yang disabilitas," kata Aisyah.


DetikINET sempat menanyakan pada sulung dari dua saudara ini kenapa dirinya begitu fokus pada teknologi untuk para disabilitas.


"Selain karena masih mengembangi Hearo, aku ngerasa susahnya sih berinteraksi dengan teman tuli, apa lagi mereka. Makanya pengen bagaimana cara mempermudah atau menghancurkan penghalang kita dan teman-teman disabilitas," jawabnya.

https://kamumovie28.com/movies/angels-demons/

Karyawan Yahudi Google Malah Dukung Palestina

 Sekelompok pegawai Yahudi Google berpihak kepada Palestina. Mereka meminta Google meningkatkan dukungannya pada warga Palestina di tengah gempuran Israel yang telah memakan banyak korban warga sipil.

Dikutip detikINET dari The Verge, dalam surat internal untuk CEO Google dan Alphabet Sundar Pichai, pegawai Yahudi itu mengutuk serangan Israel yang disebut sebagai kerusakan pada Palestina oleh kekerasan militer Israel.


Surat itu telah ditandangani oleh 250 karyawan. Rupanya di kalangan internal Google, ada yang malah menentang Israel dan tidak nasionalis.


Wadah resmi pegawai Yahudi di Google disebut membatasi kebebasan ekspresi untuk membela pandangan anti zionis. Maka, organisasi baru mereka yang disebut Jewish Diaspora in Tech menuntut agar dibuka kebebasan berekspresi.


"Google adalah mesin cari terbesar dunia dan represi apapun terhadap kemerdekaan berekspresi yang muncul di dalam perusahaan adalah sebuah bahaya tidak hanya bagi pegawai Google secara internal tapi orang di seluruh dunia," kata mereka.


Mereka meminta Google memutus hubungan bisnis yang mendukung pelanggaran Israel terhadap hak asasi warga Palestina, termasuk Israeli Defence Forces.


"Warga Palestina sangat terdampak oleh kekerasan kolonial militer yang muncul di wilayahnya," sebut mereka dalam surat tersebut yang dikutip detikINET dari The Verge.


"Kami meminta Google untuk memberi dana para organisasi yang membela hak Palestina dan memastikan dukungan kemanusiaan untuk Israel sebanding dengan Palestina," tambah mereka.


"Banyak aksi Israel melanggar prinsip HAM PBB, yang dipegang oleh Google. Kami meminta review terhadap kontrak bisnis Alphabet dan pemutusan kontrak dengan institusi yang melanggar hak Palestina, seperti IDF," pungkasnya.

https://kamumovie28.com/movies/las-alimanas/


Keren! Perempuan Indonesia Ini Bikin Aplikasi yang Pikat Apple


Kesulitan berkomunikasi dengan teman tuli mengilhami Aisyah Widya Nur Shadrina dan enam orang temannya di Apple Developer Academy membuat aplikasi bernama Hearo. Dan berangkat dari sana pula, dia akan fokus mengikuti sesi terkait di ajang Worldwide Developer Conference (WWDC) yang berlangsung Juni mendatang.

Kepada detikINET Aisyah menceritakan bagaimana Hearo dikembangkan. Semua bermula pada tugas akhir Apple Developer Academy.


Banyak ide yang telah dikumpulkan Aisyah dan rekan-rekan satu kelompoknya, namun setelah melakukan riset akhirnya diputuskan membuat aplikasi yang membantu komunikasi dengan teman tuli.


"Kami sempat ke Kopi Sunyi di Fatmawati, di sana banyak teman tuli main ke sana. Kami mewawancarai salah satunya, ternyata sulit banget berkomunikasi dengan teman tulis, sebab dalam tim tidak ada yang bisa bahasa isyarat. Jadi ngobrolnya lewat ketikan di laptop, ini makan waktu banget," ujarnya.


Karena kejadian itu Aisyah dan teman satu tim memikirkan bagaimana caranya untuk membantu tema tuli sekaligus memudahkan mereka sendiri untuk berkomunikasi dengan orang yang tuna rungu. Dari sanalah kemudian lahir Hearo.


"Asal katanya dari hear atau mendengar. Terus kepikiran nama Hearo," kata perempuan kelahiran Jakarta ini.


Hanya dalam waktu tiga bulan aplikasi Hearo rampung digarap. Ada dua fitur yang dimiliki aplikasi ini.


Pertama Mendengar, fitur ini untuk mentranskrip suara menjadi tulisan. Kedua Mengobrol, fitur ini membantu menerjemahkan bahasa isyarat menjadi suara atau tulisan.

https://kamumovie28.com/movies/las-alegres-chicas-de-el-molino/