Kamis, 06 Mei 2021

Dokter Paru: GeNose Cuma Screening, Tes COVID-19 Minimal Rapid Antigen

 Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan SpP, menegaskan setiap pelaku perjalanan untuk melakukan tes Corona minimal dengan rapid antigen, bukan GeNose.

"GeNose hanya screening, bukan untuk diagnosis. Jadi saya kira GeNose negatif belum tentu bukan COVID-19 ya. Jadi kalau saran saya minimal pemeriksaan rapid antigen." kata dr Erlina dalam konferensi pers PDPI, Rabu (4/5/2021).


Apabila pelaku perjalanan memiliki gejala Corona, dr Erlina menyarankan boleh tes PCR atau antigen tapi lebih baik dengan PCR.


"Mesin PCR kita sudah banyak, rapid antigen juga sudah banyak," tutur dr Erlina


Di kesempatan tersebut, dr Erlina juga menyinggung soal larangan mudik yang diberlakukan pemerintah. Ia menilai larangan mudik yang berlaku mulai hari ini tidak efektif menekan mobilitas penduduk.


Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya pemudik yang lolos dan banyak masyarakat yang kreatif mencari celah mudik sebelum aturan diberlakukan. Untuk itu PDPI menyarankan mereka yang nekat mudik ke kampung halaman diberlakukan masa karantina selama 14 hari


"Idealnya sih kalau dari PDPI kita maunya seperti itu (14 hari), silakan pemerintah, dan tetap kita sampaikan informasi kepada masyarakat hal yang sebenarnya supaya masyarakat juga sadar," pungkasnya.


Krisis COVID-19 di India, Ortu Tega Buang Bayinya yang Positif Corona


Dalam insiden yang mengejutkan, seorang bayi berusia dua bulan yang dinyatakan positif COVID-19 dan meninggal di sebuah rumah sakit di Jammu, India, pada hari Minggu (2/5/2021) dibuang oleh orang tuanya.

Dilaporkan India Today, orang tua menolak untuk mengambil jenazah dan melarikan diri segera setelah kematian bayi. Bayi itu dirawat di Rumah Sakit Shri Maharaja Gulab Singh.


"Bayi itu memiliki masalah jantung bawaan dan meninggal setelah dinyatakan positif COVID-19. Orang tuanya lari segera setelah itu. Mereka meninggalkan rumah sakit tanpa membawa jenazah bayinya," kata seorang petugas di rumah sakit tersebut.


Staf rumah sakit mengatakan mereka telah mencoba yang terbaik untuk membujuk orang tua mengambil jenazah bayinya. Namun, mereka tidak berhasil.


Petugas rumah sakit mencoba untuk menghubungi orang tua tetapi sejauh ini mereka tidak merespons.


Jenazah bayi tersebut untuk sementara disimpan di kamar mayat rumah sakit. Jika orang tua tidak dapat dihubungi atau ditemukan, upacara terakhir bayi akan dilakukan sesuai dengan protokol COVID-19.

https://kamumovie28.com/movies/the-wandering-earth-special-edition-beyond-2020/


Benjamin Button Versi Indonesia, Pria Ini Mirip Lansia di Usia 20 Tahun


Pernahkan menonton film yang diperankan Brad Pitt berjudul The Curious Case of Benjamin Button? Ternyata kisah serupa bisa ditemukan di dunia nyata.

Film yang masuk nominasi Oscar 2009 tersebut menceritakan tentang anak yang terlahir dengan sindrom Cutis Laxa, yang membuatnya terlihat tua lengkap dengan kulitnya yang keriput.


Di Indonesia, terdapat kasus Cutis Laxa yang dialami oleh seorang pria bernama Dafon. Karena mengidap sindrom langka ini, pria yang baru 20 tahun tersebut terlihat seperti berusia 70 tahun.


Lewat akun Youtube artis dan influencer Gritte Agatha, Dafon menceritakan kisah hidupnya yang mirip tokoh Benjamin pada film The Curious Case of Benjamin Button.


Berawal dari Dafon yang memiliki berat badan saat lahir cukup besar, orang tua Dafon akhirnya tahu sang putra mengidap kondisi langka ini.


"Waktu saya lahir, bobot saya besar 4 kg. Kata ibu saya, awalnya terlihat normal, lalu setelah 6 bulan itu bolak-balik ke rumah sakit karena badan bobot saya berlebih tidak seperti bayi biasanya," kata Dafon, dikutip dari YouTube Gritte Agatha, Senin (3/5/21).


Melihat kondisinya tersebut, Dafon dibawa ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Setelah membawa sang anak ke spesialis, Dafon didiagnosis Cutis Laxa karena dokter melihat perubahan tidak wajar di wajahnya.


"Orang tua khawatir dengan kondisi seperti itu. Setelah itu salah satu dokter yang ditemui orang tua melihat ada keanehan di wajah saya, saya disuruh ke dokter mata dan disuruh lagi ke dokter spesialis mata, kulit, dan saraf. Nah dari situ ketemu saya itu mengidap Cutis Laxa," ujarnya.


Usai didiagnosis penyakit tersebut, dokter mengatakan bahwa harapan hidupnya tidaklah panjang. Selain memiliki kondisi langka tersebut, Dafon juga mengidap penyakit asma.


"Waktu kecil saya sering sakit asma, lalu ketemu salah satu dokter nyebut, 'dengan sindrom seperti ini saya rasa umurnya tidak akan panjang'," ungkapnya.


Namun, Dafon membuktikan bahwa anggapan dokter itu tidak tepat. Hingga kini Dafon berhasil menjalani hidupnya tanpa adanya keluhan berarti terkait kondisinya ini.


Bagaimana reaksi keluarga dan teman terkait kondisi tersebut?


KLIK DI SINI UNTUK KE HALAMAN 

https://kamumovie28.com/movies/a-street-cat-named-bob/


3 Varian Corona Baru Sudah Masuk RI, Ini Sebaran Kasusnya

 Kementerian Kesehatan mencatat ada 3 jenis varian virus Corona baru yang sudah masuk ke Indonesia. Varian Corona tersebut adalah B117 dari Inggris, B1351 dari Afsel, dan B1617 dari India.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi menyebut salah satu faktor terjadinya lonjakan kasus di beberapa negara adalah hadirnya varian baru COVID-19.


Salah satu jenis varian Corona yang jadi perhatian adalah B117 dari Inggris. Nadia mengatakan varian B.117 ini diketahui memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi sekitar 36 sampai 75 persen dibandingkan dengan jenis virus yang beredar sebelumnya.


"Jadi dengan surveilans kita mewaspadai penambahan kasus B. 117 dan B.1351, serta B. 1617 yang sudah masuk ke Indonesia. Hasil akhir ini sudah kita dapatkan dari hasil pemeriksaan per tanggal 30 April," ucap Nadia.


Berikut daftar 3 varian Corona baru yang terdeteksi di Indonesia dan sebarannya:


B1617

Kepulauan Riau: 1 kasus


DKI Jakarta: 1 kasus


B117

Sumatera Utara: 2 kasus


Sumatera Selatan: 1 kasus


Banten: 1 kasus


Jawa Barat: 5 kasus


Jawa Timur: 1 kasus


Bali: 1 kasus


Kalimantan Timur: 1 kasus


B1351

Bali: 1 kasus


Nadia mengimbau kepada masyarakat untuk mengurangi mobilitas untuk mencegah penularan varian Corona meluas. Situasi yang ada di Indonesia mengharuskan masyarakat untuk mematuhi betul apa yang sudah dianjurkan atau dilarang oleh pemerintah.


"Tidak ada yang menjamin bahwa dengan membawa hasil pemeriksaan laboratorium yang negatif selama dalam perjalanan ataupun selama dalam proses kita menuju kampung halaman misalnya, kita tidak terpapar COVID-19," tutur Nadia.

https://kamumovie28.com/movies/mr-vampire/


Dokter Paru: GeNose Cuma Screening, Tes COVID-19 Minimal Rapid Antigen


 Ketua Pokja Infeksi Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) dr Erlina Burhan SpP, menegaskan setiap pelaku perjalanan untuk melakukan tes Corona minimal dengan rapid antigen, bukan GeNose.

"GeNose hanya screening, bukan untuk diagnosis. Jadi saya kira GeNose negatif belum tentu bukan COVID-19 ya. Jadi kalau saran saya minimal pemeriksaan rapid antigen." kata dr Erlina dalam konferensi pers PDPI, Rabu (4/5/2021).


Apabila pelaku perjalanan memiliki gejala Corona, dr Erlina menyarankan boleh tes PCR atau antigen tapi lebih baik dengan PCR.


"Mesin PCR kita sudah banyak, rapid antigen juga sudah banyak," tutur dr Erlina


Di kesempatan tersebut, dr Erlina juga menyinggung soal larangan mudik yang diberlakukan pemerintah. Ia menilai larangan mudik yang berlaku mulai hari ini tidak efektif menekan mobilitas penduduk.


Hal ini bisa dibuktikan dengan banyaknya pemudik yang lolos dan banyak masyarakat yang kreatif mencari celah mudik sebelum aturan diberlakukan. Untuk itu PDPI menyarankan mereka yang nekat mudik ke kampung halaman diberlakukan masa karantina selama 14 hari


"Idealnya sih kalau dari PDPI kita maunya seperti itu (14 hari), silakan pemerintah, dan tetap kita sampaikan informasi kepada masyarakat hal yang sebenarnya supaya masyarakat juga sadar," pungkasnya.

https://kamumovie28.com/movies/orgasm-lecture/