Jumat, 02 April 2021

Risiko Diabetes di Usia Muda, Yuk Mulai Pola Hidup Sehat Sedari Dini!

 Selama ini, diabetes identik dengan penyakit kalangan orang lanjut usia. Hal ini karena diabetes, khususnya diabetes tipe 2 lebih banyak diderita oleh orang tua.

Namun, jangan salah, karena kini diabetes tipe 2 juga banyak ditemukan pada orang berusia muda. Hal ini disebabkan oleh perubahan pola hidup yang semakin tidak sehat. Peningkatan kasus diabetes di usia muda ini juga ternyata terjadi di Indonesia.


Sayangnya, tidak banyak anak muda di Indonesia yang sadar akan bahaya dan ancaman diabetes ini. Hasil survei terhadap 129 responden berusia 20-34 tahun di Indonesia menunjukkan hanya 16,3 persen responden yang percaya bahwa dirinya berisiko tinggi terhadap diabetes. Kondisi ini jelas mengkhawatirkan. Sebab berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh The Lancet Diabetes & Endocrinology, 1 dari 5 diabetesi di Asia ternyata didiagnosis terkena diabetes pada usia di bawah 40 tahun.


Di samping itu, kasus diabetes di usia muda sangat mengkhawatirkan karena berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan serius dan kondisi sindrom metabolik lainnya. Sebuah jurnal yang diterbitkan National Center for Biotechnology Information (NCBI) menyebut diabetesi di usia muda cenderung mengalami tingkat perbaikan kadar gula darah yang lebih rendah, dan lebih berisiko membutuhkan perawatan insulin.


Selain itu, berdasarkan data-data yang dilaporkan pada jurnal Diabetes Management juga menunjukkan kaum muda yang menderita diabetes cenderung lebih agresif dan memiliki risiko komplikasi yang lebih besar.


Komplikasi diabetes ini umumnya terjadi lebih awal, termasuk kerusakan ginjal dan penyakit jantung, yang kemudian dapat meningkatkan risiko kematian dini. Tidak hanya itu saja, merujuk pada hasil riset The Lancet Diabetes & Endocrinology, diagnosis diabetes di usia 20 hingga 40 tahun disebut berkaitan dengan usia harapan hidup yang lebih pendek. Bahkan, mencapai 14 sampai 16 tahun lebih rendah.


Oleh karena itu, kita disarankan untuk mulai beralih ke pola hidup sehat guna menekan risiko diabetes. Jaga berat badan dalam kisaran normal. Tidak lupa untuk rajin berolahraga serta membatasi asupan gula dan lemak harian.


Salah satu cara menjaga asupan gula yaitu dengan memilih camilan bebas gula dan rendah kalori, seperti Tropicana Slim Korean Garlic Cookies. Kukis ini memiliki rasa gurih yang nikmat dengan kandungan kalori per sajian 100 kkal. Dengan Tropicana Slim Korean Garlic Cookies, kamu bisa ngemil tanpa khawatir!

https://tendabiru21.net/movies/mortal-kombat/


Bolehkah Berolahraga Habis Vaksinasi COVID-19? Ini Kata Ahli


Di tengah maraknya program vaksinasi COVID-19, mungkin ada orang yang berpikir ingin lebih baik menjaga kebugaran tubuhnya dengan berolahraga. Hal ini kemudian menimbulkan pertanyaan, bolehkah kita olahraga usai mendapat suntikan vaksin COVID-19?

Ahli penyakit infeksius dr David Wyles dari Denver Health menjelaskan vaksin memang bisa menimbulkan efek samping, namun secara umum bersifat ringan. Efek samping bisa sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari sehingga seharusnya tidak terlalu menjadi halangan bagi seseorang untuk beraktivitas seperti biasa.


"Saya pikir tidak ada hal yang berbahaya bila ingin olahraga usai mendapat vaksin," kata dr David seperti dikutip dari Health, Kamis (1/4/2021).


Bila memang seseorang mengalami efek samping, maka disarankan memilih olahraga santai. Sebagai contoh, bila lengan terasa nyeri tapi seluruh tubuh tidak ada masalah, mungkin olahraga yang dilakukan bisa fokus pada otot inti atau otot kaki.


Contoh lainnya bila timbul efek samping lemas usai vaksinasi, pilih olahraga yang tidak terlalu menuntut fisik, seperti jalan kaki.


"Tidak ada larangan berolahraga usai mendapat vaksin. Selama kamu masih bisa menoleransi efek samping yang dirasakan," komentar ahli penyakit infeksius lainnya, dr Aditya Shah, dari Mayo Clinic.

https://tendabiru21.net/movies/the-raid/

Rhabdomyolysis, Kondisi yang Mengancam Ginjal Saat Olahraga Berlebihan

 Olahraga yang terlalu berlebihan juga bisa mengancam kesehatan tubuh. Seseorang tetap perlu mengenali batasan kemampuan fisiknya saat berolahraga untuk menghindari cedera.

Seorang wanita mengalami efek samping yang cukup buruk karena terlalu keras berolahraga. Atrina Lau yang saat itu sedang spinning atau olahraga dengan sepeda statis mengalami gejala yang cukup aneh saat selesai latihan.


Setelah menyelesaikan kelasnya, kakinya terasa lemas dan tak bisa berjalan dengan baik. Dilaporkan World of Buzz, awalnya ia mengira keluhan itu hanya berlangsung singkat yang sayangnya tak kunjung reda setelah 3 hari.


"Saya menyadari setelah beberapa hari, urin saya berubah warna menjadi coklat dan nyeri otot saya menjadi semakin tak tertahankan," kata Atrina.


Di rumah sakit, Atrina didiagnosis mengalami rhabdomyolysis. Kondisi yang bisa disebabkan oleh olahraga berlebihan ini disebut-sebut cukup serius dan bisa memicu gagal ginjal atau bahkan kematian.


Dikutip dari laman WebMD, rhabdomyolysis adalah sindrom serius akibat cedera otot langsung atau tidak langsung yang terjadi karena rusaknya serat-serat otot akibat kelelahan.


Serat-serat otot tersebut menghancurkan diri, dan pecahannya masuk ke pembuluh darah lalu mengendap di ginjal. Hal ini dapat menyebabkan komplikasi serius seperti gagal ginjal karena organ tersebut tidak dapat mengeluarkan urin dan limbah lainnya.


Pasien umumnya pulih ketika mereka mendapatkan perawatan yang tepat, tetapi kondisi tersebut dapat menyebabkan kematian dalam kasus yang jarang terjadi.


Untuk itu sangat penting untuk mengenali batas fisik, dan tidak memaksakan diri jika intensitas olahraga sudah berlebihan.

https://tendabiru21.net/movies/earth-and-blood/


Risiko Diabetes di Usia Muda, Yuk Mulai Pola Hidup Sehat Sedari Dini!


Selama ini, diabetes identik dengan penyakit kalangan orang lanjut usia. Hal ini karena diabetes, khususnya diabetes tipe 2 lebih banyak diderita oleh orang tua.

Namun, jangan salah, karena kini diabetes tipe 2 juga banyak ditemukan pada orang berusia muda. Hal ini disebabkan oleh perubahan pola hidup yang semakin tidak sehat. Peningkatan kasus diabetes di usia muda ini juga ternyata terjadi di Indonesia.


Sayangnya, tidak banyak anak muda di Indonesia yang sadar akan bahaya dan ancaman diabetes ini. Hasil survei terhadap 129 responden berusia 20-34 tahun di Indonesia menunjukkan hanya 16,3 persen responden yang percaya bahwa dirinya berisiko tinggi terhadap diabetes. Kondisi ini jelas mengkhawatirkan. Sebab berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh The Lancet Diabetes & Endocrinology, 1 dari 5 diabetesi di Asia ternyata didiagnosis terkena diabetes pada usia di bawah 40 tahun.


Di samping itu, kasus diabetes di usia muda sangat mengkhawatirkan karena berkaitan erat dengan berbagai masalah kesehatan serius dan kondisi sindrom metabolik lainnya. Sebuah jurnal yang diterbitkan National Center for Biotechnology Information (NCBI) menyebut diabetesi di usia muda cenderung mengalami tingkat perbaikan kadar gula darah yang lebih rendah, dan lebih berisiko membutuhkan perawatan insulin.


Selain itu, berdasarkan data-data yang dilaporkan pada jurnal Diabetes Management juga menunjukkan kaum muda yang menderita diabetes cenderung lebih agresif dan memiliki risiko komplikasi yang lebih besar.


Komplikasi diabetes ini umumnya terjadi lebih awal, termasuk kerusakan ginjal dan penyakit jantung, yang kemudian dapat meningkatkan risiko kematian dini. Tidak hanya itu saja, merujuk pada hasil riset The Lancet Diabetes & Endocrinology, diagnosis diabetes di usia 20 hingga 40 tahun disebut berkaitan dengan usia harapan hidup yang lebih pendek. Bahkan, mencapai 14 sampai 16 tahun lebih rendah.


Oleh karena itu, kita disarankan untuk mulai beralih ke pola hidup sehat guna menekan risiko diabetes. Jaga berat badan dalam kisaran normal. Tidak lupa untuk rajin berolahraga serta membatasi asupan gula dan lemak harian.

https://tendabiru21.net/movies/skyfall/