Senin, 22 Maret 2021

Beredar Kabar Vaksin Nusantara dr Terawan Mau Setop, Ini Kata BPOM

 Kelanjutan riset vaksin Nusantara, vaksin Corona berbasis sel dendritik yang digagas dr Terawan Agus Putranto, masih terganjal restu Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Belakangan beredar kabar, riset ini akan dihentikan.

Kabar ini bermula dari viralnya kutipan surat dari Direktur Utama RS Dr Kariadi Semarang, yang menjadi site research vaksin Nusantara, kepada Menteri Kesehatan. Surat tersebut berisi permohonan izin menghentikan sementara penelitian karena ada kelengkapan yang harus dipenuhi.


Penggalan surat tersebut diunggah juga oleh pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono, di media sosial.


Kepala BPOM Penny K Lukito saat ditemui di Jakarta, Senin (22/3/2021) menegaskan bahwa riset obat maupun vaksin harus memenuhi standar-standar yang berlaku. Tidak terkecuali pada riset vaksin Nusantara.


"Uji klinis kan melibatkan manusia. Jadi ada aspek etika di mana kita tidak boleh mencelakai, bahkan menyakiti atau membuat kematian. Sangat ketat," kata Penny.


Penny menegaskan, evaluasi oleh BPOM melibatkan banyak ahli dari berbagai profesi, termasuk dari epidemiologi dan farmasi klinis. Bentuk pendampingan yang dilakukan mencakup audit hingga review uji klinis.


"Badan POM tidak pernah menghentikan (riset vaksin Nusantara)," tegas Penny.

https://nonton08.com/movies/dream-flight/


Di Tengah Kontroversi Fatwa MUI, BPOM Tegaskan Keamanan Vaksin AstraZeneca


Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) kembali menegaskan keamanan vaksin Corona AstraZeneca. Vaksin asal Inggris yang dibuat di Korea Selatan ini sempat diterpa isu miring soal keamanan.

Saat ini, vaksin AstraZeneca telah dinyatakan aman dan bisa segera digunakan oleh BPOM. Sebelumnya, vaksin Corona ini sempat ditahan rekomendasi penggunaannya selama proses kajian terkait beberapa kasus pembekuan darah di Eropa.


Kepala BPOM Penny Kusumastuti Lukito menyebut, pemeriksaan keamanan vaksin AstraZeneca sudah selesai. Kini vaksin tersebut sudah bisa digunakan.


"Sudah selesai. Kemarin sudah dirilis bahwa sudah bisa digunakan. Tentunya dengan kehati-hatian karena kemarin ada indikasi beberapa. Ada kausalnya dari vaksin AstraZeneca tersebut," ujar Penny saat ditemui di Jakarta, Senin (21/3/2021).


Ia menyebut, sikap hati-hati ini patut diberlakukan untuk penggunaan semua produk vaksin, bukan hanya AstraZeneca.


Setelah 1,1 juta dosis vaksin AstraZeneca produksi Korea Selatan dari jalur multilateral fasilitas COVAX facility tiba di RI pada Senin (8/3/2021), BPOM sempat tidak merekomendasikan penggunaannya. Sebab, vaksin ini masih menjalani kajian terkait laporan beberapa kasus pembekuan darah di Eropa.


Sebanyak 15 negara di Eropa turut menangguhkan penggunaan vaksin ini. Sebagai langkah kehati-hatian, BPOM memutuskan vaksin ini tak langsung digunakan di Indonesia melainkan dikaji lebih dulu.


Namun Penny meluruskan, vaksin AstraZeneca yang digunakan di Indonesia berbeda batch dengan yang digunakan di Eropa.

https://nonton08.com/movies/aku-atau-dia/

Kisah Ibu Vaksinasi Saat Hamil, Kini Bayinya Punya Antibodi COVID-19

 Seorang perawat di Florida, Amerika Serikat, mendapatkan dosis pertama vaksin COVID-19 saat hamil 36 minggu. Tiga pekan kemudian, sebelum menerima dosis kedua vaksin, ia melahirkan seorang bayi perempuan yang sehat.

Mengejutkan, bayi cantik tersebut dinyatakan memiliki antibodi COVID-19 berkat vaksinasi yang dilakukan ibunya.


Kisah ini didokumentasikan dalam studi pracetak oleh profesor di Florida Atlantic University, Paul Gilbert, MD, dan Chad Rudnick MD. Mereka mendeteksi adanya antibodi bayi baru lahir tersebut setelah melakukan analisis pada darah dan tali pusar.


"Kami telah menemukan bahwa antibodi SARS-CoV-2 IgG dapat dideteksi dalam sampel darah tali pusat bayi baru lahir setelah hanya satu dosis vaksin Moderna COVID-19. Dengan demikian, ada potensi perlindungan dan pengurangan risiko infeksi dari Sars-CoV-2 dengan vaksinasi ibu," tulis para penulis dikutip dari Health.


Bayi perempuan, yang bulan kelahirannya tidak dituliskan dalam penelitian ini, diyakini menjadi yang pertama di AS sebagai bayi baru lahir dengan antibodi virus corona.


Mendapatkan vaksin COVID-19 selama kehamilan masih jadi diskusi besar di kalangan peneliti. Wanita hamil tidak secara aktif terlibat dalam uji klinis tahap akhir untuk vaksin COVID-19 apa pun, jadi belum ada gambaran yang jelas tentang keamanan dan kemanjurannya.


Perlu lebih banyak penelitian untuk mengetahui seberapa besar tingkat efektivitas vaksin pada wanita hamil. Studi ini disebut bisa memberi gambaran tentang ibu hamil dan vaksin COVID-19.


Studi lain yang dilakukan oleh Rumah Sakit Umum Massachusetts yang melibatkan 131 respnden wanita (84 hamil, 31 menyusui, dan 16 tidak hamil) yang menerima vaksin Pfizer atau Moderna menemukan ibu hamil dan menyusui memiliki respons imun yang sama dengan wanita yang tidak sedang hamil. Antibodi juga terdeteksi pada plasenta dan ASI dari setiap sampel yang diambil.


Studi pra-cetak lain dari Hadassah Medical Center di Israel menemukan pasokan antibodi COVID-19 yang kuat pada 40 bayi baru lahir yang ibunya telah menerima kedua dosis vaksin Pfizer.

https://nonton08.com/movies/um-dia-qualquer/


Beredar Kabar Vaksin Nusantara dr Terawan Mau Setop, Ini Kata BPOM


Kelanjutan riset vaksin Nusantara, vaksin Corona berbasis sel dendritik yang digagas dr Terawan Agus Putranto, masih terganjal restu Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Belakangan beredar kabar, riset ini akan dihentikan.

Kabar ini bermula dari viralnya kutipan surat dari Direktur Utama RS Dr Kariadi Semarang, yang menjadi site research vaksin Nusantara, kepada Menteri Kesehatan. Surat tersebut berisi permohonan izin menghentikan sementara penelitian karena ada kelengkapan yang harus dipenuhi.


Penggalan surat tersebut diunggah juga oleh pakar epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono, di media sosial.


Kepala BPOM Penny K Lukito saat ditemui di Jakarta, Senin (22/3/2021) menegaskan bahwa riset obat maupun vaksin harus memenuhi standar-standar yang berlaku. Tidak terkecuali pada riset vaksin Nusantara.


"Uji klinis kan melibatkan manusia. Jadi ada aspek etika di mana kita tidak boleh mencelakai, bahkan menyakiti atau membuat kematian. Sangat ketat," kata Penny.


Penny menegaskan, evaluasi oleh BPOM melibatkan banyak ahli dari berbagai profesi, termasuk dari epidemiologi dan farmasi klinis. Bentuk pendampingan yang dilakukan mencakup audit hingga review uji klinis.


"Badan POM tidak pernah menghentikan (riset vaksin Nusantara)," tegas Penny.

https://nonton08.com/movies/dia-of-the-dead/