Senin, 01 Maret 2021

Meninggal Bersama Saat Isoman COVID-19, Kisah Pasangan Ini Bikin Haru

  Kejadian tragis menimpa gadis berusia 11 tahun. Ia menemukan ayah dan ibunya meninggal saat menjalani isolasi mandiri bersama di ruang bawah tanah.

Keduanya ditemukan meninggal dalam kondisi berbaring di tempat tidur, beberapa hari setelah menjalani karantina. Adalah Erika dan Scott Grennman, mereka yang berusia 40 tahun terpaksa menghindari sang putri, anak satu-satunya.


Namun, beberapa teman keluarga mereka mengklaim sang ibu dari anak tersebut sebenarnya sudah dibawa ke rumah sakit sebelum meninggal mengalami gejala COVID-19, ia disebut kembali pulang untuk isolasi mandiri di rumah dan ternyata suaminya juga positif Corona.


Kepolisian setempat mengonfirmasi kasus meninggalnya pasangan tersebut di 18 Februari lalu. Pihak keluarga membagikan kisah ini dalam postingan Facebook, mengungkapkan rasa dukanya dan memohon doa.


"Tolong doakan keluarga saya. Kami kehilangan adik perempuan saya dan suaminya hari ini. Hari yang menyedihkan," pinta Anna Nance Bulliner, saudara sang ibu, dikutip dari Daily Star.


Meski belum dijelaskan gejala COVID-19 yang dialami pasangan tersebut, kepergian pasangan ini menjadi sorotan warga setempat karena meninggalkan anak semata wayangnya.


"Dia dinyatakan positif tetapi mereka mengirimnya pulang dan kemudian suaminya di rumah dengan hasil tes positif COVID, jadi mereka berdua dikarantina," kata Duy.


"Kehilangan kedua orang tua pada satu waktu yang Anda tahu untuk anak berusia 11 tahun, sungguh tragis," kata seorang warga setempat.


Beberapa waktu lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempat menyarankan setiap pasien COVID-19 yang isolasi mandiri, perlu menyediakan pulse oximeter untuk terus memantau kondisi. Hal ini disebut WHO bisa menunjukkan apakah seseorang bisa dirawat di rumah atau perlu perawatan RS.

https://cinemamovie28.com/movies/insanity-max-30-max-out-15/


Catat, Ini Gejala COVID-19 yang Sering Muncul pada Pasien Anak dan Remaja


Umumnya, gejala COVID-19 yang sering muncul seperti demam, batuk, dan juga kehilangan kemampuan indra penciuman dan perasa. Namun, sebuah penelitian baru menunjukkan usia juga bisa menentukan gejala Corona apa saja yang akan muncul.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan para ahli di Imperial College London, ada beberapa gejala pada anak muda yang tidak dialami para pasien COVID-19 dewasa. Studi itu juga menyebutkan, pada anak usia 5-17 tahun sangat kecil kemungkinannya mengalami tiga gejala umum COVID-19 tersebut.


Pada usia tersebut kemungkinan besar mengalami sakit kepala pasca terinfeksi virus Corona. Data ini diperoleh setelah menganalisis sebanyak 198 anak yang positif COVID-19.


Untuk mengetahuinya, para peneliti menganalisis data lebih dari satu juta sampel pasien antara bulan Juni 2020 hingga Januari 2021. Hasilnya, terungkap bahwa sebanyak 52 persen anak usia sekolah yang terinfeksi umumnya tidak menunjukkan gejala seperti orang dewasa.


Dikutip dari The Sun, berikut beberapa gejala COVID-19 yang sering muncul, yaitu:


Kelelahan: 55 persen

Sakit kepala: 53 persen

Demam: 49 persen

Sakit tenggorokan: 38 persen

Kehilangan selera makan: 35 persen

Selain itu, ditemukan juga bahwa sebanyak 15 persen anak yang terinfeksi COVID-19 juga mengalami ruam pada kulit yang tidak biasa.

https://cinemamovie28.com/movies/the-insanity/

Saling Meminjam Earphone, Amankah? Ini Kata Dokter THT

 Bahaya pemakaian earphone dan headset makin banyak dikhawatirkan seiring makin populernya aktivitas teleconference. Terkadang ketika harus mengikuti banyak meeting virtual, seseorang bisa menggunakan earphone hingga sepanjang hari.

Sementara jika tidak dilakukan dengan hati-hati, penggunaan earphone dan headset justru dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan telinga. Selain penggunaan earphone berlebihan, ternyata saling meminjam earphone juga bisa berbahaya, lho.


Menurut dr Eka Putra Setiawan, Sp THT-KL (K) dari RSUP Sanglah Denpasar, hal ini tidak disarankan lantaran setiap orang memiliki kesehatan telinga yang berbeda-beda, sehingga bakteri dan virus bisa saja menular melalui peminjaman earphone.


"Kesehatan telinga setiap orang kan berbeda-beda, ya, jadi otomatis bakteri atau bahkan virus itu bisa ditularkan," ujar dokter Eka, Senin (1/3/2021).


Lebih lanjut, ia juga mengatakan bahwa penyakit tertentu bisa menular jika seseorang saling meminjam earphone dan headset. Oleh sebab itu, jika ingin meminjamkan earphone kepada orang lain, harus diperhatikan siapa orang yang meminjam earphone tersebut.


"Ada penyakit yang cukup mengkhawatirkan ini, HIV itu berbahaya sekali, atau hepatitis, ya, itu bisa ditular secara sentuhan melalui pertukaran earphone. Itu hati-hati, ya. Hati-hati juga melihat siapa yang diajak bertukar (earphone), lihat riwayatnya, apakah ada penyakit yang berisiko, berbahaya," jelasnya.


Sebagai catatan, Center of Disease Control and Prevention (CDC) utamanya ditularkan melalui kontak cairan tubuh seperti darah, sperma, dan cairan vagina. Sentuhan kulit dan kontak keringat bukan jalur penularan HIV.


Kembali soal pinjam-meminjam earphone, dokter Eka juga mengatakan bahwa hal itu dapat menyebabkan telinga menjadi gatal.


"Pada orang-orang tertentu yang (telinganya) sensitif, dia akan menimbulkan alergi kontak, sehingga akan menimbulkan rasa gatal. Atau juga earphone-nya kurang bersih, atau yang pinjam dari temannya, saling ganti-ganti, itu yang menyebabkan gatal," pungkas dokter Eka.


Seorang pakar dari University of Arizona, Kelly Reynolds, PhD, mengatakan bahwa meminjam earphone dan headphone dengan orang lain dapat menyebabkan munculnya bakteri baru pada telinga.


"Saat kamu meminjamkan headphone, mikroflora pada telinga akan bertambah, sehingga menimbulkan munculnya bakteri baru," ujar dokter Reynolds, dikutip dari Cosmopolitan.


Menurutnya, jika bakteri baru terus bertambah melalui peminjaman earphone dan headphone, maka hal tersebut dapat menyebabkan infeksi pada telinga.

https://cinemamovie28.com/movies/insanity-5/


Meninggal Bersama Saat Isoman COVID-19, Kisah Pasangan Ini Bikin Haru


 Kejadian tragis menimpa gadis berusia 11 tahun. Ia menemukan ayah dan ibunya meninggal saat menjalani isolasi mandiri bersama di ruang bawah tanah.

Keduanya ditemukan meninggal dalam kondisi berbaring di tempat tidur, beberapa hari setelah menjalani karantina. Adalah Erika dan Scott Grennman, mereka yang berusia 40 tahun terpaksa menghindari sang putri, anak satu-satunya.


Namun, beberapa teman keluarga mereka mengklaim sang ibu dari anak tersebut sebenarnya sudah dibawa ke rumah sakit sebelum meninggal mengalami gejala COVID-19, ia disebut kembali pulang untuk isolasi mandiri di rumah dan ternyata suaminya juga positif Corona.


Kepolisian setempat mengonfirmasi kasus meninggalnya pasangan tersebut di 18 Februari lalu. Pihak keluarga membagikan kisah ini dalam postingan Facebook, mengungkapkan rasa dukanya dan memohon doa.


"Tolong doakan keluarga saya. Kami kehilangan adik perempuan saya dan suaminya hari ini. Hari yang menyedihkan," pinta Anna Nance Bulliner, saudara sang ibu, dikutip dari Daily Star.


Meski belum dijelaskan gejala COVID-19 yang dialami pasangan tersebut, kepergian pasangan ini menjadi sorotan warga setempat karena meninggalkan anak semata wayangnya.


"Dia dinyatakan positif tetapi mereka mengirimnya pulang dan kemudian suaminya di rumah dengan hasil tes positif COVID, jadi mereka berdua dikarantina," kata Duy.


"Kehilangan kedua orang tua pada satu waktu yang Anda tahu untuk anak berusia 11 tahun, sungguh tragis," kata seorang warga setempat.


Beberapa waktu lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sempat menyarankan setiap pasien COVID-19 yang isolasi mandiri, perlu menyediakan pulse oximeter untuk terus memantau kondisi. Hal ini disebut WHO bisa menunjukkan apakah seseorang bisa dirawat di rumah atau perlu perawatan RS.

https://cinemamovie28.com/movies/insanity-4/