Senin, 01 Maret 2021

Benarkah Vaksin COVID-19 Bikin Ukuran Mr P Membesar? Ini Faktanya

 Beragam informasi soal vaksin COVID-19 kerap beredar. Tak sedikit di antaranya adalah hoax, salah satu hoax yang sempat viral seperti vaksin Sinovac bisa memperbesar penis hingga 3 inci.

Kabar ini sebelumnya sekilas tampak terpercaya lantaran melampirkan 'jurnal ilmiah', sebuah kajian fiktif tentang salah satu vaksin rekombinan. Kala itu, juru bicara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Lucia Rizka Andalusia langsung membantah kabar tersebut.


"Hoax lah... mana ada jurnal ilmiah pakai bahasa seperti itu. Lagian vaksin kita kan bukan rekombinan," katanya saat dihubungi detikcom, Kamis (7/1/2021).


Di sisi lain, pakar urologi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr Agus Rizal A H Hamid, SpU menyebut tak mungkin vaksin COVID-19 bisa memperpanjang ukuran penis. Upaya untuk memanjangkan penis selama ini hanya bisa dilakukan dengan teknik operasi.


Bahkan, dr Agus menegaskan belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan penis bisa diperpanjang sampai 3 inci. Bagaimana faktanya?


"Secara mekanisme kerja seharusnya tidak ada hubungan dengan vaksin ini dengan ukuran penis, karena mekanisme kerja vaksin adalah bertujuan untuk meningkatkan daya tahan imunitas bukan untuk memperbesar salah satu organ apalagi organ reproduksi," katanya saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.


"Memang ada beberapa upaya pengembangan teknik operasi dalam memperbaiki ukuran Mr P kan tetapi teknik-teknik operasi ini hanya untuk mengatasi adanya kelainan kelainan bawaan. Dan sampai saat ini tidak ada bukti ilmiah yang bisa memperpanjang ukuran penis sampai sepanjang itu," lanjutnya.


Sejauh ini, dari beberapa vaksin COVID-19 yang sudah melakukan uji coba, tidak ada yang terbukti bisa memperbesar ukuran penis. Baik vaksin Corona Pfizer, Moderna, AstraZeneca, hingga Novavax.

https://cinemamovie28.com/movies/insanity-3/


Saling Meminjam Earphone, Amankah? Ini Kata Dokter THT


Bahaya pemakaian earphone dan headset makin banyak dikhawatirkan seiring makin populernya aktivitas teleconference. Terkadang ketika harus mengikuti banyak meeting virtual, seseorang bisa menggunakan earphone hingga sepanjang hari.

Sementara jika tidak dilakukan dengan hati-hati, penggunaan earphone dan headset justru dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan telinga. Selain penggunaan earphone berlebihan, ternyata saling meminjam earphone juga bisa berbahaya, lho.


Menurut dr Eka Putra Setiawan, Sp THT-KL (K) dari RSUP Sanglah Denpasar, hal ini tidak disarankan lantaran setiap orang memiliki kesehatan telinga yang berbeda-beda, sehingga bakteri dan virus bisa saja menular melalui peminjaman earphone.


"Kesehatan telinga setiap orang kan berbeda-beda, ya, jadi otomatis bakteri atau bahkan virus itu bisa ditularkan," ujar dokter Eka, Senin (1/3/2021).


Lebih lanjut, ia juga mengatakan bahwa penyakit tertentu bisa menular jika seseorang saling meminjam earphone dan headset. Oleh sebab itu, jika ingin meminjamkan earphone kepada orang lain, harus diperhatikan siapa orang yang meminjam earphone tersebut.


"Ada penyakit yang cukup mengkhawatirkan ini, HIV itu berbahaya sekali, atau hepatitis, ya, itu bisa ditular secara sentuhan melalui pertukaran earphone. Itu hati-hati, ya. Hati-hati juga melihat siapa yang diajak bertukar (earphone), lihat riwayatnya, apakah ada penyakit yang berisiko, berbahaya," jelasnya.


Sebagai catatan, Center of Disease Control and Prevention (CDC) utamanya ditularkan melalui kontak cairan tubuh seperti darah, sperma, dan cairan vagina. Sentuhan kulit dan kontak keringat bukan jalur penularan HIV.


Kembali soal pinjam-meminjam earphone, dokter Eka juga mengatakan bahwa hal itu dapat menyebabkan telinga menjadi gatal.


"Pada orang-orang tertentu yang (telinganya) sensitif, dia akan menimbulkan alergi kontak, sehingga akan menimbulkan rasa gatal. Atau juga earphone-nya kurang bersih, atau yang pinjam dari temannya, saling ganti-ganti, itu yang menyebabkan gatal," pungkas dokter Eka.


Seorang pakar dari University of Arizona, Kelly Reynolds, PhD, mengatakan bahwa meminjam earphone dan headphone dengan orang lain dapat menyebabkan munculnya bakteri baru pada telinga.


"Saat kamu meminjamkan headphone, mikroflora pada telinga akan bertambah, sehingga menimbulkan munculnya bakteri baru," ujar dokter Reynolds, dikutip dari Cosmopolitan.


Menurutnya, jika bakteri baru terus bertambah melalui peminjaman earphone dan headphone, maka hal tersebut dapat menyebabkan infeksi pada telinga.

https://cinemamovie28.com/movies/insanity-2/

Hanya Perlu Sekali Suntik, Vaksin CanSino 90 Persen Cegah COVID-19 Parah

 - Vaksin CanSino disebut efektif sampai 90 persen mencegah kasus infeksi COVID-19 yang parah. Hal ini diketahui dari analisis data interim uji klinis tingkat tiga yang secara umum menemukan vaksin CanSino memiliki tingkat efikasi lebih dari 65 persen.

Dikutip dari South China Morning Post, vaksin COVID-19 CanSino kini tengah dikaji untuk mendapat izin penggunaan umum oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan China (NMPA). Vaksin ini diketahui sudah digunakan di beberapa negara, seperti Meksiko dan Pakistan.


Vaksin CanSino jadi salah satu vaksin COVID-19 di dunia yang hanya perlu sekali suntik alias dosis tunggal. Vaksin dosis tunggal lainnya dikembangkan oleh Johnson & Johnson yang belakangan ini juga baru mendapat izin resmi di Amerika Serikat.


"Kami memiliki data enam bulan yang membuktikan efikasi vaksin. Orang-orang tidak perlu diberi satu dosis lagi dalam enam bulan pertama setelah vaksinasi pertama," kata ahli penyakit infeksi, Chen Wei, dari Institute of Military Medicine yang turut mengembangkan vaksin CanSino seperti dilansir Global Times.


Chen menyebut vaksin CanSino juga bisa diberikan dalam dua dosis. Ia memprediksi efek perlindungan vaksin dapat diperkuat dan bertahan sampai dua tahun bila diberikan dalam dua dosis berselang enam bulan.


CanSino memiliki target memproduksi sekitar 500 juta dosis vaksin COVID-19 di tahun ini.

https://cinemamovie28.com/movies/insanity/


Benarkah Vaksin COVID-19 Bikin Ukuran Mr P Membesar? Ini Faktanya


Beragam informasi soal vaksin COVID-19 kerap beredar. Tak sedikit di antaranya adalah hoax, salah satu hoax yang sempat viral seperti vaksin Sinovac bisa memperbesar penis hingga 3 inci.

Kabar ini sebelumnya sekilas tampak terpercaya lantaran melampirkan 'jurnal ilmiah', sebuah kajian fiktif tentang salah satu vaksin rekombinan. Kala itu, juru bicara Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Lucia Rizka Andalusia langsung membantah kabar tersebut.


"Hoax lah... mana ada jurnal ilmiah pakai bahasa seperti itu. Lagian vaksin kita kan bukan rekombinan," katanya saat dihubungi detikcom, Kamis (7/1/2021).


Di sisi lain, pakar urologi dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, dr Agus Rizal A H Hamid, SpU menyebut tak mungkin vaksin COVID-19 bisa memperpanjang ukuran penis. Upaya untuk memanjangkan penis selama ini hanya bisa dilakukan dengan teknik operasi.


Bahkan, dr Agus menegaskan belum ada bukti ilmiah yang menunjukkan penis bisa diperpanjang sampai 3 inci. Bagaimana faktanya?


"Secara mekanisme kerja seharusnya tidak ada hubungan dengan vaksin ini dengan ukuran penis, karena mekanisme kerja vaksin adalah bertujuan untuk meningkatkan daya tahan imunitas bukan untuk memperbesar salah satu organ apalagi organ reproduksi," katanya saat dihubungi detikcom beberapa waktu lalu.


"Memang ada beberapa upaya pengembangan teknik operasi dalam memperbaiki ukuran Mr P kan tetapi teknik-teknik operasi ini hanya untuk mengatasi adanya kelainan kelainan bawaan. Dan sampai saat ini tidak ada bukti ilmiah yang bisa memperpanjang ukuran penis sampai sepanjang itu," lanjutnya.


Sejauh ini, dari beberapa vaksin COVID-19 yang sudah melakukan uji coba, tidak ada yang terbukti bisa memperbesar ukuran penis. Baik vaksin Corona Pfizer, Moderna, AstraZeneca, hingga Novavax.

https://cinemamovie28.com/movies/the-gift-2/