Senin, 08 Februari 2021

Disebut-sebut Potensi Pandemi Baru, Ini Jejak Virus Nipah di Indonesia

 - Virus Nipah dikhawatirkan para ahli bisa menjadi pandemi berikutnya. Selain memiliki angka kematian yang tinggi, virus Nipah sudah lebih dulu menyebar di sejumlah negara termasuk Malaysia hingga Singapura.

Potensi virus Nipah masuk ke Indonesia pun dinilai pakar cukup besar. Bahkan, Balai Besar Penelitian Veteriner (BBALitvet) di bawah Litbang Pertanian sebelumnya sudah melakukan studi terkait keberadaan virus Nipah pada babi hingga kelelawar yang dipercaya menjadi asal-muasal virus.


Dalam penelitian yang dilakukan sejak tahun 2007 hingga 2015, nyatanya ditemukan kelelawar yang memiliki antibodi virus Nipah. Peneliti melakukan uji elisa pada beberapa jenis kelelawar, berikut hasilnya.


Kelelawar pteropus vampyrus

Sumatera Utara: dari 62 sampel, 19 memiliki antibodi virus Nipah

Jawa Barat: dari 39 sampel, 7 di antaranya memiliki antibodi virus Nipah

Jawa Tengah: dari 3 sampel, 1 memiliki antibodi virus Nipah

Jawa Timur: dari 52 sampel, 10 memiliki antibodi virus Nipah

Kalimantan Barat: dari 84 sampel, 17 memiliki antibodi virus Nipah

Jumlah 240 sampel, 54 di antaranya memiliki antibodi virus Nipah.

https://indomovie28.net/movies/the-night-crew/


Kelelawar cynopterus brachyotis

Kalimantan Barat: dari 15 sampel, tak ada antibodi yang ditemukan memiliki antibodi virus Nipah

Sulawesi Utara: dari 64 sampel, ada 6 yang memiliki antibodi virus Nipah

Namun, para peneliti tak lantas meyakini jika sampel yang ditemukan benar-benar antibodi virus Nipah, melainkan virus Hendra. Pasalnya, virus Hendra diketahui memang memiliki kemiripan dengan virus Nipah.


Karenanya, dilakukan lagi uji serum netralisasi, dan ditemukan beberapa daerah memiliki antibodi virus Hendra. Tetapi tetap lebih banyak kelelawar yang mempunyai antibodi virus Nipah.


Perbandingan temuan antibodi virus Nipah dan virus Hendra di Indonesia bisa disimak di halaman berikutnya.


Temuan antibodi virus Nipah dan virus Hendra di Indonesia adalah sebagai berikut:

Sumatera:

Virus Nipah: 44,7 persen

Virus Hendra: 35,7 persen


Kalimantan Barat

Virus Nipah: 38 persen

Virus Hendra: 22,6 persen


Sulawesi

Virus Nipah: 17 persen

Virus Hendra: 25 persen


Jawa Tengah-Jawa Timur

Virus Nipah: 25 persen

Virus Hendra: 5 persen


Jawa Barat

Virus Nipah: 35,3 persen

Virus Hendra: 16,7 persen


Virus Nipah yang ditemukan mirip dengan di Malaysia

"Kita juga melakukan pengambilan sampel dari urine maupun swab saliva, dari beberapa daerah, ada 2 yang ditemukan di Kalimantan Barat, dan 3 di Sumatera Utara," jelas drh Indrawati Sendow MSc, peneliti BBLitvet, dalam Bincang Pakar Mengenai Potensi Virus Nipah di Indonesia, pada Sabtu (6/2/2021).


"Yang kita sequence itu lebih mirip ke arah virus Nipah yang berasal dari Malaysia," tambahnya.


Bagaimana dengan babi? Apakah ditemukan antibodi virus Nipah?


Meski sudah memantau gejala virus Nipah pada babi, dan melakukan tes elisa pada lebih dari 4.768 sampel serum babi, tak ada satupun yang ditemukan memiliki antibodi virus Nipah.

https://indomovie28.net/movies/the-masked-saint/

Biar Cepat Pulih, Hindari 5 Makanan Ini Saat Terinfeksi COVID-19

 Ada beberapa faktor yang mempercepat masa pemulihan saat terpapar COVID-19. Tentunya, selain obat-obatan dan vitamin yang tercukupi, pola makan juga perlu diatur.

Saat terinfeksi, pasien Corona sebaiknya disarankan memilih mana makanan yang bisa membantu mempercepat pemulihan. Catat lima makanan yang sebaiknya dihindari dulu saat terpapar COVID-19, dikutip dari Eat This.


1. Daging merah

Daging merah memang memiliki sumber protein berkualitas tinggi, tapi sebaiknya dibatasi dulu saat terinfeksi COVID-19. Pasalnya, mengonsumsi terlalu banyak daging merah malah bisa memperlambat masa pemulihan.


Hal ini dikarenakan kandungan lemak jenuh pada daging merah cukup tinggi dan bisa membuat seseorang lebih mungkin mengalami peradangan. Alih-alih mengonsumsi terlalu banyak daging merah, ahli menyarankan untuk mendapat asupan lemak nabati.


Bisa dari kacang-kacangan hingga alpukat, atau minyak zaitun.


2. Makanan pedas

Bagi pecinta makanan pedas, mungkin tak enak dan terasa hambar jika melewati rasa pedas setiap makan. Namun, jika ingin cepat pulih dari Corona, lebih baik menghentikan dulu kebiasaan makan pedas.


Makanan pedas bisa memperparah gejala COVID-19, misalnya seperti membuat tenggorokan iritasi saat kamu juga mengeluhkan gejala COVID-19 batuk.


3. Makanan yang digoreng

Menurut ahli diet Ashley Kitchens, makanan yang digoreng bisa memicu risiko penyakit jantung, diabetes, hingga obesitas. Kondisi-kondisi tersebut memicu keparahan saat terpapar COVID-19.


Selain itu, makanan yang digoreng mengandung lemak tinggi yang bisa menyebabkan sistem kekebalan tubuh terganggu saat dikonsumsi berlebihan.


"Saat digoreng, makanan menjadi lebih padat secara kalori, karena bagian luar makanan kehilangan air dan menyerap lemak (atau) minyak," jelas ahli diet Ashley Kitchens.


4. Minuman dan makanan tinggi gula

Sebuah studi menunjukkan setidaknya dua hingga enam makanan manis yang biasa dikonsumsi dalam seminggu bisa meningkatkan risiko kematian hingga 6 persen. Mengonsumsi gula berlebih bisa menekan sistem imun karena muncul peradangan.


5. Makanan kemasan

Siapa yang terbiasa mengonsumsi makanan kemasan? Makanan dalam kemasan memiliki natrium dan zat aditif tinggi lho.


Seperti misalnya keripik kentang, dan makanan kemasan lainnya. Makanan kemasan ini bisa memicu seseorang mengalami peradangan, peradangan membuat sistem kekebalan tubuh menurun.


Padahal, saat terinfeksi COVID-19, pasien diharuskan makan makanan bergizi untuk mempercepat masa pulih dari Corona.

https://indomovie28.net/movies/under-the-bed-4/


Disebut-sebut Potensi Pandemi Baru, Ini Jejak Virus Nipah di Indonesia


- Virus Nipah dikhawatirkan para ahli bisa menjadi pandemi berikutnya. Selain memiliki angka kematian yang tinggi, virus Nipah sudah lebih dulu menyebar di sejumlah negara termasuk Malaysia hingga Singapura.

Potensi virus Nipah masuk ke Indonesia pun dinilai pakar cukup besar. Bahkan, Balai Besar Penelitian Veteriner (BBALitvet) di bawah Litbang Pertanian sebelumnya sudah melakukan studi terkait keberadaan virus Nipah pada babi hingga kelelawar yang dipercaya menjadi asal-muasal virus.


Dalam penelitian yang dilakukan sejak tahun 2007 hingga 2015, nyatanya ditemukan kelelawar yang memiliki antibodi virus Nipah. Peneliti melakukan uji elisa pada beberapa jenis kelelawar, berikut hasilnya.


Kelelawar pteropus vampyrus

Sumatera Utara: dari 62 sampel, 19 memiliki antibodi virus Nipah

Jawa Barat: dari 39 sampel, 7 di antaranya memiliki antibodi virus Nipah

Jawa Tengah: dari 3 sampel, 1 memiliki antibodi virus Nipah

Jawa Timur: dari 52 sampel, 10 memiliki antibodi virus Nipah

Kalimantan Barat: dari 84 sampel, 17 memiliki antibodi virus Nipah

Jumlah 240 sampel, 54 di antaranya memiliki antibodi virus Nipah.


Kelelawar cynopterus brachyotis

Kalimantan Barat: dari 15 sampel, tak ada antibodi yang ditemukan memiliki antibodi virus Nipah

Sulawesi Utara: dari 64 sampel, ada 6 yang memiliki antibodi virus Nipah

Namun, para peneliti tak lantas meyakini jika sampel yang ditemukan benar-benar antibodi virus Nipah, melainkan virus Hendra. Pasalnya, virus Hendra diketahui memang memiliki kemiripan dengan virus Nipah.


Karenanya, dilakukan lagi uji serum netralisasi, dan ditemukan beberapa daerah memiliki antibodi virus Hendra. Tetapi tetap lebih banyak kelelawar yang mempunyai antibodi virus Nipah.


Perbandingan temuan antibodi virus Nipah dan virus Hendra di Indonesia bisa disimak di halaman berikutnya.

https://indomovie28.net/movies/oligosaccharide-the-movie/