Diyakini lebih aman dari penularan COVID-19, pemakaian masker rangkap alias dobel tengah jadi perbincangan belakangan ini. Ada plus-minus yang harus dipahami, dan tentu caranya tidak sembarangan jika ingin efektif.
Minusnya, sudah pasti tidak nyaman. Satu masker saja rasanya susah untuk bernapas, apalagi dirangkap. Kecenderungan untuk lepas-pasang akan lebih tinggi ketika masker yang dikenakan terasa tidak nyaman, yang akhirnya membuat perlindungan tidak maksimal.
Masker berlapis lebih efektif dibanding pakai dobel
Dikutip dari Bustle, Dr John A Sellick dari University of Buffalo menyebut penggunaan masker rangkap dua bisa meningkatkan perlindungan pada jenis masker yang kualitasnya tidak meyakinkan.
"Jika Anda punya masker kain 1-2 lapis, maka menggunakan rangkap akan memberikan perlindungan lebih dibanding hanya satu masker," katanya.
Pada dasarnya, makin banyak lapisan pelindung maka risiko penularan akan lebih kecil. Meski demikian, menggunakan satu masker yang memiliki 3 lapis kain diyakini memberikan perlindungan paling efektif dibanding pakai masker dobel.
Sesedikit mungkin celah
Salah satu yang perlu diperhatikan ketika menggunakan masker rangkap adalah memastikan agar masing-masing bisa saling menambal celah. Masker bedah misalnya, sering menyisakan celah di bagian samping wajah. Menggunakan masker rangkap bisa meminimalkan celah yang ada.
Tidak semua jenis masker bisa dirangkap
Jenis masker tertentu yang memiliki kemampuan filtrasi tinggi tidak perlu dirangkap. Misalnya masker N95 atau sejenisnya. Demikian juga masker dengan masker yang memiliki respirator ataupun exhaust fan, sebaiknya tidak dirangkap, atau bahkan tidak dipakai sama sekali.
https://indomovie28.net/movies/cold-war-3/
Ogah Kalau Harus Anal Swab, Netizen China Pilih Tak Mudik Saat Imlek
Pandemi COVID-19 membuat banyak warga China memilih diam di rumah saat liburan tahun baru Imlek. Terlebih, setelah otoritas setempat memperkenalkan anal swab sebagai pilihan metode mendeteksi virus Corona.
Sebuah jajak pendapat di Weibo, salah satu platform media sosial terpopuler di China, menunjukkan 80 persen netizen tidak bisa menerima anal swab sebagai metode tes Corona. Mereka memilih tidak liburan daripada harus menjalani tes tersebut.
"Semua orang yang terlibat akan merasa malu,"kata seorang pengguna Weibom dikutip dari Taiwanenglishnews.
"Tidak bahaya sih, tapi ini sangat melecehkan," tulis pengguna yang lain, seperti dilaporkan News Talk.
"Setelah melihat poster resmi, saya pilih tidak pulang kampung untuk tahun baru," tulis yang lain.
Tradisi pulang kampung saat tahun baru Imlek berpotensi memicu mobilitas manusia dalam jumlah besar. Beberapa kalangan menyebutnya migrasi tahunan terbesar di dunia.
Pemerintah China khawatir, satu saja kasus yang tidak terdeteksi akan memicu kasus 'super-spreader' atau penularan ke banyak orang dari satu sumber. Karenanya, pemerintah menyetujui penggunaan metode anal swab test untuk meningkatkan screening.
"Jika kita tambahkan anal swab test, ini bisa meningkatkan identifikasi pasien yang terinfeksi," kata Li Tongzeng dari You'an Hospital di Beijing, kepada China Central Television.
Anal swab test dilakukan dengan memasukkan stick sepanjang 3-5 cm dengan ujung kapas ke dalam dubur, lalu diputar beberapa kali untuk mendapatkan sampel. Hasil swab lalu dimasukkan dalam tempat khusus untuk diperiksa dengan metode PCR (Polymerase Chain Reaction).