Senin, 01 Februari 2021

Lagi Hits di China, Benarkah Anal Swab Lebih Akurat Deteksi COVID-19?

 Belakangan heboh soal anal swab yang dilakukan di China untuk mendeteksi COVID-19. Pasalnya, selama ini pengambilan sampel untuk tes swab COVID-19 umum dilakukan dari nasofaring.

"Tentu saja, swab anal tidak senyaman swab di tenggorokan. Metode swab ini hanya digunakan untuk orang-orang yang tinggal di area karantina COVID-19 utama di Shanghai," kata Li Tongzeng dari Rumah Sakit You'an di Beijing seperti dikutip dari New York Post.


Bagaimana dengan akurasinya? Apakah anal swab lebih baik?

Pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Utomo menyebut tingkat akurasi tentu masih sama dengan PCR. Disebutkan, yang membedakan hanya metode pengambilan sampelnya.


Sementara untuk mendeteksi COVID-19, sampel yang diambil melalui anal swab juga tetap diperiksa di mesin PCR. "Iya ini kan sebetulnya terkait dari pengambilan sampelnya saja, jadi tekniknya sama, jadi setelah diambil sampelnya, nanti mesinnya sama, PCR, cuma ngambilnya aja beda," jelas Ahmad saat dihubungi detikcom Senin (1/2/2021).


"Cuma yang dari China itu kan isunya mereka sangat concern jangan sampai orang yang positif itu lepas, jadi makanya ketika mereka nih ada kasus orang itu diduga kuat kontak erat, atau dia juga nampakkan gejala COVID-19, tapi ketika dicek dari nasofaringnya kok negatif," lanjutnya.


"Nah di situ bisa mereka lanjut ke anal swab, jadi yang tadinya diambil lewat hidung, lalu mereka masuk ke anus, karena jalur keluar virus itu kan bisa melalui lubang pencernaan kan, jadi lebih melengkapi, jadi bukan yang nanti semua orang diswab anusnya," kata Ahmad.


Ia menegaskan tak semua pasien Corona China diambil sampelnya melalui anus (anal swab). Mereka yang menjalani metode swab anal ini hanya orang negatif COVID-19 tetapi menunjukkan gejala.


Hal ini dilakukan untuk benar-benar memastikan apakah seseorang sudah terbebas dari Corona. Menurut Ahmad, virus bisa terus turun ke bagian bawah, sementara kondisi nasofaring bersih.


"Jadi dulu tuh mereka gunakan ini untuk memastikan misalnya nih kira-kira masih infeksius atau nggak," tutur Ahmad.


"Soalnya kan kalau virus tuh kalau misalnya sudah turun ke bawah itu kan memang nasofaringnya kan bersih, tapi kalau dia masih mengeluarkan di anus, di rektum, berarti tanda kutip mungkin belum tentu sembuh," pungkasnya.


Lebih lanjut, Ahmad menyebut jika melihat tren kasusnya, kemungkinan virus yang sudah turun ke anus tak infeksius atau tidak berisiko menularkan.

https://tendabiru21.net/movies/brian-banks/


Per 1 Februari, 35 Ribu Nakes RI Sudah Dapat Dosis Kedua Vaksin COVID-19


Vaksinasi COVID-19 sudah dimulai sejak 13 Januari 2021. Pelaksanaan pertama digelar di Istana Kepresidenan Jakarta, Presiden Joko Widodo beserta sejumlah pejabat hingga artis menjadi penerima pertama.

Tahap pertama vaksinasi COVID-19 dilanjutkan dengan pemberian pada tenaga kesehatan RI. Nakes diprioritaskan karena menjadi garda terdepan penanganan pandemi dan memiliki risiko tinggi terpapar COVID-19.


Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan RI per Senin (1/2/2021) total yang sudah divaksin Corona dosis pertama sebanyak 539.532. Sementara yang sudah menerima dosis vaksin Corona kedua berjumlah 35.406.


Jumlah keseluruhan sasaran vaksinasi COVID-19 di Indonesia ditargetkan sebanyak 181.554.465. Berikut detail perkembangan vaksinasi COVID-19 di Indonesia.


Total sasaran vaksinasi: 181.554.465

Sasaran vaksinasi tenaga kesehatan: 1.531.072

Registrasi ulang: 1.501.491

Vaksinasi tahap 1: 539.532

Vaksinasi tahap 2: 35.406

Data tersebut berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan pukul 14:00 WIB dalam akun resmi Kemenkes RI.

https://tendabiru21.net/movies/wrongfully-accused/

Dikaitkan dengan Kematian Marco Panari, Ini Cara Mengatasi Tersedak

 Aktor muda Marco Panari meninggal dunia, aktor muda berusia 23 tahun itu disebut sebelumnya sempat tersedak. Kabar ini dikonfirmasi sang ibunda, saat dimintai keterangan penyebab kepergian Marco Panari.

"Kalau kata dokter, sepertinya tersedak. Kalau dokter kan menjelaskan karena tersedak itu," katanya.


Tersedak seperti yang dialami Marco Panari, kasus tersedak bukan hanya terjadi anak-anak. Ada beberapa penyebabnya termasuk tidak mengunyah makan dengan benar atau kerap tertawa saat minum dan makan.


Bagaimana agar tersedak tak memicu kondisi fatal?

Beberapa waktu lalu, dr Agus Subagio, SpTHT menyebut tersedak tak bisa diatasi dengan minum air. Namun, penolongan pertama yang disebut Heimlich Maneuver bisa membantu.


"Si penolong berdiri di belakang korban. Kedua tangan dilingkarkan di atas perut korban, dengan tangan kanan mengepal dan tangan kiri menggenggam tangan kanan. Lalu hentakkan ke arah atas supaya terjadi tekanan dari rongga perut dan rongga dada yang membuat makanannya keluar," jelas dr Agus.


Lakukan manuver tersebut sebanyak lima kali, jika makanan tak kunjung keluar, bisa dilakukan sekali lagi. Berikut tahapannya dikutip dari Healthline.


- Berdiri di belakang orang tersebut dengan posisi tanganmu melingkari pinggangnya.

- Mencondongkan tubuh orang tersebut ke depan.

- Mengepalkan tanganmu dan meletakkan di atas perut orang tersebut, di atas pusarnya.

- Menggunakan tanganmu untuk menekan perut orang tersebut dengan gerakan ke atas.

- Mengulangi metode ini lima kali.

- Jika benda masih tersangkut di tenggorokan orang tersebut, langkah ini sebaiknya diulangi lima kali lagi.


4-5 menit tak teratasi bisa mengancam jiwa

dr Agus juga mengingatkan bahaya jika tersedak tak teratasi dalam beberapa waktu. Hal ini bahkan bisa mengancam jiwa, terlebih jika orang tersebut tak mengetahui penanganan yang tepat.


"Bahaya tersedak itu ya meninggal. Karena saluran napasnya tertutup oleh makanan yang masuk tadi. 4-5 menit nggak bisa napas saja otak langsung mati," katanya.


Maka dari itu. waspadai tersedak seperti yang diidap Marco Panari sebelum wafat. Sebaiknya segera mendapatkan pertolongan medis agar penangannya bisa dilakukan maksimal.

https://tendabiru21.net/movies/falsely-accused-2/


Lagi Hits di China, Benarkah Anal Swab Lebih Akurat Deteksi COVID-19?


Belakangan heboh soal anal swab yang dilakukan di China untuk mendeteksi COVID-19. Pasalnya, selama ini pengambilan sampel untuk tes swab COVID-19 umum dilakukan dari nasofaring.

"Tentu saja, swab anal tidak senyaman swab di tenggorokan. Metode swab ini hanya digunakan untuk orang-orang yang tinggal di area karantina COVID-19 utama di Shanghai," kata Li Tongzeng dari Rumah Sakit You'an di Beijing seperti dikutip dari New York Post.


Bagaimana dengan akurasinya? Apakah anal swab lebih baik?

Pakar biologi molekuler Ahmad Rusdan Utomo menyebut tingkat akurasi tentu masih sama dengan PCR. Disebutkan, yang membedakan hanya metode pengambilan sampelnya.


Sementara untuk mendeteksi COVID-19, sampel yang diambil melalui anal swab juga tetap diperiksa di mesin PCR. "Iya ini kan sebetulnya terkait dari pengambilan sampelnya saja, jadi tekniknya sama, jadi setelah diambil sampelnya, nanti mesinnya sama, PCR, cuma ngambilnya aja beda," jelas Ahmad saat dihubungi detikcom Senin (1/2/2021).


"Cuma yang dari China itu kan isunya mereka sangat concern jangan sampai orang yang positif itu lepas, jadi makanya ketika mereka nih ada kasus orang itu diduga kuat kontak erat, atau dia juga nampakkan gejala COVID-19, tapi ketika dicek dari nasofaringnya kok negatif," lanjutnya.


"Nah di situ bisa mereka lanjut ke anal swab, jadi yang tadinya diambil lewat hidung, lalu mereka masuk ke anus, karena jalur keluar virus itu kan bisa melalui lubang pencernaan kan, jadi lebih melengkapi, jadi bukan yang nanti semua orang diswab anusnya," kata Ahmad.

https://tendabiru21.net/movies/falsely-accused/