Rabu, 30 Desember 2020

3 Rencana Bikin Puncak Nggak Macet Lagi

 Akses jalan menuju kawasan Puncak, Bogor kerap dipadati kendaraan. Maka tak heran, kemacetan jadi masalah utama buat kawasan ini. Terutama saat akhir pekan atau libur dan cuti bersama seperti sekarang ini.

Berbagai upaya pun telah digodok untuk menyelesaikan masalah kemacetan tersebut. Dari sektor transportasi, Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) bersama dengan pemda setempat mengaku telah menyiapkan beberapa solusi untuk permasalahan tersebut.


"Skenario penanganan kemacetan puncak memang tidak hanya dari sektor transportasi, kami dari Kemenhub akan coba cari solusi dari aspek transportasi yang dibagi jangka pendek menengah dan panjang," ujar Kepala BPTJ, Polana B Pramesti dalam sebuah Webinar, Selasa (29/12/2020).


Berikut 3 rencana bikin puncak nggak macet lagi:


1. Jangka Pendek

Untuk jangka pendek, pihak BPTJ akan menerapkan sistem layanan buy the services (BTS) hingga layanan bus bersubsidi. Selain itu, sejumlah fasilitas pendukung, seperti halte, Park & Ride, dan jembatan penyeberangan orang akan dibangun di kawasan Puncak.


"Jangka pendeknya yang akan dilakukan segera adalah menyediakan subsidi buy the service, tentunya dengan adanya layanan bus ke wilayah puncak, maka butuh fasilitas pendukung, misal halte, park and ride, atau jembatan penyeberangan untuk orang berpindah dari arah satu ke arah yang lain, dan tentu meningkatkan kinerja lalu lintas," paparnya.

https://nonton08.com/movies/rust-and-bone/


Park & Ride yang dimaksud adalah seperti lahan parkir. Mekanisme penggunanya adalah setiap pengunjung yang menggunakan kendaraan pribadi dari Jakarta akan berhenti di Park & Ride Cibinon (sebagian lahannya dari Summerecon). Di sana, penumpang akan berpindah ke bus angkutan massal menuju tujuan kawasan di Puncak (Taman Safari, Matahari atau Cimori, Hotel, dll).


Lalu, untuk kendaraan dari Cianjur akan berhenti di Park & Ride Cisarua. Di sana, penumpang akan berpindah ke bus angkutan massal menuju tujuan kawasan di Puncak dan Ciawi (Taman Safari, Matahari atau Cimori, Hotel, dll). Untuk tarif berpindah kendaraan ini rencananya disubsidi oleh Pemkab Bogor.


2. Jangka Menengah

Untuk jangka menengah, BPTJ akan melanjutkan layanan BTS jika terbukti efektif. Fasilitas transit-oriented development (TOD) hingga jalur alternatif juga akan dibangun menunjang layanan tersebut.

"Kemudian yang penting juga sudah disampaikan oleh pemda kabupaten, kita perlu membangun suatu fasilitas di mana masyarakat nyaman untuk beralih moda, dengan membangun TOD yang tadi sudah disampaikan kabupaten di Cibanon dan kami sudah akan melakukan pembicaraan lebih detil dengan pihak pemilik untuk merealisasikan fasilitas ini," imbuhnya.


3. Jangka Panjang

Untuk jangka panjang, BPTJ akan membangun transportasi umum berbasis rel. Dia menyebut perlu kajian lebih mendalam apakah kereta gantung atau autonomus rapid transit (ART) yang akan dibangun di kawasan Puncak.


"Jangka panjang tentunya lanjutan program BTS, park and ride, dan yang terakhir barang kali penting jadi program pemda, yaitu pembangunan transportasi umum berbasis rel, entah kereta gantung, ada juga tadi wacana Pak Menhub menggunakan ART, dan nanti akan kita kaji apa sih yang tepat transportasi berbasis rel yang digunakan di Kabupaten Bogor," timpalnya.


Khusus untuk kereta gantung di kawasan Puncak, rencananya lintasan kereta ini akan dibangun sepanjang 18 km dari Gadog- Puncak Pas. Untuk stasiunnya akan dibuat terhubung dengan kawasan-kawasan wisata di Puncak.


Estimasi biaya pembangunan proyek kereta gantung 1 km saja dapat menghabiskan biaya Rp 42 miliar sehingga untuk membangun sepanjang 18 km dibutuhkan dana sebesar Rp 756 miliar.

https://nonton08.com/movies/grandmas-boy/

Kostum Plague Doctor, Dokter Black Death yang Dikira Malaikat Maut

 Black Death merupakan salah satu pandemi paling dahsyat yang menewaskan hingga sekitar 2/3 populasi Eropa. Saat itu, belum dikenal istilah Alat Pelindung Diri (APD), karenanya dokter dan para ilmuwan dipercaya menggunakan pakaian yang sangat aneh bahkan terbilang cukup menyeramkan bila dilihat secara sekilas.

Asal usul kostum tersebut biasanya dikreditkan kepada Charles de Lorme, seorang dokter yang melayani kebutuhan medis banyak bangsawan Eropa selama abad ke-17, termasuk Raja Louis XIII dan Gaston d'Orléans, putra Marie de Médici.


Dokter-dokter pada masa Black Death dikatakan memakai kostum dengan jubah hitam panjang. Bagian mata terbuka karena adanya lubang pada kostum yang digunakan. Mereka juga membawa tongkat kayu untuk mencegah interaksi secara langsung dengan pasien. Sementara bagian masker, ada moncong mirip paruh burung yang ternyata memiliki tujuan khusus.


Mengutip Live Science, Plague Doctor mengisi masker mereka dengan theriac, senyawa yang terdiri lebih dari 55 tumbuhan dan komponen lain seperti kayu manis dan madu. De Lorme berpendapat, bentuk paruh pada masker akan memberi udara cukup waktu untuk disaring oleh tumbuhan pelindung sebelum masuk ke lubang hidung dan paru-paru.


Faktanya, wabah ini disebabkan oleh Yersinia pestis, bakteri yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia dan melalui gigitan kutu, kontak dengan cairan atau jaringan yang terkontaminasi, juga lewat menghirup tetesan infeksi dari bersin atau batuk orang. Serta, perlindungan dari kostum Plague Doctor sendiri sebenarnya belum cukup melindungi mereka dari risiko paparan penyakit ini.

https://nonton08.com/movies/altered-states/


Dijuluki malaikat maut

Karena pengetahuan yang belum cukup pada pandemi berlangsung, banyak dokter yang kelimpungan untuk menangani pasien dari rumah ke rumah. Rumor pun beredar bahwa Plague Doctor merupakan wujud lain malaikat maut karena banyak pasien yang didatangi mereka malah berujung maut.


Sebenarnya ini hanya masalah waktu saja, kondisi pasien pada saat itu sudah cukup yang mengenaskan. Kulit-kulit tubuh mereka sudah menghitam dan bisa dibilang kondisi mereka telah sekarat. Maka, ketika para Plague Doctor datang dan pasien meninggal, bukan karena mereka wujud lain malaikat maut, sebenarnya memang ajal sang pasien lah yang sudah datang.


Diragukan sebagian sejarawan

Yang menarik, beberapa sejarawan berpendapat bahwa Plague Doctor yang menggunakan masker dengan moncong tidak lain adalah karakter fiksi dan hanya sekadar komedi pada awalnya, dan versi teatrikalnya menginspirasi para dokter asli untuk menggunakan kostum tersebut selama wabah 1656 dan 1720.


Sebagian lagi meyakini bahwa kostum Plague Doctor memang kostum yang digunakan para dokter pada masa tersebut. Dari sini, para ahli melihat adanya gambaran bahwa pemakaian alat pelindung diri (APD) sudah jauh-jauh dipikirkan oleh tenaga medis untuk mengatasi wabah.


Bagaimana pun, kostum Plague Doctor sudah sangat terkenal dan kerap digunakan untuk pesta kostum. Meski terkesan menyeramkan, siapa sangka ada cerita mengharukan yang tersimpan dari kostum tersebut.

https://nonton08.com/movies/sex-and-zen/