Rabu, 30 September 2020

Viral 'Bangku Kosong' untuk Menkes Terawan, Termasuk Bullying atau Bukan?

  Tayangan Mata Najwa yang menampilkan 'bangku kosong' untuk menyindir Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menuai pro dan kontra. Bermula dari banyak pihak yang bertanya di mana keberadaan Menkes Terawan, Najwa Shihab dalam tayangan Mata Najwa mewakili rasa penasaran tersebut.

Najwa menyebut Menkes Terawan sudah berulang kali diundang tetapi tak pernah datang. Dalam tayangan tersebut, Najwa melontarkan beberapa pertanyaan ke bangku kosong, termasuk mengapa Menkes Terawan terkesan menghilang saat pandemi Corona.


Pendapat netizen soal tayangan ini terbelah. Banyak yang merasa terwakili dan menganggap sudah semestinya Menkes Terawan tampil menyampaikan perkembangan informasi seputar pandemi COVID-19, tetapi tidak sedikit pula yang menganggap tayangan bangku kosong ini sebagai bentuk bullying.


Memangnya, apa itu bullying?

Psikolog klinis Kasandra Putranto dari Kasandra & Associate menjelaskan bahwa bullying verbal dan fisik, baik secara langsung maupun tidak, seperti halnya cyber bullying, bisa menimbulkan tekanan psikologis. Adanya rasa tidak nyaman atau emosi-emosi negatif yang timbul dari sikap seseorang bisa masuk tentu masuk ke dalam kategori bullying.


"Dalam hal ini yang terpenting adalah bagaimana reaksi dan respons dari bapak Menteri Terawan selaku orang yang paling terkena oleh perilaku ini, yang bisa disebut sebagai korban langsung," jelas Kasandra saat dihubungi detikcom Rabu (20/9/2020).


Menurut Kasandra, bukan hanya Menkes Terawan yang akan mengalami dampaknya. Orang-orang yang kemudian merasa emosi setelah menonton tayangan tersebut bisa menjadi korban tidak langsung. Terlebih jika mereka ikut merasakan emosi negatif.


"Namun ketika masyarakat merasakan emosi negatif tentu saja dengan demikian sudah dapat disimpulkan sebagai perilaku bullying," lanjutnya.


Sementara itu, psikolog klinis dari Ciputra Medical Center, Christina Tedja menjelaskan kemungkinan hal ini bisa disebut bullying jika ada unsur mempermalukan seseorang.


"Apakah ini disebut bullying, bisa disebut bully jika ada unsur mempermalukan seseorang di lingkup sosial (jatuhnya ke social bullying)," jelasnya.


Nah, setujukah jika tayangan bangku kosong ala Najwa dikategorikan sebagai bentuk bullying? Tuliskan pendapat di kolom komentar.

https://cinemamovie28.com/a-chinese-ghost-story-ii/


Pasca Sembuh, Organ-organ Ini Bisa Kena Efek Jangka Panjang COVID-19


Pandemi virus Corona sampai saat ini masih terus menyebar ke berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Bahkan sudah banyak nyawa yang hilang sejak wabah pertama kali muncul akhir 2019 lalu.

Berbagai gejala yang muncul saat seseorang terinfeksi seperti demam, batuk terus-menerus, sesak napas, hingga kehilangan fungsi indra penciuman. Tetapi, pandemi ini juga menyebabkan efek jangka panjang pada pasiennya.


Dikutip dari ABC News, semakin banyak laporan dan penelitian yang mencatat pengalaman para pasien COVID-19 yang sudah sembuh, tapi masih merasa kelelahan, sesak napas, atau bahkan nyeri pada otot terus-menerus. Menurut ahli virologi dari Queensland University, Dr Kirsty Short, banyaknya pasien yang mengalami kondisi efek jangka panjang ini masih sulit untuk diperkirakan secara pasti, karena virus ini masih baru.


"Ini (efek pada kesehatan) pasti terjadi, hanya saja belum bisa mengetahui seberapa umum itu terjadi," kata Dr Kirsty.


Pada bulan Juli lalu, peneliti di Italia pun menemukan hampir 90 persen pasien COVID-19 akut yang sudah sembuh masih mengalami gejala sampai 2 bulan setelahnya. Sementara penelitian di Amerika Serikat dan Inggris menunjukkan gejala COVID-19 bisa bertahan pada sekitar 10-15 persen pasien.


Orang tanpa gejala (OTG) dan pasien dengan gejala ringan pun juga bisa mengalami efek jangka panjang ini. Bahkan bisa bertahan sampai berminggu-minggu hingga berbulan-bulan.


Meskipun virus Corona itu virus yang menyerang sistem pernapasan, tetapi kerusakan yang disebabkannya bisa terjadi pada organ tubuh lainnya. Virus ini bisa merusak hati, jantung, pembuluh darah, ginjal, dan saluran pencernaan.


"Kemungkinan besar mereka mengalami respons peradangan yang luar biasa, yang kita ketahui terjadi pada pasien COVID-19. Dan kemudian itu memiliki efek langsung," kata Dr Kirsty.


Berikut beberapa organ tubuh yang bisa rusak akibat efek jangka panjang dari infeksi COVID-19:

https://cinemamovie28.com/a-unique-movie/

9 Dari 10 Pasien Sembuh Corona Alami Efek Samping, Apa Saja?

 Sembilan dari sepuluh pasien virus Corona yang telah dinyatakan sembuh dilaporkan mengalami efek samping. Beberapa di antaranya seperti kelelahan, efek samping psikologis dan hilangnya penciuman dan rasa bahkan setelah mereka pulih dari penyakit tersebut, demikian menurut sebuah studi pendahuluan yang dilakukan peneliti Korea Selatan.

Hasil riset ini terungkap saat angka kematian akibat COVID-19 tembus 1 juta jiwa pada Selasa (29/9). Jumlah kematian ini juga menjadi sejarah kelam terkait pandemi COVID-19 yang telah melumpuhkan ekonomi global, membuat sistem kesehatan kolaps, dan mengubah cara hidup masyarakat.


Dikutip dari Reuters, menurut survei daring oleh Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Korea (KDCA), dari 965 pasien sembuh, sebanyak 879 orang atau 91,1 persen mengaku mereka menderita setidaknya satu efek samping.


"Kelelahan adalah efek samping yang paling umum dengan persentase 26,6 persen, diikuti oleh kesulitan berkonsentrasi yang mencapai 24,6 persen," kata Kwon Jun Wook, pejabat KDCA.


Efek samping lainnya termasuk dampak psikologis atau mental serta hilangnya indera penciuman dan perasa atau anosmia.


Profesor penyakit dalam di Fakultas Kedokteran Universitas Nasional Kyungpook di Daegu, Kim Shin Woo, meminta tanggapan dari 5.762 pasien sembuh di Korea Selatan dan 16,7 persen di antaranya berpartisipasi dalam survei tersebut.


Sementara studi ini masih dilakukan secara daring, peneliti utama, Kim Shin Woo, akan segera mempublikasikan penelitian tersebut dengan analisis rinci. Korsel juga tengah melakukan riset terpisah bersama 16 organisasi medis mengenai komplikasi penyakit yang lebih detil dan melibatkan analisis CT scan pada pasien sembuh.

https://cinemamovie28.com/robin-hood/


Viral 'Bangku Kosong' untuk Menkes Terawan, Termasuk Bullying atau Bukan?


 Tayangan Mata Najwa yang menampilkan 'bangku kosong' untuk menyindir Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto menuai pro dan kontra. Bermula dari banyak pihak yang bertanya di mana keberadaan Menkes Terawan, Najwa Shihab dalam tayangan Mata Najwa mewakili rasa penasaran tersebut.

Najwa menyebut Menkes Terawan sudah berulang kali diundang tetapi tak pernah datang. Dalam tayangan tersebut, Najwa melontarkan beberapa pertanyaan ke bangku kosong, termasuk mengapa Menkes Terawan terkesan menghilang saat pandemi Corona.


Pendapat netizen soal tayangan ini terbelah. Banyak yang merasa terwakili dan menganggap sudah semestinya Menkes Terawan tampil menyampaikan perkembangan informasi seputar pandemi COVID-19, tetapi tidak sedikit pula yang menganggap tayangan bangku kosong ini sebagai bentuk bullying.


Memangnya, apa itu bullying?

Psikolog klinis Kasandra Putranto dari Kasandra & Associate menjelaskan bahwa bullying verbal dan fisik, baik secara langsung maupun tidak, seperti halnya cyber bullying, bisa menimbulkan tekanan psikologis. Adanya rasa tidak nyaman atau emosi-emosi negatif yang timbul dari sikap seseorang bisa masuk tentu masuk ke dalam kategori bullying.


"Dalam hal ini yang terpenting adalah bagaimana reaksi dan respons dari bapak Menteri Terawan selaku orang yang paling terkena oleh perilaku ini, yang bisa disebut sebagai korban langsung," jelas Kasandra saat dihubungi detikcom Rabu (20/9/2020).


Menurut Kasandra, bukan hanya Menkes Terawan yang akan mengalami dampaknya. Orang-orang yang kemudian merasa emosi setelah menonton tayangan tersebut bisa menjadi korban tidak langsung. Terlebih jika mereka ikut merasakan emosi negatif.


"Namun ketika masyarakat merasakan emosi negatif tentu saja dengan demikian sudah dapat disimpulkan sebagai perilaku bullying," lanjutnya.


Sementara itu, psikolog klinis dari Ciputra Medical Center, Christina Tedja menjelaskan kemungkinan hal ini bisa disebut bullying jika ada unsur mempermalukan seseorang.


"Apakah ini disebut bullying, bisa disebut bully jika ada unsur mempermalukan seseorang di lingkup sosial (jatuhnya ke social bullying)," jelasnya.


Nah, setujukah jika tayangan bangku kosong ala Najwa dikategorikan sebagai bentuk bullying? Tuliskan pendapat di kolom komentar.

https://cinemamovie28.com/point-break/