Pernah mendengar fenomena Mandela Effect? Mungkin istilah tersebut terasa asing di telinga, tapi mungkin saja secara tak sadar kamu pernah mengalaminya.
Mandela Effect merujuk pada suatu kondisi ketika pikiran kita meyakini bahwa sebuah hal atau peristiwa benar adanya, tapi ternyata malah sebaliknya. Dan orang lain pun melakukan kekeliruan yang sama.
Asal Mula Mandela Effect
Adalah Fiona Broome, orang pertama yang memunculkan istilah Mandela Effect. Seperti dilansir dari Healthline, semua berawal saat perempuan yang berprofesi sebagai 'konsultan paranormal' tersebut mengingat sosok Nelson Mandela, mendiang Presiden Afrika Selatan sekaligus pejuang anti-apartheid.
Fiona meyakini, Nelson Mandela telah meninggal di penjara pada era 1980-an. Menurut pengakuannya, kematian Mandela juga ramai diberitakan kala itu, bahkan istri Mandela pun telah memberikan pidato terkait kabar duka tersebut.
Kenyataannya, Mandela meninggal pada 5 Desember 2013 dalam usia 95 tahun karena sakit. Hal yang menarik, Fiona tak sendiri. Banyak orang yang berpikiran sama dengannya. Demikian asal mula istilah Mandela Effect.
Dengan kata lain, Mandela Effect digunakan untuk menggambarkan kesalahan memori kolektif. Sekelompok orang selalu mengatakan atau meyakini hal yang sama, tapi berkontradiksi dengan kebenarannya.
Menurut para penganut teori konspirasi, Mandela Effect adalah sebuah contoh realita paralel yang terbentuk di tengah masyarakat. Terkait kematian Mandela, mereka memandang peristiwa tersebut hanyalah sebuah konspirasi sehingga menimbulkan sebuah memori yang dianggap keliru.
Bagaimana pandangan sains tentang Mandela Effect?
Dalam sains, Mandela Effect dianggap sebagai salah satu bentuk dari gangguan ingatan. Kondisi ini erat kaitannya dengan konfabulasi, yakni bentuk memori dari kejadian yang benar-benar terjadi, tapi ditempatkan pada waktu yang salah.
Ada pula yang menyebut konfabulasi sebagai 'kebohongan yang jujur'. Seseorang menciptakan sebuah memori yang salah tanpa bermaksud untuk berbohong. Mereka hanya ingin mengisi 'celah' di ingatan mereka.
Contoh Mandela Effect
Kamu bisa menemui contoh Mandela Effect di lingkungan sekitar, termasuk kutipan kalimat bijak dari film favorit di feed Instagram. Masih ingat film Forest Gump? Seringkali kita membaca kutipan "Life is like a box of chocolates". Padahal, karakter yang diperankan oleh Tom Hanks itu mengatakan, "Life WAS like a box of chocolates".
Nama brand terkenal juga bisa menjadi contoh Mandela Effect. Kamu merasa yang benar adalah Kit-Kat. Ternyata sejatinya, camilan coklat tersebut bernama Kitkat, tanpa tanda setrip (-).
Sinopsis The Nice Guys, Cerita Kocak Detektif Baik dan Jahat
Film The Nice Guys akan menemani pemirsa Bioskop Trans TV hari ini. Film bergenre komedi-kriminal tersebut tayang pada pukul 23.30 WIB.
Dirilis pada 2016, The Nice Guys merupakan film garapan Shane Black. Pria kelahiran Pennsylvannia, AS, 59 tahun lalu itu sebelumnya pernah menggarap Kiss Kiss Bang Bang (2005) dan Iron Man 3 (2013).
Selain menjadi sutradara, ia juga menulis film produksi Warner Bros ini bersama Anthony Bagarozzi. Ini adalah pengalaman pertama bagi Anthony sebagai penulis.
The Nice Guys mempertemukan dua aktor terkenal beda generasi, Russell Crowe dan Ryan Gosling. Tampil pula aktris senior Kim Basinger yang pernah memenangkan piala Oscar sebagai aktris pendukung terbaik berkat perannya di film L.A. Confidential (1997).
Sinopsis The Nice Guys
Berlatar tahun 1977, film ini bercerita tentang kolaborasi dua detektif yang mempunyai teknik yang berbeda dalam bekerja. Jackson Healy (Russell Crowe) menggunakan kekerasan dan ancaman, sedangkan Holland March (Ryan Gosling) lebih mengandalkan keberuntungan dan otak liciknya.
Keduanya kemudian terpaksa harus bekerja sama untuk mencari seorang gadis bernama Amelia (Margaret Qualley).
Tugas tersebut lantas membawa mereka ke sebuah petualangan yang tak terlupakan yang melibatkan industri film dewasa, bintang porno dan beberapa pembunuh bayaran.
https://kamumovie28.com/recovery/