Selasa, 01 September 2020

Mutasi Corona D614G Juga Ada di Jakarta, Benarkah 10 Kali Lebih Menular?

Baru-baru ini, terungkap bahwa mutasi virus Corona D614G ditemukan juga di Indonesia. DKI Jakarta termasuk salah satu kota yang memiliki mutasi virus Corona D614G.
Kabar ini sempat bikin heboh, karena mutasi virus Corona D614G disebut-sebut 10 kali lebih menular. Strain yang sebelumnya dominan ditemukan di Eropa dan AS tersebut, belakangan juga ditemukan di beberapa negara Asia seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina.

Temuan mutasi Corona D614G ini dikonfirmasi oleh Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME), Prof Amin Soebandrio. Ada lima kota yang disebut Prof Amin memiliki mutasi Corona D614G. Berikut daftarnya.

DKI Jakarta
Tangerang
Jogja
Bandung
Surabaya

Benarkah 10 kali lebih menular?
Prof Amin menjelaskan bahwa mutasi virus Corona D614G memang dikaitkan dengan kecepatan penularan. Namun, hal ini masih sebatas hipotesis yang diuji di lab. Artinya, belum ada kesimpulan yang pasti mengenai hal itu.

"Jadi belum terbukti di komunitas," kata Prof Amin.

Senada dengan Prof Amin, pakar biologi molekuler Ahmad Risdan Handoyo Utomo, PhD menyebut belum ada bukti bahwa mutasi yang ditemukan membuat virus menguat atau melemah. Masing-masing mutasi memberikan gejala yang beragam.

"Jadi misalnya 100 orang yang kena D, 100 orang kena G. Kan kalau misalnya 100 orang yang kena D dikatakan lebih ringan, berarti yang kena D nggak ada yang berat kan (gejalanya). Nah ternyata setelah dicek ada juga yang lebih berat," jelas Ahmad.

Sementara itu, guru besar Universitas Airlangga (Unair) Prof Chairul A Nidom menganggap temuan mutasi D614G di Indonesia bukan hal yang aneh. Bahkan jika lebih banyak dilakukan sequencing, mutasi tersebut mungkin akan lebih banyak ditemukan. Namun tidak langsung bisa diartikan lebih menular.

"Jadi kalau itu sebetulnya dugaan bahwa dengan perubahan atau mutasi dari (D) asam aspartat ke (G) glisin di no 614 itu bisa mempercepat penularan, tetapi belum ada bukti, artinya bagaimana mempercepatnya," kata prof Nidom.

Kenapa Corona terus bermutasi?
Bagi sebagian orang, mungkin muncul pertanyaan mengapa virus Corona bisa terus bermutasi? Apakah hal yang mendasarinya?

"Virus corona itu memang virus RNA. Iya jadi mereka ketika bereplikasi itu secara acak, memang terus bermutasi untuk memperbaiki diri," beber Prof Amin. .

"Dan juga untuk menyesuaikan dengan lingkungan," lanjutnya.

Pubertas pada Anak Laki-laki dan Perempuan: Ciri, Tanda, dan Masa

Masa pubertas menjadi tahap pertumbuhan pada anak laki-laki dan perempuan yang akan terjadi cepat atau lambat. Salah satu tanda pubertas adalah perubahan fisik yang menandai jenis kelamin anak menuju dewasa.
Dikutip dari situs National Health Service (NHS), anak perempuan dan laki-laki memiliki ciri dan tanda pubertas yang berbeda. Masa pubertas terjadi pada rata-rata umur 8-14 tahun, sehingga tak perlu langsung khawatir jika pubertas seorang anak terjadi lebih cepat atau lambat dibanding anak yang lain.

Menurut DR dr Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), FAAP, FRCPI(Hon) dalam artikel berjudul Masalah Pubertas pada Anak dan Remaja, banyak faktor yang dapat mempengaruhi permulaan pubertas antara lain etnis, sosial, psikologis, nutrisi, fisis dan penyakit kronis. "Status pubertas termasuk bagian pemeriksaan fisik yang harus diperiksa pada anak dan remaja," tulis Aman.

Berikut ciri, tanda, masa pubertas pada anak laki-laki dan perempuan:
A. Pubertas pada anak perempuan

Masa pubertas pada anak perempuan rata-rata terjadi pada usia 11 tahun. Tak perlu khawatir jika pubertas terjadi lebih cepat atau lambat, namun harus waspada jika mendapati ada kondisi yang merugikan atau mengkhawatirkan.

Tanda dan ciri pubertas muncul berbeda seiring pertumbuhan pada anak perempuan.

1. Ciri dan tanda pubertas yang pertama muncul:

a. Payudara mulai tumbuh

b. Kedua payudara kadang tumbuh tidak bersamaan dan sangat halus

c. Rambut pubik mulai tumbuh

d. Rambut di kaki dan lengan tumbuh lebih banyak pada beberapa anak perempuan.

2. Ciri dan tanda pubertas yang muncul kemudian:

a. Payudara terus tumbuh dan menjadi lebih penuh

b. Sekitar dua tahun setelah mulai pubertas, anak perempuan mulai mengalami menstruasi atau haid setiap bulan

c. Rambut pubik menjadi lebih kasar dan keriting

d. Rambut di bawah lengan mulai tumbuh

e. Pada beberapa anak perempuan, rambut juga tumbuh di bibir atas dan ini adalah hal normal

f. Berkeringat lebih banyak dan mulai muncul jerawat dalam bentuk bintik putih, hitam, dan pustula yang biasa dipecah atau mengalami erupsi

g. Mengalami keputihan

h. Anak perempuan tumbuh makin tinggi sejak mulai datang bulan sekitar 5-7,5 sentimeter tiap 1-2 tahun hingga mencapai umur dewasa

i. Bobot bertambah seiring perubahan bentuk tubuh dengan pinggul melebar dan pinggang makin kecil. Lemak tubuh makin banyak di punggung dan lengan bagian atas serta paha.
https://kamumovie28.com/sexy-part-time-wife-at-convenience-store-2/

Puncak Corona di Indonesia Diprediksi Pertengahan 2021

Jumlah kasus virus Corona COVID-19 di Indonesia masih meningkat setiap harinya. Kira-kira kapan sebenarnya wabah virus Corona COVID-19 di Indonesia akan mencapai puncaknya?
Ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia Pandu Riono memperkirakan puncak kasus virus Corona di Indonesia baru mencapai puncak pertengahan 2021. Tingkat penularan Corona diprediksi mulai melandai akhir 2021 hingga awal 2022.

Menurut Pandu, proyeksi tersebut sangat mungkin terjadi jika penanganan Corona masih lambat seperti saat ini. Berdasarkan data kurva penyebaran sejak awal bulan Maret lalu, belum ada tanda-tanda kurva Corona akan melandai. Bahkan, pada Jumat (28/8/2020) lalu, kasus positif virus Corona harian kembali memecahkan rekor baru, yakni bertambah 3.003 orang dalam 24 jam.

"Kecepatan penularan dilihat bertahap, dari beta statistik percepatan transmisi, wow kaget. Kalau tidak melakukan penanganan secara serius, kemungkinan akan terus sampai 2021, pertengahan atau awal semester pertama baru sampai puncaknya," ucapnya dalam diskusi daring Ancaman Karhutla di Tengah Pandemi COVID-19, Sabtu (22/8/2020), dikutip dari laman CNN Indonesia.

Selain itu, Pandu menyebut, jika penanganan pandemi tidak kunjung serius, ia khawatir pada titik puncak tahun depan, infeksi harian tertinggi diperkirakan dapat mencapai 60 ribu kasus.

Oleh karena itu, Pandu mendesak pemerintah untuk lebih agresif lagi dalam mengendalikan penyebaran Corona. Tidak perlu khawatir soal gelombang kedua, tetapi fokus dulu pada penanganan penyebaran gelombang pertama yang hingga saat ini pun tidak kunjung melandai.

"Banyak pemimpin menyebut waspada gelombang dua, padahal gelombang pertama saja belum selesai," tambahnya.

Pandu menyarankan pemerintah untuk menggalakkan pembatasan sosial berbasis komunitas. Hal ini disebutkan Pandu akan lebih efektif dalam mengendalikan penyebaran Corona, daripada mengucurkan dana bombastis yang tujuannya tidak terukur.

"Lebih efektif kalau PSBB berbasis komunitas karena kekuatan kita ada di komunitas. Ketahanan sosial masyarakat jauh lebih besar nilainya dibandingkan uang pemerintah," pungkasnya.

Mutasi Corona D614G Juga Ada di Jakarta, Benarkah 10 Kali Lebih Menular?

Baru-baru ini, terungkap bahwa mutasi virus Corona D614G ditemukan juga di Indonesia. DKI Jakarta termasuk salah satu kota yang memiliki mutasi virus Corona D614G.
Kabar ini sempat bikin heboh, karena mutasi virus Corona D614G disebut-sebut 10 kali lebih menular. Strain yang sebelumnya dominan ditemukan di Eropa dan AS tersebut, belakangan juga ditemukan di beberapa negara Asia seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina.

Temuan mutasi Corona D614G ini dikonfirmasi oleh Direktur Lembaga Biologi Molekuler Eijkman (LBME), Prof Amin Soebandrio. Ada lima kota yang disebut Prof Amin memiliki mutasi Corona D614G. Berikut daftarnya.

DKI Jakarta
Tangerang
Jogja
Bandung
Surabaya

Benarkah 10 kali lebih menular?
Prof Amin menjelaskan bahwa mutasi virus Corona D614G memang dikaitkan dengan kecepatan penularan. Namun, hal ini masih sebatas hipotesis yang diuji di lab. Artinya, belum ada kesimpulan yang pasti mengenai hal itu.

"Jadi belum terbukti di komunitas," kata Prof Amin.

Senada dengan Prof Amin, pakar biologi molekuler Ahmad Risdan Handoyo Utomo, PhD menyebut belum ada bukti bahwa mutasi yang ditemukan membuat virus menguat atau melemah. Masing-masing mutasi memberikan gejala yang beragam.

"Jadi misalnya 100 orang yang kena D, 100 orang kena G. Kan kalau misalnya 100 orang yang kena D dikatakan lebih ringan, berarti yang kena D nggak ada yang berat kan (gejalanya). Nah ternyata setelah dicek ada juga yang lebih berat," jelas Ahmad.

Sementara itu, guru besar Universitas Airlangga (Unair) Prof Chairul A Nidom menganggap temuan mutasi D614G di Indonesia bukan hal yang aneh. Bahkan jika lebih banyak dilakukan sequencing, mutasi tersebut mungkin akan lebih banyak ditemukan. Namun tidak langsung bisa diartikan lebih menular.

"Jadi kalau itu sebetulnya dugaan bahwa dengan perubahan atau mutasi dari (D) asam aspartat ke (G) glisin di no 614 itu bisa mempercepat penularan, tetapi belum ada bukti, artinya bagaimana mempercepatnya," kata prof Nidom.
https://kamumovie28.com/first-born/