Minggu, 02 Agustus 2020

Terpopuler Sepekan: Geger Prediksi Harvard Soal Corona Sudah Masuk RI

Sempat ramai jadi perbincangan soal riset Harvard yang menyebut 'Indonesia' termasuk salah satu negara yang seharusnya sudah mengonfirmasi kasus positif virus corona COVID-19. Benarkah begitu?
"Indonesia belum melaporkan adanya kasus, dan seharusnya Anda sudah menemukannya beberapa," kata Marc Lipsitch, salah satu peneliti, dikutip dari Ibtimes.

Menanggapi hal ini, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, merasa terhina. Menurutnya, Indonesia memang dinyatakan bebas COVID-19, dan alat deteksinya sudah sesuai dengan guideline Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ditambah lagi, sejak Januari lalu Indonesia memiliki alat deteksi baru yaitu PCR, yang mampu menguji spesimen virus corona jenis baru dengan lebih cepat.

"Itu namanya menghina itu. Wong peralatan kita, makanya kemarin di-fix-kan dengan duta besar Amerika. Kita menggunakan dari Amerika. Kitnya, kit boleh gunakan dari mana saja, tapi kita gunakan dari Amerika," ujarnya kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Rupanya kabar Menkes Terawan sebut riset Harvard sebagai 'penghinaan' juga ditanggapi penelitinya. Dalam sebuah wawancara bersama youtuber Nadhira Afifa, Profesor Marc menjelaskan penelitiannya tidak bermaksud untuk menghina, apalagi merendahkan Indonesia.

"Kami memperhatikan semua negara dan tujuan kami bukan untuk menilai kualitas suatu negara atau kemampuan pengawasannya. Hanya ingin bilang 'dalam contoh ini, situasi ini, seharusnya sudah ada kasus yang terdeteksi,'" kata Profesor Marc, dikutip dari kanal youtube Nadhira Afifa.

"Saya terbuka dan dengan senang hati berusaha membantu. Tentunya saya tidak bermaksud menyerang negara mana pun," lanjutnya.

Beginikah Penampakan Paru-paru yang Terinfeksi Virus Corona COVID-19?

Otoritas provinsi Hubei, tempat wabah virus corona COVID-19 bermula, mengumumkan peningkatan jumlah kasus yang dramatis baru-baru ini. Peningkatan angka kematian perhari juga mencapai rekor tertinggi, yakni 242 kasus.
Namun demikian, para ilmuwan menegaskan hal itu bukan karena virus corona COVID-19 menjadi lebih agresif. Ini terjadi, karena pemerintah setempat mengubah metode penghitungan. Jika sebelumnya hanya didasarkan pada tes darah, kini petugas juga menggunakan pemeriksaan CT Scan.

Pasien yang terkonfirmasi positif melalui CT Scan menunjukkan gejala infeksi virus pada paru-parunya. Beberapa di antaranya lebih dahulu meninggal sebelum menjalani tes darah, sehingga tidak terhitung dalam statistik.

Memangnya gejala seperti apa yang teramati lewat CT Scan? Paru-paru normal dalam CT scan akan tampak sebagai bayangan hitam. Pada pasien virus corona, ditemukan ada bercak putih yang oleh para ahli radiologi disebut sebagai 'ground glass opacity'.

"Ini menunjukkan adanya cairan dalam rongga paru," jelas Paras Lakhani, seorang ahli radiologi di Thomas Jefferson University, dikutip dari Businessinsider.

Bercak serupa ditemukan juga pada kasus SARS (Severe Acute Repiratory Syndrome) dan MERS (Middle East Resporatory Syndrome). Keduanya juga disebabkan oleh keluarga virus corona.
https://nonton08.com/my-husbands-tutor-2/

Viral Skullbreaker Challenge, Ini Pesan Jeremiah 'Aquaman' Lakhwani

 Skullbreaker Challenge tengah jadi perbincangan di media sosial, lantaran bisa membahayakan orang yang menjadi korbannya. Seorang presenter yang juga influencer kebugaran, Jeremiah Lakhwani atau yang kerap dijuluki Aquaman Indonesia pun geram melihat aksi dari tantangan ini.
Menurutnya meski tantangan ini dilakukan hanya untuk kesenangan, orang yang menjadi korban bisa mengalami cedera fatal dan patah tulang, atau bahkan lumpuh dan gegar otak.

"Itu kalau posisi gue yang diprank, gue bakal emosi banget, bakalan marah banget, dan itu menurut gue nggak bagus untuk dilakukan," kata Jeremiah saat ditemui detikcom, di The Pallas, Jakarta Selatan, Minggu (16/2/2020).

Jeremiah juga mengatakan tantangan ini bisa menjadi contoh buruk bagi anak-anak yang melihat, karena bisa saja ditiru.

"Nggak bagus jadi contoh yang buruk buat mereka. Niat awalnya emang fun, tapi fun yang ujung-ujungnya bisa maut," pungkasnya.

Terpopuler Sepekan: Geger Prediksi Harvard Soal Corona Sudah Masuk RI

Sempat ramai jadi perbincangan soal riset Harvard yang menyebut 'Indonesia' termasuk salah satu negara yang seharusnya sudah mengonfirmasi kasus positif virus corona COVID-19. Benarkah begitu?
"Indonesia belum melaporkan adanya kasus, dan seharusnya Anda sudah menemukannya beberapa," kata Marc Lipsitch, salah satu peneliti, dikutip dari Ibtimes.

Menanggapi hal ini, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto, merasa terhina. Menurutnya, Indonesia memang dinyatakan bebas COVID-19, dan alat deteksinya sudah sesuai dengan guideline Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Ditambah lagi, sejak Januari lalu Indonesia memiliki alat deteksi baru yaitu PCR, yang mampu menguji spesimen virus corona jenis baru dengan lebih cepat.

"Itu namanya menghina itu. Wong peralatan kita, makanya kemarin di-fix-kan dengan duta besar Amerika. Kita menggunakan dari Amerika. Kitnya, kit boleh gunakan dari mana saja, tapi kita gunakan dari Amerika," ujarnya kepada wartawan beberapa waktu lalu.

Rupanya kabar Menkes Terawan sebut riset Harvard sebagai 'penghinaan' juga ditanggapi penelitinya. Dalam sebuah wawancara bersama youtuber Nadhira Afifa, Profesor Marc menjelaskan penelitiannya tidak bermaksud untuk menghina, apalagi merendahkan Indonesia.

"Kami memperhatikan semua negara dan tujuan kami bukan untuk menilai kualitas suatu negara atau kemampuan pengawasannya. Hanya ingin bilang 'dalam contoh ini, situasi ini, seharusnya sudah ada kasus yang terdeteksi,'" kata Profesor Marc, dikutip dari kanal youtube Nadhira Afifa.

"Saya terbuka dan dengan senang hati berusaha membantu. Tentunya saya tidak bermaksud menyerang negara mana pun," lanjutnya.

Beginikah Penampakan Paru-paru yang Terinfeksi Virus Corona COVID-19?

Otoritas provinsi Hubei, tempat wabah virus corona COVID-19 bermula, mengumumkan peningkatan jumlah kasus yang dramatis baru-baru ini. Peningkatan angka kematian perhari juga mencapai rekor tertinggi, yakni 242 kasus.
Namun demikian, para ilmuwan menegaskan hal itu bukan karena virus corona COVID-19 menjadi lebih agresif. Ini terjadi, karena pemerintah setempat mengubah metode penghitungan. Jika sebelumnya hanya didasarkan pada tes darah, kini petugas juga menggunakan pemeriksaan CT Scan.

Pasien yang terkonfirmasi positif melalui CT Scan menunjukkan gejala infeksi virus pada paru-parunya. Beberapa di antaranya lebih dahulu meninggal sebelum menjalani tes darah, sehingga tidak terhitung dalam statistik.

Memangnya gejala seperti apa yang teramati lewat CT Scan? Paru-paru normal dalam CT scan akan tampak sebagai bayangan hitam. Pada pasien virus corona, ditemukan ada bercak putih yang oleh para ahli radiologi disebut sebagai 'ground glass opacity'.

"Ini menunjukkan adanya cairan dalam rongga paru," jelas Paras Lakhani, seorang ahli radiologi di Thomas Jefferson University, dikutip dari Businessinsider.

Bercak serupa ditemukan juga pada kasus SARS (Severe Acute Repiratory Syndrome) dan MERS (Middle East Resporatory Syndrome). Keduanya juga disebabkan oleh keluarga virus corona.
https://nonton08.com/parasite/