Rabu, 29 Juli 2020

L'Oreal akan Hapus Kata 'Pemutih' & 'Pencerah' di Kemasan Produk Skincare

L'Oreal tidak akan lagi menggunakan kata 'pemutih' atau 'pencerah' pada kemasan produk-produk perawatan kulit. Perusahaan kecantikan asal Prancis ini mengambil perubahan besar tersebut demi mendukung kesetaraan ras.

Dalam pernyataan tertulis seperti yang dilansir Associated Press, L'Oreal menyebut bahwa nantinya label 'whitening' atau 'lightening' tidak akan ada lagi di kemasan produk.

"L'Oreal Group telah memutuskan untuk menghilangkan kata white/whitening, fair/fairness, light/ligtening dari semua produk kulit untuk malam hari," tulis L'Oreal.

Seperti dikutip dari Fox News, krim pencerah kulit keluaran L'Oreal termasuk produk yang paling populer dengan target pasar orang Asia, Afrika dan Karibia.

Perubahan ini pun semakin menguatkan sinyal bahwa L'Oreal yang merupakan salah satu perusahaan raksasa kecantikan di dunia ingin berkomitmen melawan stereotipe ras. Bahwa kulit putih dan cerah itu cantik, sementara kulit gelap dianggap kurang menarik.

Sebelumnya Unilever juga telah mengumumkan akan mengganti label salah satu brand mereka, 'Fair & Lovely'. Brand tersebut juga terkenal sebagai krim pencerah kulit di pasar Asia.

Di India sendiri, penjualan produk 'Fair & Lovely' mencapai USD 500 juta pada tahun lalu. Kini dengan ramainya aksi Black Lives Matter, Unilever sedang mempertimbangkan untuk membuat produk dan kampanye yang lebih global.

"Kami berkomitmen penuh untuk mempunyai portofolio global sebagai merek skincare yang inklusif dan peduli terhadap semua warna kulit, menghargai keberagaman kecantikan yang lebih luas. Kami menyadari bahwa penggunaan kata 'fair', 'white' dan 'light' mengesankan hanya satu makna tunggal tentang kecantikan ideal yang menurut kami tidak tepat, dan kami ingin menangani ini," jelas Kepala Departemen Beauty & Personal Care Unilever Sunny Jain.

Langkah serupa tapi tak sama dengan L'Oreal juga diambil Johnson & Johnson. perusahaan kecantikan asal New Jersey, Amerika Serikat ini akan setop menjual produk pencerah kulit dari brand Neutrogena dan Clean & Clear di Asia dan Timur Tengah.

Johnson & Johnson akan berhenti menjual lini Fine Fairness dari Neutrogena yang tersedia di Asia dan Timur Tengah. Sementara dari brand Clean & Clear, lini yang akan disetop penjualannya adalah Clear Fairness, dijual secara eksklusif hanya di India.

"Perbincangan dalam beberapa minggu terakhir ini menggarisbawahi bahwa pelabelan atau klaim pada beberapa produk dari brand Neutrogena dan Clean & Clear sebagai penghilang noda mencerminkan bahwa cerah atau putih itu lebih baik daripada keunikan warna kulitmu sendiri. Ini tidak pernah jadi tujuan kami - kulit sehat adalah kulit yang indah," jelas juru bicara Johnson & Johnson, dilansir Allure.

Wanita Cantik Lakukan Pembunuhan Sadis, Malah Diperlakukan Bak Selebriti

Thailand pernah dihebohkan dengan sebuah kasus pembunuhan sadis yang dilakukan oleh wanita bernama Priyanuch Nonwangchai. Berita tersebut semakin mencuri perhatian publik karena pelakunya ternyata adalah wanita cantik. Meski telah melakukan sesuatu yang keji, penampilan Priyanuch malah membuatnya diperlakukan seperti seorang selebriti.
Terkuaknya kasus pembunuh berawal dari ditemukan mayat pria oleh para petani. Kondisi mayat yang dikubur di sebuah sawah itu pun mengejutkan karena terbelah menjadi dua.

Setelah diselidiki polisi, Priyanuch Nonwangchai menjadi salah satu tersangka karena punya dendam pada pria bernama Warissara Klinjui tersebut. Dikatakan jika Warisssara adalah orang yang membuat pacar Priyanuch ditahan polisi karena kasus narkoba.

Dilansir Korea Boo, Priyanuch Nonwangchai dan dua orang lain ditahan beberapa tahun lalu karena kematian pekerja bar berusia 22 tahun. Tak lama kemudian, ada dua wanita lain yang ditemukan punya kaitan dengan pembunuhan Warisssara. Ketika itu, penampilan Priyanuch langsung jadi perhatian karena kecantikannya.

Tak lama setelah wajahnya diketahui publik, banyak pria mencari media sosialnya dan memuji penampilan wanita tersebut. Di medsos, wanita itu memang sering foto cantik dan memamerkan penampilannya yang seksi.
https://kamumovie28.com/bem-episode-5-subtitle-indonesia/

Curhat Para Mahasiswa, Ini 7 Masalah Kuliah Online

Metode perkuliahan dengan berbasis web dan seminar (webinar), atau biasa disebut kuliah secara online kini diterapkan seluruh kampus di tanah air seiring dengan adanya pandemi Corona. Kuliah daring yang memanfaatkan kecanggihan teknologi ternyata menemui berbagai hambatan. Para mahasiswa mengungkapkan keluh-kesahnya selama menjalani kuliah online.
"Kuliah online bukannya nilai makin bagus, malah makin ***. Kuota abis, ilmu ga dapet, tugas numpuk, begadang tiap hari tp nilai kek setan," unggahnya pada Senin (22/6/2020).

Tweet mahasiswa bernama Amanda itu disambut meriah mahasiswa lainnya yang bernasib serupa. Hingga kini tweet tersebut sudah di-retweet lebih dari 11.900 kali dan diserbu lebih dari 1.000 komentar.

Merangkum curhatan para mahasiswa yang diwawancara Wolipop, berikut tujuh masalah kuliah online:

1. Komunikasi dosen dan mahasiswa
Kuliah online menyebabkan komunikasi antara mahasiswa dan dosen mengalami kendala teknis. Hal ini dialami Amanda, salah satu mahasiswa di Padang, Sumatera Barat.

"Hambatan dalam kuliah online sih salah satunya itu komunikasi dan hubungan antara dosen dan mahasiswa rada sulit. Semua dosen selalu berpendapat dan merasa kalau semua tugas bisa dipahami dengan mudah," ujar Amanda.

Hal yang sama diungkapkan Intan Khairani Afifah, mahasiswi asal Yogyakarta yang kuliah di jurusan pendidikan bahasa Jerma. Ia mengaku selama kuliah online mendapatkan sedikit ilmu atau materi yang diberikan oleh dosen.

"Selama kuliah online ini sedikit banget ilmu dari perkuliahan dosen yang benar-benar masuk gitu. Karena banyak dari mereka yang nggak jelasin apa-apa. Bahkan ada dosen yang nggak pernah mengajar selama online class terus tiba-tiba aja UAS gitu. Jadi aku ngimbanginnnya belajar mandiri lebih rajin lagi daripada kelas offline. Apalagi aku kan jurusan bahasa Jerman dan ada mata kuliah speaking gitu kan. Nah, susah deh tuh interaksinya soalnya beda jam juga kan sama dosennya yang di Jerman," tuturnya pasrah.

2. Susah sinyal
Permasalahan sinyal kerap dihadapi rekan-rekan Amanda. Apalagi dirinya dan teman-temannya notabene tinggal bukan di kota besar seperti Jakarta.

"Bukan aku si karena di rumahku sinyalnya lumayan bagus. Tapi buat teman-temanku yang tinggal di desa kasihan. Mereka bisa ketinggalan kuliah dan ambil absen tiap pagi karena harus cari tower dulu. Dosen kadang pake aplikasi Zoom yang butuh sinyal kuat, tapi dosen tidak menyadari kalau semua orang nggak bisa akses itu dengan mudah. Kasarnya sih dosen-dosen nggak pengertian," kisah Amanda saat dihubungi oleh Wolipop, Selasa (23/6/2020).

Permasalahan sinyal pun dialami mahasiswa yang tinggal di kota besar seperti penuturan Amir Hafizh Islami atau biasa disapa Hafiz. Mahasiswa yang kuliah di Universitas Gunadarma, Depok jurusan psikologi itu mengatakan jika koneksi sering buffering karena banyaknya mahasiswa,"Koneksinya kadang buffering soalnya 1 kelas bisa 25 orangan saat kuliah online."

Curhat soal sinyal juga diungkapkan Rahma Nur Faizah, atau biasa dipanggil Rahma yang kuliah di salah satu sekolah tinggi bahasa di Bekasi. "Ketika dosen menerangkan materi suaranya jadi hilang hilangan kalau koneksinya lagi lambat. Nah kalau sudah kaya gitu murid jadi susah menangkap apa yang dosen terangkan," kata mahasiswi jurusan Sastra Inggris itu.

Tak jauh berbeda, Intan Khairani Afifah, mahasiswa jurusan pendidikan bahasa Jerman di Universitas Negri Yogyakarta (UNY) juga menyampaikan hal serupa. "Wifi rumah suka lemot. Apalagi pas awal-awal sebelum dapet subsidi kuota dari kampus," ujar Intan.

3. Mata kuliah yang saling bentrok
Komunikasi yang tidak lancar antara dosen dan mahasiswa, bisa menimbulkan beberapa masalah seperti jadwal mata kuliah yang jadi tak beraturan dan waktu perkuliahan yang tak sesuai jadwal. Seperti pengalaman Ferdy, mahasiswa Universitas Diponegoro Semarang.

"Jadwal mata kuliah nggak sesuai bahkan sering tabrakan. Kan sehari ada 2-3 mata kuliah, nah kadang dosen suka mulai perkuliahan nggak sesuai jadwal, ngaret jadi nabrak ke jadwal mata kuliah yang lain," ucapnya saat wawancara dengan Wolipop lewat Whatsapp, Rabu (24/6/2020).

4. Semangat belajar menurun
Kuliah daring yang mewajibkan para peserta didik untuk kuliah #dirumahaja, menimbulkan rasa jenuh. Seperti yang dirasakan oleh Rahma Nur Faizah, atau biasa disapa Rahma, mahasiswi jurusan Sastra Inggris salah satu kampus bahasa di Bekasi.

Belajar kalo di rumah aja beda pasti vibesnya sama di kampus. Dan kalau aku biasanya di kelas prakteknya pake bahasa Inggris jadi terlatih. Nah, pas kuliah online jadi terhambat karena sudah lama nggak ngobrol pakai bahasa Inggris di kelas," jelasnya saat dihubungi oleh Wolipop, Jumat (26/6/2020).
https://kamumovie28.com/bem-episode-6-subtitle-indonesia/