Senin, 01 Juni 2020

Diklaim Bisa Cegah Corona, Priyanka Chopra Promosikan Salam Namaste

Begitu banyak perubahan yang terjadi selama pandemi virus corona COVID-19 berlangsung, salah satunya adalah kebiasaan memberikan salam pada seseorang.
Berbagai macam bentuk salam baru pun bermunculan seperti 'salam sikut' yang dilakukan oleh pejabat tinggi di Eropa dan juga Indonesia. Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Tedros Adhanom Ghebreyesus mengkritik salam ini karena mengabaikan 'jarak aman' yakni 1,8 meter.

"Saat menyapa orang, sebaiknya hindari salam sikut karena membuatmu berada dalam jarak 1 meter dari orang lain," kata Tedros dalam akun Twitter pribadinya.

Sementara itu dalam mencegah adanya kontak fisik, salam khas India yakni 'Namaste' juga bisa menjadi salah satu pilihan untuk memberikan salam kepada orang lain.

Salam namaste pun kerap dilakukan oleh aktris cantik Priyanka Chopra. Melalui akun Instagram pribadinya, ia kembali mempromosikan cara memberi salam yang tidak mengharuskan adanya kontak fisik tersebut.

"Ini semua tentang namaste, cara lama tetapi juga baru untuk menyapa orang di masa perubahan di seluruh dunia. Harap tetap aman semuanya," tulis Priyanka di akun Instagramnya, Jumat (13/3/2020).

Sebagai informasi, namaste merupakan salam yang umum dilakukan oleh masyarakat di India dan Nepal. Salam ini juga berarti bentuk rasa hormat kepada seseorang saat dalam pertemuan dan perpisahan.

Banyak yang Penasaran, Begini Cara Membuat Hand Sanitizer

Meluasnya persebaran virus corona COVID-19 di Indonesia membuat produk hand sanitizer laku keras. Tidak perlu cemas jika tidak kebagian, ada banyak cara membuat hand sanitizer sederhana.
Bahkan tanpa hand sanitizer, cuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 20-30 detik sebenarnya lebih efektif membasmi kuman. Tapi memang harus diakui, hand sanitizer memang lebih praktis dan bisa dibawa ke mana-mana.

Bagi yang ingin membuat hand sanitizer sendiri, berikut ini beberapa cara yang bisa dicoba.

CARA 1:
(Dibagikan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia/LIPI)

Bahan-bahan yang digunakan:
Air (50 ml)
Karbomer (1 sendok teh)
Etanol (etil alkohol) 95 persen (200 ml)
Propylene glycol (33 ml)
Triethanolamine (3 tetes)
Peralatan yang dibutuhkan:
Bekker glass atau panci
Pengaduk
Kompor
Cara membuat:
Campur air sebagai pelarut dengan propilen glikol sebagai pengembang.
Aduk sambil masukkan karbomer sebagai pengental, sambil dipanaskan dengan suhu 90 derajat celcius.
Butuh waktu sekitar 20 menit sampai semua bahan terlarut sempurna.
Teteskan trietanolamin sebagai pembentuk gel. Saat gel sudah terbentuk, kompor dimatikan.
Tambahkan etanol 95 persen sebagai antiseptik TANPA pemanasan. Pastikan tidak ada api saat mencampur etanol karena bahan ini mudah terbakar.
Aduk selama kurang lebih 15 menit.
Hand sanitizer dengan kadar ethanol 63 persen siap digunakan.
Baca juga: Begini Cara Pembuatan Hand Sanitizer Sendiri
Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar membuat hand sanitizer sendiri.Mahasiswa Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar membuat hand sanitizer sendiri. Foto: Ibnu Munsir/detikHealth
CARA 2
(Dibagikan oleh Fakultas Farmasi Universitas Surabaya/Ubaya)

Bahan-bahan yang dibutuhkan:
Lidah buaya
Alkohol konsentrat 70 persen
Glycerol
Cara membuat:
Kupas lidah buaya, cuci dengan air mengalir untuk menghilangkan lendir. Blender dengan air, lalu saring dan ambil airnya.
Tambahkan air, alkohol sebagai antiseptik dan glycerol sebagai pelembap.
Baca juga: Ini Cara Mudah Membuat Hand Sanitizer Ala Kampus Ubaya
CARA 3
(Dibagikan oleh Fakultas Teknologi Industri Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar)

Bahan-bahan yang digunakan:
Alkohol 70 persen
Aloevera atau lidah buaya
Essential oil
Cara membuat:
Campur alkohol dengan lidah buaya
Tambahkan ekstrak kulit jeruk dan essensial oil sebagai pewangi.
https://indomovie28.com/star/sakshi-tanwar/

Minggu, 31 Mei 2020

Meninggal Keracunan CO2 Saat Gowes Pakai Masker Kemungkinannya Kecil

 Pakai masker saat berolahraga memang tidak nyaman karena menghalangi pernapasan. Dilematis, karena banyak juga yang menganjurkan untuk pakai masker saat beraktivitas di luar rumah.
Di sisi lain, pembatasan sosial selama berbulan-bulan membuat banyak orang merasa jenuh. Berolahraga sendiri di dalam rumah lama-lama terasa membosankan sehingga butuh variasi sembari mencari udara segar di tengah ancaman penularan virus Corona COVID-19.

Informasi viral yang beredar tentang pesepeda yang meninggal saat latihan di sekitar Monas, Jakarta Pusat, membuat situasi makin dilematis. Dikabarkan, pesepeda tersebut mengalami keracunan karbondioksida atau CO2 gara-gara pakai masker saat bersepeda.

Dokter jantung dari Siloam Hospital, dr Vito A Damay, SpJP, mengatakan penggunaan masker sedikit banyak memang menghalangi pertukaran udara. Namun risiko penumpukan karbondioksida juga dipengaruhi jenis masker dan seberapa rapat masker tersebut menutup wajah.

"Harusnya pemakaian masker kain dan masker bedah tidak semudah itu membuat orang meninggal. Kecuali, masker yang digunakan sangat rapat sampai tidak ada celah dan rongga sedikitpun," kata dr Vito kepada detikcom.

Kematian mendadak saat berolahraga, terlebih di usia muda, menurut dr Vito lebih sering dikaitkan dengan masalah jantung. Namun tentu saja butuh pemeriksaan dan autopsi untuk memastikannya.

Meski demikian, dr Vito menyarankan untuk berhati-hati terutama bila seseorang punya kondisi kesehatan tertentu seperti penyakit paru kronik, perokok, atau punya penyakit jantung. Juga ketika menggunakan masker khusus untuk meningkatkan kapasitas fisik seperti sering dipakai para atlet profesional.

"Tidak dianjurkan untuk digunakan tanpa pengawasan dan tujuan yang terukur (dalam latihan)," pesan dr Vito.

Saran dr Vito, jika terpaksa hendak berolahraga di luar rumah sebaiknya menggunakan masker kain saja. Tidak perlu pakai masker N95 karena pasti akan kesulitan bernapas.

"Kalau Anda bisa olahraga di tempat sepi dan tidak ada orang lain, Anda bisa lepas sementara masker itu. Nanti dipakai lagi kalau ada orang dalam radius 2 meter di dekat Anda," tandasnya.

Siap New Normal, Perhatikan Waktu yang Tepat Pakai Masker

Di era new normal, masyarakat harus benar-benar memperhatikan kesehatannya agar bisa menjaga diri dan terbebas dari paparan COVID-19 meski tetap beraktivitas di luar rumah. Salah satu protokol kesehatan yang wajib dilakukan ketika beraktivitas di luar rumah adalah mengenakan masker.
Namun apakah aman menggunakan masker secara terus menerus saat beraktivitas seharian di luar rumah, termasuk saat berolahraga. Baru-baru ini viral di media sosial pesepeda kolaps dan meninggal dunia saat latihan. Dikatakan, almarhum mengalami rebreathing alias keracunan karbondioksida gara-gara bersepeda pakai masker. Namun, hal ini menjadi perdebatan sehingga membuat masyarakat perlu memperhatikan kapan waktu yang tepat untuk menggunakan masker.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah merekomendasikan kapan waktu yang tepat untuk mengenakannya. Dilansir dari situs resmi WHO, sebenarnya tidak setiap saat masyarakat harus mengenakan masker.

Setidaknya, menurut WHO masyarakat harus mengenakan masker pada dua waktu tertentu. Pertama, apabila dalam kondisi sehat, maka masyarakat hanya perlu mengenakan masker jika bertemu/merawat orang dengan COVID-19. Kedua, mengenakan masker dilakukan jika terkena batuk atau bersin.

Dalam kondisi sendirian, masyarakat memang boleh tidak mengenakan masker. Namun ketika berada di area keramaian, hal ini sangat dianjurkan sebab tidak ada yang tahu apakah orang-orang yang berada di sekitar terbebas dari COVID-19 atau tidak.

Selain itu, WHO juga menyebut masker hanya efektif bila digunakan bersama dengan pembersih tangan yang mengandung alkohol atau sabun. Oleh karena itu, sangat dianjurkan untuk sering-sering mencuci tangan.
http://cinemamovie28.com/kutukan-arwah-santet/