Rabu, 06 Mei 2020

4 Rekomendasi Menu Praktis Pengganjal Perut Saat Telat Bangun Sahur

Telat sahur bisa dialami oleh siapa saja, entah karena terlalu lelah bekerja sebelumnya atau tidur terlalu larut. Namun, terlambat sahur bukan berarti cuma bisa minum air putih sebanyak-banyaknya.
Dirangkum dari berbagai sumber, ini dia beberapa menu praktis yang bisa dikonsumsi ketika bangun di tengah waktu imsak. Selain mengganjal perut, menu-menu ini bisa jadi sumber nutrisi yang baik lho buat tubuh. Selamat berpuasa!

1. Sereal
dr Inge Permadhi, SpGK, dari Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia - Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo menyebutkan sereal sebagai menu yang penyelamat ketika terlambat sahur. Sebab, sereal mengandung kandungan gizi yang lengkap untuk kebutuhan beraktivitas sehari-hari.

"Menu sereal paling tepat. Karena selain mengandung karbohidrat kompleks, ada protein dan seratnya juga. Ditambah dengan minum susu, agar tak cepat merasa lapar," tutur dr Inge beberapa waktu lalu.

2. Susu
Pakar kesehatan dan nutrisi, Mochamad Aldis Ruslialdi SKM CNWC mengatakan seseorang sedikitnya harus mengkonsumsi susu ketika tak sempat sahur dengan menu makanan yang lengkap. Sebaiknya juga, pilih susu yang rendah lemak dan tinggi protein supaya bisa menutup kekurangan gizi dari sahur dengan hanya segelas susu.

"Kalau mau minum susu tambahkan juga buah dan sayur. Sebab susu kan enggak bisa disimpen lebih lama di perut," tambah Aldis kepada detikHealth beberapa waktu lalu.

3. Buah apel, pir, atau anggur
Buah berserat tinggi pada saat sahur dapat mencegah rasa lapar. Hal ini terjadi karena serat membutuhkan waktu yang lama untuk dicerna dan diserap oleh tubuh, menurut penjelasan dari dr Inge. Namun, pilihlah buah yang berserat putih seperti apel, pir dan anggur. Jangan lupa juga untuk makan buah beserta kulitnya.

"Buah-buahan tersebut memang benar dapat membantu tubuh agar tak mudah lapar. Karena buah-buahan itu memiliki serat yang tinggi. Lebih baik untuk memakan buah tersebut beserta dengan kulitnya, terutama untuk buah apel, pir, dan anggur. Untuk jeruk makanlah dengan serat buahnya yang berwarna putih," ujarnya.

4. Makanan tinggi serat
Sayur dan kacang-kacangan adalah dua menu yang bisa dimakan secara praktis di tengah waktu sahur yang terbatas. Selain itu, keduanya kaya serat sehingga bisa jadi pilihan di situasi mendesak.

"Jangan lupa banyak minum air putih. Serat jika digabungkan dengan air akan mengental seperti agar atau gel yang dapat mengembang di dalam lambung. Inilah yang membuat perut akan menjadi kenyang seharian. Karena serat ini akan masuk ke dalam aliran darah dengan cara perlahan," tutur dr Inge.

Kata IDI soal Pasien yang Terinfeksi Corona Lebih dari Sekali

Beberapa kasus Corona di Indonesia dilaporkan kembali positif usai sembuh. Terbaru, Albertina Fransisca Mailoa yang pernah menjabat sebagai Indonesia World Miss University 2007 dan Puteri Pariwisata Indonesia 2008, wanita yang akrab disapa Chika itu dua kali dinyatakan positif COVID-19.
Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) Daeng M Faqih mengingatkan pasien sembuh Corona masih bisa tertular lagi. Maka perlu untuk tetap menjaga jarak selama pandemi Corona.

"Di beberapa kasus seperti ini juga terjadi sehingga perlu tetap hati-hati bagi yang sembuh bisa terinfeksi kembali," kata Daeng ketika dihubungi detikcom, Rabu (6/5/2020).

Seseorang yang kembali positif Corona disebutkan tidak akan membentuk antibodi yang spesifik. Sehingga peluang kembali terinfeksi sangat mungkin terjadi.

"Kemungkinan di tubuh tidak terbentuk antibodi yang spesifik sehingga kalau kontak lagi dengan sumber infeksi ia akan tertular atau sakit lagi," ungkap Daeng.

Daeng pun menjelaskan kasus pasien sembuh Corona yang kembali terinfeksi bukan merupakan fenomena pertama di dunia. "Mungkin (pertama di Indonesia), tapi di dunia bukan yang pertama," ujar Daeng.

"Tetap stay di rumah, pakai masker, rajin cuci tangan. Patuhi social distancing dan PSBB," kata Daeng.

Ilmuwan Ungkap Mutasi Virus Corona yang Bikin Orang Terinfeksi Dua Kali

Sebuah studi baru yang dipimpin oleh para ilmuwan di Los Alamos National Laboratory dari Amerika Serikat (AS) mengungkap jenis mutasi virus Corona COVID-19 yang mendominasi di seluruh dunia. Selain diyakini lebih cepat menyebar, jenis mutasi ini pun disebut sebagai penyebab seseorang rentan terinfeksi Corona kembali usai dinyatakan sembuh.
Melansir Los Angeles Times, para ilmuwan tersebut mengatakan jenis atau strain Corona ini muncul pada Februari di Eropa, lalu bermigrasi dengan cepat ke Pantai Timur Amerika Serikat. Laporan ini sudah diposting pada Kamis lalu di BioRxiv, sebuah situs web yang digunakan para peneliti untuk membagikan hasil kerja mereka sebelum ditinjau oleh rekan kerja, suatu upaya untuk mempercepat kolaborasi dengan para ilmuwan yang mengerjakan vaksin atau perawatan COVID-19.

Sebagian besar, penelitian itu didasarkan pada urutan genetik dari strain sebelumnya. Disebutkan, di mana pun strain ini muncul, virus itu dengan cepat menginfeksi lebih banyak orang daripada strain sebelumnya yang berasal dari Wuhan, China.

Meski belum diketahui pasti penyebabnya, dominasi strain baru dibanding pendahulunya menunjukkan bahwa strain ini lebih cepat menular. Hingga kini virus Corona sudah menginfeksi lebih dari 3,5 juta orang di seluruh dunia, dan lebih dari 250 ribu kasus dilaporkan meninggal dunia.

Laporan ini berdasarkan analisis komputasi pada lebih dari 6 ribu urutan virus Corona dari seluruh dunia yang dikumpulkan oleh Global Initiative for Sharing All Influenza Data (GISAID), sebuah organisasi publik swasta di Jerman. Berkali-kali, analisis menemukan bahwa strain ini sedang menyebar menjadi dominan.

Sementara itu, tim Los Alamos dibantu oleh para ilmuwan di Universitas Duke dan Universitas Sheffield di Inggris, mengidentifikasi 14 mutasi. Mutasi-mutasi itu terjadi di antara hampir 30 ribu pasangan basa RNA yang menurut ilmuwan lain merupakan genom dari virus Corona. Penulis laporan berfokus pada mutasi yang disebut D614G, yang disebut membuat adanya lonjakan virus Corona di beberapa negara.

"Ceritanya mengkhawatirkan, karena kita melihat bentuk virus yang bermutasi muncul dengan sangat cepat, dan selama bulan Maret menjadi bentuk pandemi yang dominan," kata pemimpin studi Bette Korber, ahli biologi komputasi di Los Alamos, menulis di halaman Facebook-nya.

"Ketika virus dengan mutasi ini memasuki suatu populasi, mereka dengan cepat mulai mengambil alih epidemi lokal, sehingga mereka lebih mudah menular," lanjut Korber.

Studi Los Alamos tidak menunjukkan bahwa versi baru virus lebih mematikan daripada yang asli. Namun orang yang terinfeksi dengan strain yang bermutasi tampaknya memiliki viral load (jumlah virus) yang lebih tinggi. Tetapi penulis penelitian dari University of Sheffield menemukan bahwa di antara sampel lokal 447 pasien, masa rawat inap ditemukan hampir sama antara keduanya.

Studi tersebut mengatakan meski strain baru tidak lebih berbahaya daripada yang lain, hal ini masih mempersulit upaya untuk mengendalikan pandemi Corona. Karena masalahnya orang yang sebelumnya terinfeksi tidak akan memiliki kekebalan terhadap jenis mutasi Corona baru.

"Jika memang demikian, itu dapat membuat individu rentan terhadap infeksi kedua," kata penulis penelitian.

"Ada kemungkinan bahwa mutasi mengubah lonjakan dalam beberapa cara yang membantu virus menghindari sistem kekebalan tubuh," kata Montefiori, yang telah bekerja pada vaksin HIV selama 30 tahun.