Selasa, 05 Mei 2020

50.000 Alat Tes Corona Buatan Dalam Negeri Diproduksi Akhir Mei

Indonesia akan memproduksi alat pengecekan virus Corona (COVID-19), yakni rapid test berbasis Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Itu akan diproduksi oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebanyak 50.000 unit pada akhir Mei 2020.
"50.000 test kit pada akhir bulan Mei yang akan datang," kata Kepala BPPT Hammam Riza dalam rapat kerja gabungan dengan Komisi VI, VII dan IX secara virtual, Selasa (5/5/2020).

Dia menjelaskan saat ini pihaknya sedang menunggu dua bahan baku impor yang akan datang pada 8 Mei 2020 ini sebagai pelengkap. Bersamaan dengan itu, sudah dilakukan uji validasi terhadap jenis test kit tersebut dengan menggunakan sejumlah sampel.

"PCR Test Kit saat ini telah diselesaikan uji validasi dengan menggunakan 10 box, masing-masing 25 kit sehingga jumlahnya 250 kit," sebutnya.

Lanjut dia, selain PCR Test Kit, pihaknya juga akan memproduksi Non PCR Diagnostic Test/Rapid Diagnostic Test (RDT) sebanyak 10.000 unit. Lalu akan diperbanyak secara bertahap menjadi 50.000.

"Di dalam RDT Test Kit ada beberapa tipe yang dikembangkan dan Insyaallah dalam beberapa minggu ke depan 10.000 prototipe test kit ini juga segera akan kita sebarkan, dan di-scale up mencapai 50.000 test kit bisa dilanjutkan," sebutnya.

Pihaknya saat ini sedang fokus memproduksi kedua jenis test kit tersebut sambil mendorong pelaksanaan swab test virus Corona.

"BPPT, kami fokus kepada penyelesaian test kit seperti yang disampaikan tadi ya itu RT-PCR dan juga Rapid Diagnostic Test Kit, disertai dengan kemampuan mobile laboratory yang memiliki standar biosafety level 2 untuk dapat melaksanakan swab test," tambahnya.

DPR Minta Jamu Juga Diteliti Jadi Penangkal Corona

 Wakil Ketua Komisi VI Gde Sumarjaya Linggih berharap jamu produksi dalam negeri juga digunakan juga untuk melawan Corona. Ia pun meminta pemerintah untuk melakukan penelitian-penelitian terkait masalah jamu ini.

Sebab, dalam pengalaman-pengalaman jamu kerap dianggap menyembuhkan penyakit.

"Kemarin rapat pengusaha jamu mereka ingin produk lokal, kearifan lokal sekalian di-research untuk menjadi bahan sebagai melawan COVID ini, melawan corona," katanya dalam rapat gabungan DPR, Selasa (5/5/2020).

Menanggapi itu Direktur Jenderal Industri Kimia, Tekstil dan Farmasi (IKFT) Muhammad Khayam mengatakan, pihaknya memang ingin mendorong peran industri jamu.

"Mengenai jamu juga menarik, kita juga inginkan peran jamu untuk lebih. Bagaimana kita sekarang terus mendorong cara produksi obat tradisional yang baik. Bagaimana industri jamu yang mungkin sebagian kecil industri besar, sebagian besar IKM menjadi industri modern," ujarnya.

Untuk mengembangkan industri jamu ini pihaknya akan kerja sama untuk Kementerian Kesehatan dan Kementerian BUMN.

"Tahapan-tahapan ini kita kerja sama baik Kementerian Kesehatan, Kementerian BUMN supaya apa yang menjadi kesempatan untuk investasi itu yang penting," tutupnya.

Pemerintah Mau Buka 900.000 Hektare Sawah Baru di Kalimantan

Untuk mengamankan stok beras, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menginstruksikan untuk membuka lahan persawahan baru di Kalimantan Tengah (Kalteng). Targetnya ada 900 ribu hektar (ha) lahan persawahan baru yang muncul.
Rencana itu kembali dibahas dalam rapat terbatas yang membahas mengenai bahan pangan hari ini. Sudah ada sekitar 200 ribu ha di Kalteng yang siap untuk dijadikan lahan persawahan baru. Jokowi memberikan arahan agar infrastrukturnya ditinjau kembali.

"Tadi arahan bapak Presiden karena lahan gambut dari laporan yang disampaikan Menteri PUPR, bahwa lahan gambut ini yang disiapkan bisa 1/3-nya atau sekitar 200 ribu ha. Tadi arahan bapak Presiden bahwa ini untuk ditinjau kembali termasuk infrastrukturnya," kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers virtual, Selasa (5/5/2020).

Memang, lanjut Airlangga, lahan persawahan di Kalimantan dari segi keuntungan jauh lebih rendah dibandingkan di pulau Jawa. Sebab lahannya rata-rata merupakan lahan gambut.

Namun pemerintah beralasan, Kalimantan berdasarkan BMKG merupakan wilayah yang masih memiliki curah hujan yang baik hingga November mendatang. Sementara wilayah lainnya sudah masuk dalam musim kemarau.

"Saran dari FAO dan juga BMKG terkait akan adanya musim kering di bulan Agustus di tahun ini di daerah-daerah Jawa, Sulawesi Selatan dan NTB. Bahkan NTB sudah mulai lebih dahulu. Maka Kalimantan yang mempunyai curah hujan relatif masih cukup baik sampai bulan November ini jadi salah satu alternatif yang nanti akan dipelajari oleh Kementan dan Kementerian PUPR dan beberapa BUMN," terangnya.

Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menambahkan, ada metode bertanam pagi di lahan rawa. Salah satunya menggunakan bibit Inbrida Padi Rawa (Inpara). Varietas padi itu tahan khusus untuk daerah rawa atau daerah yang sering tergenang air.

"Kita sudah memiliki produksi bibit yang cukup namanya Inpara, bibit ini memang bibit untuk rawa. Kita bisa berharap bisa menuai hasil yang lebih baik dibandingkan yang pernah kita lakukan pada lahan gambut yang lalu yang diasumsikan gagal itu. Memang syaratnya parit-parit kecil," terangnya.

Sebelumnya Presiden Jokowi meminta BUMN dan pemerintah daerah serta Kementerian Pertanian untuk membuka lahan-lahan persawahan baru. Targetnya 900 ribu hektar lahan gambut di Kalimantan Tengah.

"Itu yang sudah siap itu sebesar 300 ribu hektar, juga yang dikuasai oleh BUMN ada sekitar 200 ribu hektar. Ini dibuat perencanaan agar bisa ditanami padi, walaupun mungkin yield-nya lebih rendah dari pada yang lain. Namun kita perlu mengantisipasi kekeringan yang akan melanda di beberapa negara dan di Indonesia. Walaupun dari BMKG menyampaikan bahwa tidak akan ada cuaca kering ekstrem," tutupnya.

50.000 Alat Tes Corona Buatan Dalam Negeri Diproduksi Akhir Mei

Indonesia akan memproduksi alat pengecekan virus Corona (COVID-19), yakni rapid test berbasis Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Itu akan diproduksi oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) sebanyak 50.000 unit pada akhir Mei 2020.
"50.000 test kit pada akhir bulan Mei yang akan datang," kata Kepala BPPT Hammam Riza dalam rapat kerja gabungan dengan Komisi VI, VII dan IX secara virtual, Selasa (5/5/2020).

Dia menjelaskan saat ini pihaknya sedang menunggu dua bahan baku impor yang akan datang pada 8 Mei 2020 ini sebagai pelengkap. Bersamaan dengan itu, sudah dilakukan uji validasi terhadap jenis test kit tersebut dengan menggunakan sejumlah sampel.

"PCR Test Kit saat ini telah diselesaikan uji validasi dengan menggunakan 10 box, masing-masing 25 kit sehingga jumlahnya 250 kit," sebutnya.

Lanjut dia, selain PCR Test Kit, pihaknya juga akan memproduksi Non PCR Diagnostic Test/Rapid Diagnostic Test (RDT) sebanyak 10.000 unit. Lalu akan diperbanyak secara bertahap menjadi 50.000.

"Di dalam RDT Test Kit ada beberapa tipe yang dikembangkan dan Insyaallah dalam beberapa minggu ke depan 10.000 prototipe test kit ini juga segera akan kita sebarkan, dan di-scale up mencapai 50.000 test kit bisa dilanjutkan," sebutnya.

Pihaknya saat ini sedang fokus memproduksi kedua jenis test kit tersebut sambil mendorong pelaksanaan swab test virus Corona.

"BPPT, kami fokus kepada penyelesaian test kit seperti yang disampaikan tadi ya itu RT-PCR dan juga Rapid Diagnostic Test Kit, disertai dengan kemampuan mobile laboratory yang memiliki standar biosafety level 2 untuk dapat melaksanakan swab test," tambahnya.