Rabu, 29 April 2020

4 Gadis Bunuh Driver Taksi Online di Bandung, Kenapa Remaja Bisa Sekeji Itu?

 Empat pelaku pembunuhan Samiyo Basuki Riyanto (60), seorang pensiunan PNS yang bekerja sebagai driver taksi online, ditangkap oleh kepolisian. Keempat pelaku itu diduga merencanakan pembunuhan karena tidak sanggup bayar ongkos perjalanan dari Jakarta ke Pangalengan.
Korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa dengan bekas luka robek dan lebam di sekujur tubuh, di tepi jurang sisi Jalan Raya Banjaran-Pangalengan, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Senin (30/3/2020).

Polisi kemudian melakukan penyelidikan, hingga akhirnya IK (15), RM (18), RK (20), dan SL (19) ditangkap dua minggu setelah kejadian. Mereka ditangkap di lokasi berbeda.

"Kita berhasil mengungkap dan menangkap pelakunya sebanyak empat orang, keempatnya berjenis kelamin perempuan," ungkap Kapolresta Bandung Kombes Hendra Kurniawan, Senin (27/4/2020).

Apa kemungkinan faktor penyebab empat wanita berusia remaja melakukan tindakan kriminal hingga membunuh driver taksi online?

Menurut psikolog klinis dari MS Wellbeing, Mario Carl Joseph, MPsi, ada beberapa kemungkinan faktor penyebab mereka melakukan hal tersebut, salah satunya adalah kurangnya kemampuan dalam mengatasi masalah.

"Yang pasti mereka kurang memiliki cara penyelesaian yang baik dan tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah," kata Mario kepada detikcom, Selasa (28/4/2020).

"Cuma saya agak aneh juga tahu nggak punya uang, tapi tetap mau pergi," lanjutnya.

Mario juga menjelaskan kemungkinan faktor penyebab kedua adalah adanya contoh yang kurang baik, yang mereka lihat dan pelajari sehingga nekat melakukan perbuatan keji tersebut.

"Kemudian kedua perilaku-perilaku kekerasan itu dilakukan karena bisa saja ada contohnya, baik itu mereka mencontoh melalui film atau melalui internet atau memang di dalam keluarganya sudah terjadi perilaku-perilaku kekerasan seperti itu," pungkasnya.

Belum Tentu Mereda, Ini Arti Sebenarnya Kasus Corona DKI Dikatakan 'Flat'

 Kasus positif Corona di DKI Jakarta dilaporkan sudah flat. Perkembangan baik dalam upaya menekan laju penyebaran virus Corona di DKI Jakarta ini disampaikan Kepala Gugus Tugas, Doni Monardo.
"Kami jelaskan juga khusus DKI, perkembangan yang terakhir kasus positif telah mengalami perlambatan yang sangat pesat dan saat ini sudah mengalami flat," ujarnya, pada Senin (27/4/2020).

Menanggapi hal ini, Guru besar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKMUI), Prof dr Ascobat Gani, MPH, DrPH, mengatakan bahwa arti dari 'flat' ini tidak bisa dikatakan mereda.

"Bukan mereda, artinya kita nggak naik lagi, tapi tetap tinggi, masih banyak kasusnya yang menularkan satu sama lain, cuma tidak nambah. Kenapa nggak nambah? Karena banyak juga yang sembuh, misalnya yang nambah 100 yang sembuh 100, ya datar terus," ungkapnya saat dihubungi detikcom pada Selasa (27/4/2020).

"Artinya kita sudah sampai puncak cuma nggak naik lagi, mendatar. Artinya, transmisi penularan masih bisa terjadi dari jumlah itu. Nah kalau menurun itu beda, mulai turun tapi kan nggak bisa langsung selesai juga, turunnya landai," lanjutnya.

Menurutnya kasus bisa dikatakan menurun atau mereda jika jumlahnya melebihi angka positif yang dilaporkan. Maka dari itu penting untuk fokus pada penyembuhan pasien Corona.

"Tiap hari kan dapat kasus baru nih misalnya 100, tapi kita sembuh 500, ya turun kita, menyembuhkan ini yang penting, oleh karena itu kita intensif di penyembuhan, itu di tingkat awal," pungkasnya.

Tinggi rendahnya jumlah kasus di DKI juga bisa dimaknai lain. Epidemiolog dari FKM UI, Pandu Riono, mengatakan jumlah pemeriksaan juga berpengaruh pada temuan kasus positif.

"Bisa saja angkanya landai atau menurun karena jumlah yang dites terbatas. Jadi kalau jumlah yang ditesting jumlahnya sama atau meningkat baru kita yakin gitu, bahwa ini terjadi penurunan. Tapi selama itu belum diketahui, jangan senang-senang dulu," jelas Pandu.

Bertambah Lagi, Dokter 28 Tahun Meninggal Dunia Positif Corona

 Kabar duka kembali disampaikan oleh Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI). Salah satu dokter yang bertugas di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Soewandi, Surabaya, dr Berkatnu Indrawan Janguk meninggal dunia.
Dokter yang sehari-harinya bekerja di Instalasi Gawat Darurat (IGD) RSUD Soewandi ini meninggal pada Senin (27/4/2020), pukul 17.46 di rumah sakit tempatnya bekerja.

Terkait kabar ini, humas PB IDI dr Halik Malik pun membenarkan kabar tersebut. dr Halik mengatakan bahwa dr Indra, sapaan akrabnya, meninggal dengan status positif terinfeksi COVID-19 setelah dilakukan tes swab.

"Iya sudah dirawat cukup lama, dan dari tes swabnya terkonfirmasi positif COVID-19," kata dr Halik saat dihubungi detikcom, Selasa (28/4/2020).

Namun, dr Halik mengatakan sampai saat ini belum mengetahui kronologi sakitnya sampai meninggalnya dokter yang baru berusia 28 tahun ini. Tetapi, hal itu akan ditelusuri oleh tim audit untuk menggali lebih dalam terkait kronologinya.

"Itu kan baru sore meninggal, malam dikabarkan. Untuk kronologinya kita tidak mengetahui. Yang kita ketahui, dr Indra ini sudah dirawat sekitar seminggu di RSUD Soewandi yang juga merawat pasien-pasien COVID-19," jelasnya.

Sampai saat ini, jumlah dokter yang meninggal di sepanjang wabah virus Corona ini sudah mencapai 25 orang.

4 Gadis Bunuh Driver Taksi Online di Bandung, Kenapa Remaja Bisa Sekeji Itu?

 Empat pelaku pembunuhan Samiyo Basuki Riyanto (60), seorang pensiunan PNS yang bekerja sebagai driver taksi online, ditangkap oleh kepolisian. Keempat pelaku itu diduga merencanakan pembunuhan karena tidak sanggup bayar ongkos perjalanan dari Jakarta ke Pangalengan.
Korban ditemukan dalam kondisi tidak bernyawa dengan bekas luka robek dan lebam di sekujur tubuh, di tepi jurang sisi Jalan Raya Banjaran-Pangalengan, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Senin (30/3/2020).

Polisi kemudian melakukan penyelidikan, hingga akhirnya IK (15), RM (18), RK (20), dan SL (19) ditangkap dua minggu setelah kejadian. Mereka ditangkap di lokasi berbeda.

"Kita berhasil mengungkap dan menangkap pelakunya sebanyak empat orang, keempatnya berjenis kelamin perempuan," ungkap Kapolresta Bandung Kombes Hendra Kurniawan, Senin (27/4/2020).

Apa kemungkinan faktor penyebab empat wanita berusia remaja melakukan tindakan kriminal hingga membunuh driver taksi online?

Menurut psikolog klinis dari MS Wellbeing, Mario Carl Joseph, MPsi, ada beberapa kemungkinan faktor penyebab mereka melakukan hal tersebut, salah satunya adalah kurangnya kemampuan dalam mengatasi masalah.

"Yang pasti mereka kurang memiliki cara penyelesaian yang baik dan tidak memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah," kata Mario kepada detikcom, Selasa (28/4/2020).

"Cuma saya agak aneh juga tahu nggak punya uang, tapi tetap mau pergi," lanjutnya.

Mario juga menjelaskan kemungkinan faktor penyebab kedua adalah adanya contoh yang kurang baik, yang mereka lihat dan pelajari sehingga nekat melakukan perbuatan keji tersebut.

"Kemudian kedua perilaku-perilaku kekerasan itu dilakukan karena bisa saja ada contohnya, baik itu mereka mencontoh melalui film atau melalui internet atau memang di dalam keluarganya sudah terjadi perilaku-perilaku kekerasan seperti itu," pungkasnya.